10. Menghibur

"Maaf dokter Raffi!" Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Khansa yang sudah bisa mengendalikan perasaannya kembali.

"Apakah kamu punya waktu nanti malam?" Aku ingin mengajak kamu makan malam di luar.

"Maafkan saya dokter Raffi sepertinya saya tidak bisa karena saya sudah janjian dengan kekasih saya untuk makan malam bersama." Tolak Khansa dengan berbohong.

"Sialan!" Jelas-jelas kalian sudah putus barusan, kenapa kamu masih saja berbohong?" Batin dokter Raffi.

"Baiklah dokter Khansa!" Terimakasih, semoga lain kali anda mau memberikan saya kesempatan untuk makan malam bersama di restoran." Ucap dokter Raffi lalu membuka pintu ruang praktek dokter Khansa.

"Kenapa juga itu dokter Raffi, datang-datang ngajak makan malam, apa nggak tahu aku lagi kesal saat ini." Omel Khansa lalu meninggalkan ruang kerjanya dan melakukan absen pulang.

Di kantor firma hukum milik Pengacara Qian, pria tampan ini sedang duduk termenung menatap langit senja yang sudah menapaki bumi. Entah mengapa setelah berusaha berkata jujur kepada Khansa, Pengacara Qian merasakan kehilangan begitu besar dalam dirinya.

"Khansa!" Kenapa aku sesedih ini saat mengakhiri hubungan kita. Apakah aku lebih mencintaimu daripada gadis penolong itu?"

Apakah karena kita sangat dekat dalam dua tahun ini membuat hati kita sudah terpaut dan sulit untuk dipisahkan?" Tanya Pengacara Qian lirih.

Tok...tok ..!"

Cek..lek..

Asisten Fian masuk lalu menyerahkan berkas perkara para klien yang baru masuk dan akan ditangani oleh Pengacara Qian dan tim pengacara yang lain.

"Tuan!" Mengapa anda kelihatan murung?" Apakah anda sedang ada masalah?" Tanya asisten Fian sambil menatap mendung kesedihan di raut wajah bosnya saat ini.

"Aku dan Khansa sudah putus!"

"Lho kenapa Tuan?" Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja?"

"Dia meminta kepadaku untuk menikahi dirinya sementara aku tidak bisa memenuhinya karena janjiku kepada gadis penolong itu." Ucap Pengacara Qian.

"Astaga!" Terus apa yang terjadi?" Dan bagaimana dengan perasaan anda saat ini?"

"Aku mengatakan perasaanku sebenarnya pada dia, kalau aku mencintai gadis lain, namun Khansa tidak ingin mendengarkan alasannya dan langsung pergi begitu saja setelah mengatakan putus padaku." Ucap Pengacara Qian.

"Dan anehnya, setelah mengakhiri hubungan kami, aku merasakan ada yang hilang dalam diriku dan kerinduanku kepada gadis penolong itu, datang kembali, padahal sebelumnya dengan adanya Khansa di sampingku, justru rinduku pada gadis penolong itu hilang begitu saja." Lanjut Pengacara Qian.

"Apakah Tuan Pengacara Qian tidak bisa membedakan keduanya?" Antara cinta dan janji, mana yang harus Pengacara Qian utamakan.

Jika hati anda lebih condong pada dokter Khansa, kenapa bukan dia yang anda jadikan istri bukan gadis pemilik gelang kaki itu. Lagi pula gadis itu tidak menuntut Anda menikahinya karena sudah menolong anda malam itu, tuan Pengacara Qian." Ujar asisten Fian.

"Entahlah Fian!" Aku juga tidak bisa mengambil keputusan untuk membahagiakan hatiku saat ini. Aku sangat takut ke depannya banyak penyesalan yang akan aku rasakan.

Lebih baik, aku fokus lagi mencari gadis itu agar bisa memutuskan siapa diantara mereka yang akan aku nikahi." Balas Pengacara Qian.

"Di saat anda sudah menemukannya, di saat itu mungkin dia sudah berkeluarga dan dokter Khansa sudah move on dari anda karena menerima cinta yang lain.

Anda tidak akan bisa mendapatkan keduanya. Tunggu saja penderitaan yang akan anda rasakan setelah penyesalan yang akan datang diakhir setiap langkah yang salah dalam mengambil keputusan."

Deggg....

Kata-kata asistennya cukup diplomatik hingga membuatnya kembali merenung sejenak untuk menetapkan pilihannya.

"Benar juga apa yang dikatakan oleh asisten Fian. Aku tidak akan mendapatkan keduanya karena mereka akan meninggalkan aku setelah mendapatkan pria idaman sesuai dengan karakter mereka."

Pengacara Qian mendengus nafasnya dengan kesal. Ia pun memilih menyelesaikan pekerjaannya lalu pulang.

......................

Malam tiba, dokter Khansa sedang membuat salad buah kesukaannya. Setiap kali mengalami setress berlebihan, gadis ini selalu membuat salad dan menganggap salad itu adalah orang yang paling ia benci saat ini dan ingin memakannya.

Sambil menonton film drama Korea kesukaannya, gadis ini menancapkan garpu nya ke buah itu lalu melahapnya dengan rakus.

"Kamu kira, hanya kamu di dunia ini yang hidup sebagai pria tampan yang aku sukai?" Masih banyak pria tampan yang lebih dari segalanya yang kamu miliki.

Aku juga bisa dapatkan mereka semuanya kalau aku mau, kenapa aku harus menunggumu dengan setia selama ini padamu, jika pada akhirnya aku hanya dipermainkan olehmu saja.

Lelaki sialan!" Umpatnya berkali-kali.

Apa yang ditonton Khansa saat ini, kisahnya hampir sama dengan dirinya.

"Ada apa lagi dengan drama itu, aku ingin menonton kalian supaya hatiku terhibur, mengapa kalian makin membuatku sedih. Semuanya terasa menyebalkan!" Sungut Khansa lalu menghabiskan salad buahnya seketika.

"Dokter Khansa!" Ada yang mencarimu." Ucap teman satu kost Khansa.

"Siapa?"

"Tidak tahu!" Aku juga tidak tanya, temui aja sendiri tamunya!" Ujar Naila.

"Cih!" Menganggu saja." Khansa memakai hijabnya lalu menemui tamunya itu.

Khansa melangkah dengan malas namun langkahnya terhenti ketika melihat dokter Raffi sudah duduk manis di ruang tamu.

"Selamat malam dokter Khansa." Ucap Dokter Raffi lengkap dengan senyum khasnya.

"Malam dokter!" Senyum kecut Khansa lalu duduk di seberang sofa menghadap dokter Raffi.

"Maaf dokter Khansa, tadi aku iseng saja lewat di sini dan tanya-tanya temanmu yang nongkrong di depan, katanya kamu ada, makanya aku jadi bertemu deh. Apakah makan malam dengan kekasihmu dibatalkan?" Selidik dokter Raffi.

"Kami janjian makan malamnya jam sembilan, biasanya juga gitu. Ini saja baru jam delapan jadi aku masih bisa bersantai sejenak." Khansa memberi alasan supaya dokter Raffi segera pergi dari kostnya.

"Beruntunglah kamu putra dari CEO rumah sakit itu, kalau tidak sudah aku menyiram mu dengan air supaya kamu cepat angkat kaki dari sini." Batin Khansa sambil memandangi kuku-kukunya yang sudah mulai tumbuh.

"Bagaimana kalau aku menemani kamu sampai kekasihmu datang, jadi kita punya banyak topik yang bisa dibahas." Ucap dokter Raffi nggak mau terima alasan Khansa begitu saja, karena dia tahu gadis ini sedang menghindarinya.

"Kalau mau bahas pekerjaan, kenapa tidak menunggu di tempat seharusnya dokter Raffi, lagi pula waktu santai buatku bukan buat menguras otak untuk membahas pekerjaan. Aku di bayar sesuai dengan jam kerja yang berlaku di rumah sakit, jadi tidak sepantasnya anda membawa pekerjaan di luar jam kantor. Ucap Khansa sinis.

"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita bahas yang lain saja, bagaimana?"

"Kau ini bebal atau apa?" Aku sedang tidak mood hari ini, kenapa terus saja menggangguku." Batin Khansa.

"Assalamualaikum Khansa!"

Degg....

"Kau...!"

Terpopuler

Comments

jhon teyeng

jhon teyeng

pengacara yg tdk teliti, kan hrsnya tanya asal kanza, trs km dpt gelang itu dmn, dr situ ktmu garis lurusnya,. kok bs sih pengacara mcm bgni memenangkan kliennya🤔🙄

2023-09-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!