12. Pembunuhan

Satu tahun berlalu.

Pengacara Qian dan dokter Khansa tidak lagi saling berhubungan. Walaupun begitu Khansa tidak begitu peduli dengan status barunya yang sudah jomblo kini.

Keadaan ini di manfaatkan oleh dokter Raffi yang tidak pernah menyerah untuk melakukan pendekatan dengan dokter Khansa.

Dokter Raffi menghubungi Khansa agar gadis itu segera ke ruang kerjanya. Awalnya Khansa yang tidak curiga sedikitpun dengan niat buruk dokter Raffi padanya, gadis ini menyanggupi permintaan dokter Raffi kepadanya.

Keduanya sudah duduk bersama sambil membahas tentang kasus pasien yang bermasalah dengan jantungnya. Kedua nampak asyik membahas metode baru yang bisa menyelamatkan pasien penderita penyakit jantung.

Usai membahas banyak hal tentang kasus pasien, dokter Raffi mengajak dokter Khansa ngobrol santai tentang banyak hal.

Dokter Khansa yang merasa kalau dokter Raffi adalah gurunya, sangat semangat menyanggupi permintaan dokter Raffi.

Pembahasan awalnya yang terlihat ringan dan mengasyikkan berubah menjadi hal lebih pribadi. Dan itu tidak masalah untuk Khansa karena masih sebatas wajar menurut pandangan Khansa.

"Dokter Khansa!" Apakah kamu masih memiliki kedua orangtua yang lengkap?"

Degggg ....

Khansa terperanjat mendengar pertanyaan dokter Raffi menyingung perasaannya.

"Aku sudah tidak punya orangtua, karena aku dibesarkan oleh nenek ku seorang diri."

"Maksudmu, apakah keduanya sudah meninggal?"

"Iya!" Jawab Khansa tanpa menjelaskan hal yang terlalu pribadi.

"Jadi kamu tumbuh sudah menjadi yatim piatu sedari kecil?"

Khansa hanya mengangguk.

"Berarti nasib kita hampir sama dokter Khansa. Aku tidak punya ibu dan hanya memiliki orangtua tunggal yaitu ayahku sendiri.

Ibuku meninggalkan aku dan pergi dengan selingkuhannya. Tidak lama ayahku menikahi sekertarisnya sendiri.

Saat usiaku genap dua puluh tahun, ibu tiri ku meninggal dunia dan itu sangat membuatku terpukul.

Walaupun dia hanya seorang ibu tiri, dia sangat menyayangi aku dan ayah." Ucap dokter Raffi yang sedang mengenang mendiang ibu tirinya.

"Apakah dokter Raffi tidak pernah bertemu lagi dengan ibu kandungmu setelah sekian lama terpisah?"

"Bagaimana aku mau bertemu dengannya, kalau aku sendiri tidak mengetahui keberadaannya sampai saat ini kecuali mendengar kabar bahwa dia sudah menikah lagi.

Aku sangat membencinya karena dia tidak ingin repot mengurus aku dan lebih memilih bersenang-senang dengan lelaki baru.

"Apakah Raffi tidak ingin mencari tahunnya sendiri tanpa berusaha menyalakan dirinya, mungkin dua punya alasan lain hingga ia kabur dari ayahmu dan menerima cinta yang lain karena lebih membuat ia nyaman." Timpal Khansa.

"Aku tidak ingin mencari tahu tentang alasan dia meninggal ayah karena aku takut mengetahui hal buruk yang membuat aku bisa membenci ayahku.

Apa lagi nenek aku lebih mendukung ayahku dengan ibu tiri ku dari pada ibu kandungku yang membuat ia muak." Tukas dokter Raffi penuh dendam kepada ibu kandungnya.

"Bagaimana jika suatu hari nanti, dia datang menemui dirimu, apakah kamu tidak ingin memaafkannya?"

"Aku tidak punya rindu untuknya, untuk apa aku harus menemuinya?"

"Kamu ini ternyata keras kepala sekali dokter Raffi. Ternyata kamu tipikal seorang lelaki pendendam." Ujar Khansa sambil tersenyum kecil.

"Apakah kamu menyukai tipikal lelaki pendendam seperti aku?"

"Aku tidak suka dengan lelaki pendendam. Aku tidak ingin menjadi korbannya karena lelaki pendendam punya banyak cara untuk membalaskan dendamnya untuk memuaskan dirinya." Ucap Khansa sengaja menolak Raffi dengan cara yang halus.

"Aku tidak seekstrim itu dokter Khansa. Aku punya sisi lain yang bisa dibanggakan oleh wanita seperti dirimu selain ketampanan, popularitas dan kekayaan."

"Apa itu dokter Raffi?"

"Aku bisa memuaskanmu di ranjang, dokter Khansa." Ucap dokter Raffi begitu frontal membuat bulu kuduk Khansa meremang.

"Dokter Khansa!" Apakah anda punya acara malam Minggu nanti?"

"Maaf dokter Raffi!" saya tahu anda masih belum menyerah untuk mengajak saya kencan, tapi saya belum bisa menerima cinta yang lain setelah putus dengan Pengacara Qian.

Saya mohon pengertiannya, dokter Raffi karena saat ini saya hanya ingin fokus bekerja. Apa lagi saya juga mau ambil pendidikan spesialis bedah jantung seperti anda, dokter." Ucap Khansa dengan wajah datar.

"Apakah kamu tidak percaya kepadaku?" Apakah kamu takut aku berbuat yang sama seperti yang dilakukan oleh Pengacara Qian padamu?" Tanya dokter Raffi.

"Saya tidak menyukai anda, dokter Raffi, hanya itu saja." Ucap Khansa dengan jujur agar menghentikan dokter Raffi yang terus berusaha mendekatinya.

"Apakah ada yang kurang dari diriku hingga kamu menolak aku dengan kasar seperti ini, hmm?" Tanya dokter Raffi hingga menggiring gadis itu sampai ke sudut dinding dan mengunci pergerakan dokter Khansa hingga gadis ini tidak bisa menghindari dokter Raffi yang makin mendesak dirinya hingga tidak ada jarak mengikis diantara mereka.

Merasa terancam, dokter Khansa mendorong tubuh dokter Raffi dengan kasar. Ia segera menghampiri pintu keluar, namun sayang, pintu itu dilengkapi dengan tombol remote kontrol yang bisa mengunci secara otomatis karena dikendalikan oleh remote yang sudah berada di tangan dokter Raffi.

"Kamu mau ke mana sayang?"

Rupanya kamu tidak ingin diperlakukan secara baik-baik, hingga aku harus berbuat kasar padamu." Ucap dokter Raffi dengan senyumnya yang menyeringai seperti iblis.

Khansa makin ketakutan karena dokter Raffi seperti kesetanan saat ini.

"Tolong lepaskan aku!" Aku mohon kepadamu dokter!"

Air mata Khansa tidak bisa lagi terbendung. Kini yang ada dipikirannya hanya kata selamat atau mati.

Tubuh Khansa berhasil di tangkap oleh dokter Raffi, pria itu menarik jilbab Khansa dengan sekali sentak hingga.

"Ternyata kamu lebih cantik sayang dengan rambut panjang yang tergerai indah saat ini.

Tubuh Khanza makin gemetar dengan peluh keringat dingin yang sudah menggenangi wajah dan tubuhnya walaupun ruangan itu ber-AC.

Khansa mencari benda apa saja untuk menghalangi pria ini dengan niat jahatnya yang ingin memperkosa Khansa.

Khansa terus berteriak histeris untuk meminta tolong kepada orang yang melintas di luar sana. Namun suaranya tenggelam karena ruangan itu dilengkapi kedap suara.

"Ya Allah, tolong aku!" Karena hanya Engkau satu-satunya hamba memohon pertolongan.

Dokter Raffi menerkam tubuh Khansa dan menarik baju dinasnya hingga terpampanglah belahan dada Khansa yang masih terbungkus rapi dua cup hitam itu.

"Tidak...Tidak!" Jangan!" Khansa menendang meja kerja itu hingga gelas minuman itu jatuh dan pecah.

Karena bajunya sudah terkoyak dengan dua tangan kasar dokter Raffi yang ingin menarik penutup dadanya, Khansa dengan cepat mengambil pecahan gelas itu dan menusuk pinggang dokter Raffi dengan membabi buta.

Dokter Raffi akhirnya tumbang di atas tubuh Khansa dengan darah yang sudah mengucur deras dari pinggangnya.

Khansa mendorong tubuh tubuh dokter Raffi ke samping dan ia pun segera bangkit dengan tubuh spoyongan.

Dari luar ada yang menggedor pintu ruang kerja itu berkali-kali. Khansa mencoba mencari remote itu dan memencetnya. Ia segera bersembunyi di balik meja kerja dokter Raffi karena keadaannya yang sangat memprihatikan.

Baju yang sudah tidak menutup auratnya lagi dan juga rambut panjangnya menutupi wajahnya.

"Aaaaakkkkk!" Teriak beberapa suster saat melihat tubuh dokter Raffi mengeluarkan darah segar.

Beberapa dokter datang ke tempat itu dan melihat keadaan ruang kerja yang sudah berantakan seperti kapal pecah.

Dokter Mala yang merupakan sahabat dekat Khansa mendekati gadis malang itu yang sedang syok berat saat ini.

"Dokter Khansa!" Apakah kamu tidak apa?" Tanya dokter Mala lalu mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh Khansa.

Ia hanya melihat jas dokter milik dokter Raffi dan segera membalut tubuh itu. Jilbab Khansa yang ada di ruangan itu diambilnya namun di tahan oleh satpam untuk mengambil video dan foto untuk dijadikan bukti.

Dokter Mala memakaikan lagi jilbab milik dokter Khansa ke kepala gadis itu. Sementara dokter lain sedang menyelamatkan tubuh dokter Raffi untuk menahan darah yang keluar terus menerus dari pinggangnya.

Tubuh itu lalu di bawa ke ruang operasi untuk segera ditangani karena denyut nadi dokter Raffi masih terasa.

Khansa di bawah keluar oleh dokter Mala ke ruang prakteknya untuk mengobati luka di tangannya karena pecahan beling yang sempat ia pegang untuk melukai dokter Raffi. Ia juga menggantikan baju Khansa dengan miliknya.

Dokter Mala tidak menanyakan apapun kepada Khansa karena gadis itu sangat syok berat. Tangannya sudah terbalut rapi dengan kain kasa.

Tidak lama Tuan Raffa datang ke ruang dokter Mala dengan wajah nyalang ingin melabrak gadis yang telah melukai putranya.

Beruntunglah pihak keamanan segera menahan tubuh tambun itu agar tidak terjadi lagi kekerasan.

"Apa yang kau lakukan pada putraku gadis bodoh?" Teriak Tuan Raffa murka.

Khansa hanya tertunduk sedih dengan air mata yang kembali luruh. Belum saja ia bernafas tenang, dua orang polisi sudah datang. menjemputnya untuk. melakukan penahanan.

"Selamat malam dokter!"

"Malam pak!"

"Kami memiliki surat penangkapan atas dokter Khansa dengan tuduhan percobaan. pembunuhan. Dokter Khansa bisa didampingi kuasa hukum. dalam gelar perkara selama proses penyelidikan selama di sel tahanan kepolisian." Ucap Polisi Beno.

"Tapi pak polisi, justru dia adalah korban pelecehan se*sual oleh. rekan kami sendiri. Mengapa justru dia yang di tahan?" Cegah dokter Mala.

"Anda akan dimintai keterangan sebagai saksi. Jika dokter Raffi sudah sadar, maka kasus ini bisa diusut kembali setelah korban sadar. Setelah ada bukti yang tidak memberatkan dokter Khansa sebagai terdakwa, maka dokter Khansa akan dibebaskan tapi itu wewenang pengadilan." Ucap polisi Beno yang menggiring tubuh Khansa keluar dari gedung rumah sakit yang berlantai lima puluh itu.

Sementara di kantor firma hukum Hambada, Pengacara Qian sedang sibuk memeriksa berkas perkara para kliennya.

Asisten Fian segera masuk ke ruang kerja bosnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bos!" Ucap asisten Fian dengan wajah nampak pucat dan panik.

"Ada apa Fian?" Sejak kapan kamu tidak mengetuk pintu ruang kerjaku?" Tanya Pengacara Qian kesal.

"Sejak hari ini Tuan Pengacara Qian. Saya harap Anda lihat berita ini dulu sebelum memarahi saya." Ucap asisten Fian seraya menekan tombol remote menyalakan televisi.

"Lihatlah itu tuan!" Mantan kekasih anda Dokter Khansa telah di tahan atas kasus pembunuhan."

Degggg......

Terpopuler

Comments

jhon teyeng

jhon teyeng

mengerikan jg ini dokter bedah, asal main bedah aja 😵‍💫

2023-09-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!