7. Cinta Yang Terjalin

Saat kepala Khansa hampir jatuh, Pengacara Qian segera menahannya dengan bantal mobil. Khansa kembali terlelap seakan lupa hari ini dia akan mengikuti ujian semester.

Bunyi ponsel Pengacara Qian yang mengagetkan gadis itu dari lelapnya. Ia pun terbangun dari wajah bantalnya dengan wajah panik.

"Cih!" Menganggu saja tidur kekasihku saja." Omel Pengacara Qian melihat siapa yang telah menelponnya sepagi ini.

"Astaga!" Aku ketiduran. Apakah aku sudah terlambat?" Khansa melirik jam tangannya ternyata belum terlambat, ia pun menghela nafasnya lembut dan merapikan hijabnya.

"Kenapa Pengacara Qian tidak membangunkan aku?" Tapi lumayan sih, aku bisa tidur sebentar karena baru jam lima pagi, aku baru bisa tidur." Ucap Khansa lalu membuka pintu mobilnya.

"Khanza!" Bagaimana dengan jawabannya?" Tanya Pengacara Qian.

"Jawaban apa Tuan?" Tanya Khansa tidak mengerti.

"Astaga!" Bagaimana mungkin kamu cepat melupakannya?" Bukankah kamu mau memberikan jawabannya atas pertanyaan aku tentang perasaanmu itu." Ujar Pengacara Qian.

"Ya ampun!" Aku sampai lupa." Khansa tersenyum malu menatap wajah Pengacara Qian yang terlihat sedang menunggu jawaban gadis itu dengan gelisah.

Khansa tidak ingin menjawab secara verbal, ia hanya menganggukkan kepalanya bahwa ia menerima cintanya Pengacara Qian.

"Benarkah?" Benarkah kamu mau menerima cintaku?" Tanya pengacara Qian sekali lagi.

"Tentu saja sayang!" Ucap Khansa langsung kabur dari mobil Pengacara Qian membuat pria tampan itu sangat bahagia.

"Khansa aku akan menjemputmu!" Teriak Pengacara Qian saat Khansa sudah menjauh dari tempatnya berdiri.

Khansa hanya mengangkat kedua jempolnya sambil berjalan mundur kemudian berbalik lagi menuju kelasnya.

Pengacara Qian tersenyum bahagia lalu melanjutkan perjalanannya menuju kantornya.

Iapun melihat kelasnya masih sepi tapi sudah banyak teman kelasnya duduk di sepanjang koridor kelas sambil menunggu petugas pengawas ujian masuk ke kelas mereka.

"Hai Khansa!" Apakah kamu sudah belajar?" Tanya Alfi sambil menepuk pundak Khansa yang terlihat serius membaca kertas ringkasannya.

"Lumayan kalau untuk persiapan ujian, aku sudah siap sesuai dengan kisi-kisi yang diberikan dosen setiap mata kuliah." Ucap Khansa sambil menatap kertas ringkasannya.

"Kamu sih enak karena memiliki otak encer sekali baca langsung tercetak di otakmu itu, sementara kami harus mengulanginya sampai sepuluh kali baru nyangkut nih di otak." Ucap Desy.

"Mungkin dosanya banyak dan kurang sedekah, jadi sulit menyimpan semua pelajaran yang masuk di dalam otak kalian." Ucap Khansa cuek.

"Dosa..?" Apa maksudmu Khansa?" Tanya Eni tidak mengerti.

"Semua dosa yang kita lakukan setiap hari, kudu dibersihkan dengan sholat tepat waktu, baca Alquran, bersedekah dan menolong orang lain yang butuh bantuan kita." Jelas Khansa memberi solusi.

"Apakah hanya itu buat kita bisa pintar?" Tanya Adit yang ikut mendengarkan ceramah Khansa.

"Pastinya dengan kerasnya belajar dan kuatnya doa. Itu yang menjawab semuanya dari kegalauan kalian."

"Apa tidak ada cara lain Khansa yang lebih praktis tanpa persyaratan itu semua?"

"Ada!"

"Hahh..?"

"Apa Khansa..?"

"Nyontek atau jadi pacarnya dosen yang masih muda." Bisik Khansa mengundang keriuhan teman-teman kelasnya.

Mereka semua terkekeh lalu seketika terdiam saat melihat dosen dan dua orang pengawas masuk ke kelas mereka.

"Semua tas bawaan dan ponsel kalian letakkan di depan kelas. Duduk yang rapi dengan posisi lurus ke depan tanpa lirik kanan kiri.

Jika ada diantara kalian melakukan gerakan mencurigakan entah itu nyontek atau saling bertanya, kertas ujiannya akan diambil oleh tim pengawas dan nilai kalian nol." Ucap salah satu pengawas.

Ujian segera di mulai ketika pembagian kertas ujian dan lembar jawaban untuk semua mahasiswa sudah berada di atas meja masing-masing.

"Sekarang, kerjakan tugas kalian, jika tidak mengerti tanyakan kepada pengawas dan dilarang ke kamar kecil selama masa ujian. Mengerti!!"

"Mengerti pak!" Jawab mahasiswa serentak dan siap mengerjakan lembaran ujian mereka.

Sementara itu Khansa sibuk mengisi setiap soal yang ada di lembar ujiannya dengan mudah.

"Alhamdulillah, apa yang aku pelajari semuanya keluar disetiap soal ini." Batin Khansa lalu menyelesaikan secepat mungkin dan memeriksanya kembali dengan teliti.

"Ini sudah sempurna, bismillah semoga nilainya bagus." Ucap Khansa lalu mengumpulkan kembar jawabannya kepada pengawas ujian.

Di kantor firma hukum, Pengacara Qian harus berangkat ke pengadilannya dengan timnya untuk mengikuti proses hukum kline nya mengenai sengketa tanah.

Pemeriksaan silang yang dilakukan dua kubu pengacara pada terdakwa yang telah melakukan kejahatan pada korban.

Beruntunglah, pihak Pengacara Qian bisa menenangkan kasus kline nya dengan banyak bukti yang memberatkan terdakwa.

Mereka pun meninggalkan pengadilan usai putusan sidang yang menjatuhkan hukuman bagi terdakwa.

Asisten Fian yang melihat bosnya bisa menyelesaikan kasus yang cukup pelik mengacungi jempolnya.

"Bos, beberapa hari ini aku perhatikan anda sangat mahir dalam melakukan pertanyaan silang pada terdakwa dengan banyak fakta yang cukup unik yang disampaikan oleh anda.

Apakah anda punya banyak inspirasi saat menyelesaikan kasus itu?" Tanya asisten Fian.

"Dialah inspirasiku Fian, dia begitu mengagumkan. Sikapnya terlihat apa adanya tanpa banyak memikirkan aturan formal saat berhadapan dengan siapapun. Ia tidak takut akan penilaian orang lain kepadanya, selama ia melakukannya dengan baik walaupun terkesan bar-bar, tapi aku menyukainya." Ucap Pengacara Qian lalu masuk ke mobilnya.

"Jadi tuan Pengacara Qian tidak lagi memikirkan janji tuan pada gadis penolong itu yang akan Pengacara Qian nikahi bila berjumpa dengannya?"

Degggg..!"

Pengacara Qian mengigit sudut bibirnya sambil tercenung sesaat.

"Aku akan meminta kisah dengan Khansa karena harus memenuhi janjiku pada gadis itu. Untuk itu aku tidak akan serius dengan gadis itu, mungkin aku hanya mengisi hariku yang nampak kesepian dan kini hadirnya Khansa membawa arti tersendiri dalam hidupku." Ujar Pengacara Qian tanpa beban.

"Jadi maksud Pengacara Qian, gadis itu hanya sebagai selingan saja dan tidak akan di bawa serius hubungan kalian?" Tanya asisten Fian yang sangat miris memikirkan nasib gadis itu yang akan di ambil manisnya setelah itu dibuang oleh Pengacara Qian.

Mobil itu sudah meluncur membelah jalanan ibu kota. Tuan Pengacara Qian nampak bingung dengan jawabannya yang ia berikan kepada asisten Fian tentang perasaannya pada Khansa.

Ponsel Pengacara Qian berdering, rupanya ada panggilan dari kekasihnya Khansa. Gadis itu menolak untuk dijemput karena ada pertemuan penting dengan para BEM kampus selepas ujian.

Pengacara Qian terlihat kecewa karena ia ingin sekali makan siang dengan gadis itu, namun ia harus menahan diri karena Khansa juga memiliki kehidupan sendiri yang tidak boleh ia kuasai kehidupan gadis itu.

"Ah!" Menyebalkan, padahal aku ingin mengajaknya makan siang." Gumamnya lirih.

"Bos!" Nggak usah dibawah sampai ke hati, bukankah hubungan anda dengan gadis itu hanya sekedar iseng?" Jadi, di bawa santai aja." Timpal asisten Fian membuat Pengacara Qian menatapnya dengan tatapan membunuh.

"He...he..he!" Maaf bos, aku hanya mengingatkan saja untuk urusan asmara Anda." Ucap asisten Fian.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

masih berhijabkah neng?,tapi koq,,,,,,,,,🙄🙄🙄🙄

2022-10-27

2

Anung Andarsih

Anung Andarsih

baru jam pagi..
itu jam berapa thoor....🤔🤔🤔

2022-09-10

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!