9. Baik, kita putus!

Khansa menyanggupi permintaan tuan Raffa untuk bergabung pada tim putranya saat melakukan operasi pembedahan jantung pada pasien.

"Ok, itu saja yang aku ingin sampaikan kepadamu, dokter Khansa. Jadi, saya harap kalian lebih memajukan rumah sakit ini dalam segi pelayanan pada pasien, khusus pasien penyakit jantung.

Dokter Khansa dan dokter Raffi kelihatan langsung akrab. Mereka bicara banyak tentang masalah penyakit pasien yang kadangkala sulit ditangani jika sudah parah.

Buat dokter Raffi, saat ini yang dia pedulikan adalah kecantikan dokter Khansa, bukan kasus penyakit para pasien yang akan ia tangani mulai hari ini.

"Dokter Khansa!" Apakah aku boleh bicara berdua denganmu di kantin rumah sakit?" Tanya dokter Raffi karena sebentar lagi istirahat makan siang.

Baru saja Khansa menerima ajakan dokter Raffi, Pengacara Qian sudah lebih dulu menghubunginya.

"Maaf dokter aku harus terima panggilan ini dulu." Ucap Khansa

"Silakan dokter Khansa!" Dokter Raffi menunggu Khansa dengan sabar.

"Sayang!" Aku sudah ada depan lobi rumah sakit, keluarlah!" Aku ingin mengajak kamu makan siang." Ucap Pengacara Qian.

"Apa?" Mas Qian sudah di lobi?"

"Apakah aku harus menjemputmu di atas?" Ancam Pengacara Qian.

"Tentu saja jangan sayang!" Iya aku akan segera turun.

"Kalau begitu cepatlah!" Ujar Pengacara Qian sudah tidak sabar bertemu dengan kekasihnya karena sudah seminggu ini mereka tidak bertemu.

"Dokter Raffi!" Sepertinya aku belum bisa menemani anda makan siang di kantin karena saya...?"

"Sedang di jemput kekasihmu." Timpal dokter Raffi tidak suka.

Khansa hanya mengangguk lalu meninggalkan dokter Raffi yang sedang mengepalkan kedua tangannya karena tidak rela dokter pergi dengan kekasihnya.

"Sial, ternyata dia sudah punya kekasih, padahal aku baru mau melakukan pendekatan pada gadis itu." Ujar Dokter Raffi lirih.

Khansa sudah berada di mobil kekasihnya. Pengacara Qian langsung cabut dari area rumah sakit dan membawa kekasihnya ke restoran.

"Mengapa akhir-akhir ini kamu sangat sibuk Khansa?" Apakah kamu tidak merindukan aku?"

"Maaf mas Qian, jadwal aku tidak longgar lagi seperti waktu masih kuliah." Ujar Khansa memberi alasan.

"Baiklah!" Kalau begitu aku harus tahu kapan kamu off, supaya aku punya waktu bersamamu?"

"Waktu untuk bersama hanya ada satu cara mas Qian."

"Apa sayang?"

"Nikahi aku!"

Deggg...! Sesuatu yang ditakuti oleh Pengacara Qian akhirnya terjadi juga.

Dengan begitu kita akan selalu bersama disaat malam hari. Jika masih pacaran, tidak diperkenankan kita untuk bersama di malam hari. Jadi hanya itu solusinya." Lanjut Khansa.

Pengacara Qian terlihat melamun, ia kemudian menepikan mobilnya dan menatap wajah Khansa dengan penuh cinta.

"Khansa!" Ada yang harus aku katakan kepadamu. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengatakannya tapi aku tidak tega padamu."

"Apa yang ingin mas Qian katakan?" Bicara saja. Aku siap mendengarkan hal yang terburuk sekalipun." Ucap Khansa pasrah.

"Sebenarnya, aku sudah memiliki seseorang yang istimewa di hatiku sebelum aku mengenal kamu Khansa. Hanya saja aku..?"

Plakkk...!"

Satu tamparan keras mendarat di pipi Pengacara Qian, hingga membuat pria tampan ini tersentak.

"Jika kamu sudah memiliki gadis lain, mengapa mempertahankan aku selama ini?" Tanya Khansa dengan nada sengit.

"Masalahnya aku sedang mencari gadis itu karena dialah aku bisa hidup sampai saat ini. Dia pernah menolongku saat aku...?"

"Baik!" Kita putus." Khansa langsung turun dari mobilnya Pengacara Qian dan menahan taksi yang sedang melintas.

Gadis ini tidak ingin mendengarkan penjelasan kekasihnya, siapa gadis yang maksudkan oleh Pengacara Qian.

"Khansa!" Berhenti!" Panggil Pengacara Qian berusaha menahan taksi itu.

"Jalan pak!" Titah Khansa pada sopir taksi itu.

"Sial!" Mengapa dia tidak memberi ku kesempatan untuk menjelaskan semuanya agar dia mengerti aku tidak bisa mengingkari janjiku kepada gadis itu.

Oh, Khansa please!" Aku juga sangat mencintaimu sayang, kalau bisa aku ingin menikahi kalian berdua." Ujar Pengacara Qian penuh sesal.

Khansa menangis sepanjang jalan.Ia tidak menyangka Pengacara Qian akan mengkhianati cintanya dengan memikirkan perempuan lain yang sudah meninggalnya.

"Ternyata ini yang aku takutkan. Mencintai seseorang begitu mendalam akan meninggalkan luka yang amat besar jika hubungan ini kandas sebelum waktunya untuk dihalalkan." Batin Khansa.

Mobil taksi sudah tiba di parkiran basemen atas permintaan Khansa yang tidak ingin turun di lobby rumah sakit.

Pengacara Qian yang sudah menunggu Khansa berusaha mengejar gadis itu lagi untuk menjelaskan permasalahan sebenarnya.

"Khansa!" Tolong dengarkan aku dulu sayang!" Aku tidak bermaksud mengkhianati kamu karena aku belum bertemu dengan gadis itu lagi.

Ini lebih pada cinta yang berdasarkan utang nyawa. Tolong berhenti sebentar sayang, karena aku sulit bertemu dengan kamu lagi kalau kamu sudah sibuk dengan para pasien kamu dan juga aku dengan kline." Ucap Pengacara Qian sambil memohon pada Khansa.

Tanpa mereka sadari, dokter Raffi yang sedang berada di dalam mobilnya melihat pertengkaran pasangan itu.

"Wah, rupanya makan siang mereka gagal karena pengkhianatan kekasihnya dokter Khansa." Gumam dokter Raffi sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Akhirnya aku bisa mendapatkan kamu sayang!" Tunggu saja permainanku karena kamu akan cepat move on dari lelaki itu.

Kamu adalah milikku karena aku memiliki segalanya termasuk rumah sakit ini." Ucap dokter Raffi dengan tetap memperhatikan pasangan yang masih bersitegang.

"Ok, carilah gadis itu sampai ketemu dan nikahi dia sesuai dengan janjimu. Aku tidak akan memaksamu untuk menikahiku.

Lagi pula, hatiku masih bisa aku berikan kepada yang lain. Kau telah membuat aku jijik. Enyalah kau dari hadapanku, Pengacara Qian!" Bentak Khansa histeris.

Khansa langsung masuk ke lift. Pengacara Qian tidak bisa berbuat banyak karena ini adalah rumah sakit untuk melarang orang berbuat keributan.

Khansa masuk ke ruang kerjanya sambil menangis meratapi nasibnya yang malang.

Sekalinya jatuh cinta, namun berakhir dengan kepahitan.

"Cintaku tidak seberuntung dengan karirku saat ini. Aku harus menahan penderitaan ini sampai aku bisa menyembuhkan luka hatiku tanpa harus menerima cinta lelaki lain yang akan mengecewakan diriku seperti Pengacara Qian.

Tok...tok..!"

Khansa menghapus air matanya lalu membuka pintu ruang kerjanya, dan ternyata itu adalah dokter Raffi.

"Maaf dokter Khansa!" Boleh aku masuk?" Tanya dokter Raffi sambil memperhatikan wajah sembab Khansa yang baru berhenti menangis.

"Silakan dokter Raffi!" Khansa duduk di kursinya dan dokter Raffi duduk di kursi pasien.

"Apakah anda sedang bersedih, dokter Khansa?" Tanya dokter Raffi pura-pura tidak tahu.

"Tidak dokter!" Aku hanya sedang flu." Ucap Khansa asal.

"Lebih baik anda pulang istirahat daripada di sini akan menganggu pasien." Ucap Dokter Raffi so perhatian pada Khansa.

"Terimakasih atas perhatiannya dokter!" Sudah tanggung, sebentar lagi aku sudah off." Ujar Khansa.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!