Pengacara Qian meneguk salivanya dengan susah payah. Tubuhnya bergetar hebat dengan lidah keluh tanpa bisa berkata apa-apa saat melihat wajah gadis yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya kini terlihat mengenaskan.
"Apa benar kamu melakukan percobaan pembunuhan pada dokter Raffi?" Apakah dia berusaha melecehkan mu, Khansa ?" Batin Pengacara Qian lalu bergegas pergi dari kantornya.
"Tuan!" Anda mau ke mana?" Tanya asisten Fian yang ikut menyusul bos-nya walaupun saat ini mereka punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Aku harus mendampinginya Fian. Bagaimana pun juga dia adalah orang penting dalam hidupku, walaupun kami sudah tidak ada komunikasi selama setahun belakangan ini." Ucap Pengacara Qian lalu membuka pintu mobilnya.
"Apakah kita langsung ke kantor polisi?"
"Iya!" Pasti saat ini dia sedang di interogasi oleh petugas polisi. Di saat seperti ini, koneksi dan kekuasaan akan menekan gadis itu untuk bicara kebenaran.
Ia akan di minta untuk membalikkan fakta dalam mengutamakan pemangku kepentingan. Tidak peduli apa yang diderita oleh Khansa, pemilik rumah sakit itu akan mengancamnya dengan berbagai cara agar Khansa menutup mulutnya rapat-rapat dan mendengarkan semua rekayasa kasus itu dari tim kuasa hukum mereka.
Itulah yang membuat aku sangat takut saat ini." Ucap Pengacara Qian.
"Tuan Qian!" Apa yang akan anda lakukan jika, apa yang anda curigai akan terbukti pada Khansa?"
"Itu yang sedang aku pikirkan Fian. Jika Khansa kooperatif selama proses penyelidikan, kita tidak akan mendapat kesulitan dan akan mudah membebaskan dirinya dari jeratan hukum." Timpal Pengacara Qian.
"Biasanya, orang yang membangun reputasi dan kerja kerasnya selama ini, saat orang terdekatnya menghancurkannya seketika, maka mau tidak mau, dia harus tega pada korban walaupun itu harus melawan hati nuraninya sendiri."
Ucap Pengacara Qian yang sudah mengetahui permainan hukum yang mampu dikendalikan oleh orang yang punya kuasa dan uang sebagai jalan damai atau melempar dirimu ke dalam api neraka, itu mudah bagi mereka.
"Tuan Qian!" Ini sangat ironis untukmu. Kamu telah diuji profesimu sebagai seorang pengacara ternama harus membela kekasihnya sendiri, atau mantan kekasihnya sendiri yang membuat ia harus bertekuk lutut pada hukum yang tidak pernah selalu adil bagi kaum yang lemah karena hukum diatur oleh sistem yaitu loe butuh gue ada.
Butuh uang ada, butuh jabatan ada, butuh wanita ada dan bahkan butuh cinta sekalipun tersedia." Timpal asisten Fian membuat Pengacara Qian tersenyum kecut menanggapi perkataan Fian yang banyak benarnya.
Setiba keduanya di kantor polisi, Pengacara Qian mendaftarkan dirinya pada polisi untuk memberikan jaminannya sebagai pengacara Khansa selama proses penyelidikan dan proses hukum berlangsung.
Dengan diantar oleh seorang polisi, Pengacara Qian bisa bertemu dengan mantan kekasihnya itu.
Pengacara Qian menghentikan langkahnya melihat keadaan Khansa yang sangat menyedihkan.
Ia duduk di dalam ruang interogasi dengan wajah tertunduk dan tangan masih diborgol oleh polisi. Baju oranye dengan tulisan nomor punggung sebagai penghuni tahanan metro jaya.
Pengacara Qian mengendalikan emosinya agar tidak terlihat sedih di depan Khansa, wanita yang dicintainya selama lima tahun.
Lalu diabaikannya begitu saja karena janji bodohnya pada seorang gadis yang telah menyelamatkan hidupnya.
Pengacara Qian menghampiri Khansa dan memanggil nama gadisnya dengan suara yang terdengar para lagi gugup.
"Khansa!" Panggil Pengacara Qian saat berada di dalam ruang interogasi di kantor polisi setempat.
Khansa mendongakkan wajahnya menatap wajah lelaki yang pernah ia cintai dulu. Air matanya kembali bergulir mengingat peristiwa hari ini yang sangat mengoyak harga dirinya sebagai seorang wanita sekaligus seorang dokter muda yang berprestasi.
"Apa yang terjadi Khansa?" Tolong ceritakan kepadaku karena aku adalah kuasa hukum mu saat ini.
Jangan menangis terus sayang!" Karena itu tidak akan menyelesaikan masalahmu." Ucap Pengacara Qian.
Khansa merasa sangat sesak saat mengingat kembali kejadian yang hampir membuat kehormatannya terenggut oleh rekan dokternya sendiri.
Pengacara Qian mencoba meyakinkan Khansa agar berani menceritakan kebenaran walaupun itu sangat pahit yang akan dilalui oleh gadis yang berusia dua puluh lima tahun ini.
Khansa mencoba mengumpulkan keberanian dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia akan dibebaskan oleh Pengacara Qian yang sangat profesional dalam profesinya sebagai pengacara handal.
"Apakah aku bisa mengandalkan kamu mas Qian?"
"Tentu saja sayang!" Aku akan melakukan apapun untuk bisa membebaskan kamu dari jeratan hukum, asalkan kamu tidak takut akan ancaman siapapun." Ucap Pengacara Qian meyakinkan Khansa yang masih terlihat bingung dan juga takut.
"Benarkah, mas Qian akan membebaskan aku?" Tanya Khansa sekali lagi.
"Bahkan dengan nyawaku sendiri." Ujar Pengacara Qian meyakinkan Khansa.
Khansa akhirnya mau menceritakan kronologi kejadian yang menimpa dirinya secara gamblang.
Dokter Khansa merasa tersanjung dengan pengorbanan Pengacara Qian untuk dirinya. Iapun siap memberikan kesaksian nya untuk memudahkan Pengacara Qian dalam melakukan penyelidikan atas kasus yang menimpa dirinya.
"Dia mencoba memperkosaku. Aku tidak punya cara lain untuk menolong diriku selain membuatnya terluka. Aku tidak bermaksud untuk membunuhnya walaupun aku ingin sekali melakukannya.
Dipikiran ku saat itu adalah, aku yang mati atau dia yang mati. Aku tidak rela orang itu menyentuh tubuhku walaupun sejengkal. Aku sedang melindungi diriku dari binatang buas seperti dia. Aku benci menyebut namanya.
Aaaakkkk!" Aku muak dengan pria kasar yang selalu memaksa kehendak." Teriak Khansa histeris hingga membuat Pengacara Qian tidak tega menanyakan yang lebih bersifat pribadi. Ia pun langsung memeluk Khansa agar gadis itu merasa tenang. Namun sayang Khansa malah pingsan begitu saja dalam pelukannya Pengacara Qian.
"Khansa!" Sayang jangan lakukan itu padaku. Kamu harus kuat, jika tidak kamu malah akan diseret di lantai dingin jeruji besi." Ucap Pengacara Qian sambil berbisik.
Dua orang polisi wanita masuk ke kamar tahanan itu dan membawa Khansa ke klinik kepolisian.
Pengacara Qian mendampingi Khansa sampai ke klinik. Ia sangat sedih setelah satu tahun lamanya baru bertemu lagi dengan gadis itu. Namun dalam keadaan yang sangat menyakitkan baginya.
Pengacara Qian meminta tim pengacara lain untuk melakukan pemeriksaan pada olah TKP.
Awalnya mereka tidak mendapatkan ijin dari tuan Raffa sebagai direktur utama rumah sakit itu dan sekaligus ayah kandung dokter Raffi.
Namun banyaknya pasal dan undang-undang dalam penyelidikan itu yang salah satunya berisi jika menghalangi proses penyelidikan tempat kejadian perkara akan dikenakan hukuman dengan dijerat beberapa pasal yang memberatkannya.
Dokter Mala yang saat itu sebagai saksi yang telah menolong Khansa, dimintai juga keterangan darinya untuk membantu proses hukum pada dokter Khansa.
"Dokter Mala!"
Perkenalkan nama saya pengacara Lisa, saya adalah tim pengacara Qian. Kami dari firma hukum Hambada.
"Kamu dengar anda adalah orang pertama yang menemukan dokter Khansa usai terjadinya penusukan itu, bagaimana keadaan dokter Khansa saat anda menemukannya di tempat kejadian perkara?" Tanya pengacara Lisa.
"Saya punya foto-foto sebagai bukti bagaimana dokter Khansa sangat kacau saat itu.
Beberapa bagian tubuhnya ada yang lecet dan tangannya terluka. Yang lebih menyedihkan adalah baju dinasnya terkoyak hingga memperlihatkan bagian atas tubuhnya dan jilbabnya yang sudah raib dari kepalanya dan itu membuat dia terlihat sangat terguncang hebat." Ungkap dokter Mala.
"Apakah anda yang mengobati luka-lukanya itu?"
"Iya, saya sendiri yang membawanya ke ruang praktek saya dan tubuhnya saat itu saya gunakan jas dokter untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
"Apakah ini murni tindakan pemerkosaan dan penusukan?" Apakah dokter Raffi sudah siuman saat ini?"
"Kalau di lihat dari pertengkaran mereka sepertinya dokter Raffi ingin melakukan pelecehan se*sual pada dokter Khansa dan dokter Khansa sendiri sedang menyelamatkan dirinya dari dokter Raffi hingga ia nekat menusuk pinggang dokter Raffi yang hampir merenggut kehormatannya.
"Hmm, berarti mereka berdua selama ini hanya sebagai reka kerja saja atau punya hubungan spesial lainnya?"
"Kalau dilihat dari keseharian mereka, mungkin saja mereka berdua hanya rekan kerja, tapi menurut pengamatan saya, dokter Raffi lagi yang tergila-gila pada dokter Khansa dan mungkin dokter Khansa menolak dokter Raffi hingga membuat keduanya bertengkar hingga terjadi penusukan itu." Lanjut dokter Mala.
"Tim pengacara dari firma hukum Hambada, saling berpandangan dan merasa sudah cukup melakukan wawancara dengan dokter Mala sebagai saksi yang melihat kejadian pasca penusukkan itu terjadi.
"Terimakasih untuk informasinya yang sangat membantu kline kami, semoga di saat persidangan nanti, anda bersedia jadi saksi dokter Khansa, agar gadis itu bisa di bebaskan dari tuduhan keji oleh tuan Raffa sebagai ayah kandung dokter Raffi sekaligus direktur utama rumah sakit ini." Ucap pengacara Lisa.
"Saya harap kalian membantu dokter Khansa agar dia tidak terjerat hukuman karena dia adalah korban bukan tersangka. Saya percaya tim kalian orang hebat, apa lagi Pengacara Qian adalah mantan dari kekasihnya dokter Khansa." Ucap dokter Mala penuh harap.
Dokter Mala memberikan beberapa foto bukti dari olah TKP yang pertama kali ia temukan keadaan dokter Khansa dan juga video olah TKP sebelum tubuh dokter Raffi dievakuasi oleh tim medis di rumah sakit milik keluarganya itu.
Mereka pamit kembali firma hukum Hambada setelah bercengkrama sesaat dengan beberapa orang suster yang ada di lokasi kejadian saat itu.
Semua mereka mendukung dokter Khansa karena sangat iba dengan gadis malang itu.
Tidak lama tim Pengacara Qian meninggalkan rumah sakit, Tuan Raffa meminta asistennya untuk memanggil pihak terkait yang telah memberikan keterangan kepada para pengacara firma hukum Hambada.
Dokter Mala dan beberapa suster dan satpam langsung menghadap bos mereka.
"Permisi Tuan Raffa!" Ucap dokter Mala.
"Silahkan duduk!"
Semuanya duduk dan siap mendapatkan konsekuensi dari perbuatan mereka.
"Apakah kalian mengetahui apa kesalahan kalian?"
Semuanya menggeleng pura-pura tidak mengetahuinya.
"Baiklah. Rupanya kalian sangat nekat memberikan kesaksian kepada para wartawan itu tanpa meminta izin kepada saya. Kalian saya pecat!!"
Degggg...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
jhon teyeng
ah bejat jg ini owner
2023-09-29
1