Sudah satu Minggu Khansa masih berada di mabes polri untuk menjalani beberapa proses penyelidikan yang cukup melelahkan dirinya. Air matanya seakan tidak pernah habis setiap kali ditodong dengan pertanyaan yang sama oleh bapak polisi yang sedang mengintrogasi dirinya walaupun Pengacara Qian selalu setia mendampinginya dan terus menyemangati Khansa agar tetap pada cerita yang sama sesuai dengan kronologi peristiwa yang di alami Khansa saat itu.
"Bagaimana awalnya kalian bisa terlibat skandal itu di rumah sakit?" Tanya pak polisi Galih.
"Awalnya aku di panggil oleh dokter Raffi untuk membahas jadwal operasi pasien yang akan melakukan operasi sekitar dua hari lagi.
Karena kasus penyakitnya sedikit rumit membuat kami mencari solusi terbaik untuk menyelamatkan pasien dengan mempelajari riwayat penyakit lain yang timbul karena komplikasi.
Belum habis kasus itu dibahas, dia mengajak aku untuk berkencan. Karena permintaan yang sama terus berulang akhirnya aku menyatakan secara tegas kalau aku tidak menyukainya sama sekali dan itu membuatnya sangat murka." ucap Khansa sambil menangis.
"Apakah kamu benar-benar tidak tertarik padanya?" Karena kamu punya pacar atau seseorang yang sangat spesial yang sedang kamu tunggu?" Tanya polisi itu.
Khansa terdiam sesaat karena pertanyaan itu sangat sensitif baginya mengingat Pengacara Qian yang merupakan aktor utama yang saat ini masih ia harapkan cinta lelaki itu.
"Kenapa diam?" Tolong di Jawab pertanyaan saya Nona!" Desak polisi itu dengan menghentakkan tangannya di meja membuat Khansa seketika histeris.
Jiwanya saat ini benar-benar kacau dan trauma mengingat kejadian itu.
"Iya pak!" Saya mencintai seseorang yang saya harapkan dia datang melamar saya suatu hari nanti." Ucap dokter Khansa membuat Pengacara Qian memejamkan matanya menahan haru.
"Khansa!" Mengapa kamu begitu setia menanti ku, padahal aku sendiri berusaha ingin melupakanmu walaupun selalu gagal." Batin Pengacara Qian.
"Mengapa kamu tidak langsung meninggalkan ruang kerjanya dokter Raffi saat itu kalau dia sudah membahas hal yang bersifat pribadi." Tanya polisi.
"Bagaimana saya mau kabur dari situ pak, kalau dia sendiri menghalangi jalanku hingga aku mundur beberapa langkah sampai mentok di dinding." Jawab Khansa.
"Apakah saat itu dia langsung menyerang mu?"
"Jarak kami terlalu dekat saat itu dan itu sangat membuat aku tidak nyaman hingga aku mendorong tubuhnya, tapi sayang pintu ruang kerjanya yang dilengkapi dengan remote control membuat pintu itu tidak bisa di buka karena remote pintu itu sudah terkunci secara otomatis." Ujar Khansa.
"Apakah saat itu dia mulai melecehkan mu?"
Khansa mengangguk.
"Bagaimana selanjutnya hingga ia langsung terkapar dengan darah segar mengalir dari tubuhnya?"
"Dokter Raffi saat itu sudah dirasuki setan sehingga ia nekat menarik jilbabku dan membuatku seketika terjatuh. Baju dinas ku di tarik paksa hingga sobek dan di situlah ia ingin menodai ku..
hiks...hiks!" Khansa menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Cukup pak!" Jiwa Kline saya sedang terguncang saat ini, saya harap anda perlu bersabar untuk menunggunya tenang." Pinta Pengacara Qian pada polisi itu, yang begitu semangat mengintrogasi Khansa, dengan bertanya secara membabi-buta, membuat Khansa kewalahan melayani ocehan gila pak polisi yang tidak punya perasaan.
Polisi itu menarik nafas dalam, lalu membuangnya dengan kasar sambil menatap tajam wajah Khansa yang sedang tertunduk ketakutan.
"Khansa!" Istirahat dulu ya!"
Kamu harus yakin kalau kamu tidak bersalah. Kamu hanya korban jadi jangan pernah takut untuk berkata benar dalam membela hakmu sebagai warga negara yang baik.
Jika kamu kalah dan menerima semua tuduhan itu, bukan tidak mungkin kamu akan menghancurkan karirmu yang sudah kamu bangun dengan susah payah." Ucap Pengacara Qian.
Khansa mendongakkan wajahnya, menatap wajah lelaki yang pernah menghiasi hidupnya.
"Untuk apa kamu membelaku?" Biarkan saja aku masuk penjara untuk menebus dosa mu, jika saja kamu menikahiku keadaan ini tidak mungkin terjadi. Aku membencimu, pergi saja kau!" Aku tidak membutuhkan dirimu.
Bukan hanya ibuku yang mencampakkan aku saja, tapi ternyata kau juga sama dengannya. Pergi...pergi!" Teriak Khansa histeris.
"Khansa!" Aku minta maaf sayang, tapi aku janji setelah kamu bisa bebas dari sini, aku akan segera menikahimu." Ucap Pengacara Qian.
"Kenapa berubah pikiran?" Karena kamu sedang iba pada nasibku..hah!" Aku tidak butuh dikasihani olehmu, kau tidak lebih baik dari sampah.
Kau mempermainkan perasaanku yang sejak semula aku takut akan berakhir seperti ini. Sekarang setelah semuanya hancur kamu datang seperti pahlawan di siang bolong untuk menolongku. Benar-benar laki-laki pengecut!" Umpat Khansa makin histeris.
"Khansa!" Panggil Pengacara Qian lirih.
Ia pun tidak bisa berkata apa-apa lagi selain penyesalan yang saat ini ia rasakan. Andai saja dia mengabaikan janjinya pada gadis penolong itu, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.
...----------------...
Dua Minggu berlalu, berkas yang dikumpulkan oleh polisi dan Pengacara Qian dalam proses penyelidikan mereka sudah bisa diajukan kepada mahkamah agung, pengadilan tinggi negeri Jakarta Selatan untuk disidangkan.
Khansa dikawal oleh dua orang polisi keluar dari mobil tahanan itu dengan baju oranye yang ia kenakan ini sebagai baju tahanan.
Baru saja ia melangkah masuk ke gedung pengadilan itu, massa melemparinya dengan apapun yang mereka bawa.
Entah massa dari mana asalnya tahu-tahu datang menyerang Khansa secara membabi buta hingga jilbab Khansa ditarik paksa oleh seorang ibu membuat mahkotanya gadis ini, yang selama ini tertutup rapat menjadi tersingkap dan kecantikannya terpancar dari wajah yang tidak pernah meninggalkan
air wudhu nya.
Pengacara Qian yang melihat itu langsung lari mengejar Khansa dan menutup mahkota gadisnya dengan jas miliknya.
"Nona Khansa!" Tolong pakai ini nona. Pegang lah ujung jas ini agar tidak terlepas. Aku akan membawa jilbab baru untukmu." Ucap Pengacara Qian lalu menghubungi asisten Fian untuk membeli jilbab buat Khansa.
"Pengacara Qian!" Sebaiknya pakai punya ku saja, kebetulan aku membawanya dua." Ucap pengacara Lisa seraya menyodorkan jilbabnya pada Pengacara Qian.
"Khansa!" Tolong pakai ini sebelum sidang di mulai. Jangan menangis karena kamu tidak bersalah." Ucap Pengacara Qian memotivasi Khansa yang saat terus menangis karena jilbabnya di tarik paksa oleh seorang ibu hingga auratnya terbuka.
"Beginikah hidup sebagai anak tanpa kedua orangtuanya?" Batin Khansa yang sangat membenci ibunya kini.
Setibanya di dalam gedung pengadilan, Khansa memasangkan jilbabnya dengan rapi.
Ia pun meminta ijin untuk sholat mutlak dua rakaat pada polisi wanita yang sedang mengawalnya sebelum memasuki ruang sidang.
Khansa sholat di sudut ruang tunggu untuk para terdakwa. Iapun memohon pertolongan Allah atas ujian yang sedang ia hadapi kini.
"Ya Allah!" Jika ini adalah ujian dariMu untukku, maka kuatkan hatiku, tapi jika Engkau menghendaki aku untuk bebas, mohon tunjukkan kebesaran Mu agar aku yakin Engkau bersama orang-orang yang sabar karena Engkau." Pinta Khansa sambil menangis pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
aya
ya ampun kisah hidupnya Khansa kisah ini sungguh sad, dia berjuang sendiri untuk hidup lebih baik karena di buang kedua orang tuanya dan menemukan seseorang yang bisa dijadikan sandaran nyatanya lelaki itu hanya main-main, dan sekarang masuk jerusi besi karena memperjuangkan mahkotanya. lebih baik jodohnya khansa jangan pengacara Qian dee, seseorang laki-laki yang tidak tegas dan tidak bisa membedakan cinta dengan hutang Budi hanya akan jadi beban dan rasa sakit hidup dalam hidup Khansa
2024-07-23
0
jhon teyeng
ah ini pengawalnya polisi kok bs sampai spt itu, ada org yg bs lolos ah stupid sekali
2023-09-29
1