8. Penghargaan Terbaik

Dua tahun berlalu.

Khansa mengajak neneknya dan Pengacara Qian untuk menghadiri wisudanya. Khansa dengan malu-malu memperkenalkan Pengacara Qian pada nenek angkatnya itu.

Khansa yang tampil cantik dengan mengenakan baju toga dengan membawa buket bunga tulip merah diselingi Krisan putih menambah keindahan pada bunga itu.

Pengacara Qian yang tidak berhenti menatap wajah cantik sang kekasih, beberapa kali mengambil gambar diri Khansa lewat ponselnya.

"Ternyata kamu terlalu cantik sayang. Aku harus banyak bersabar karena banyak mata kaumku yang sedang menikmati kecantikanmu juga." Ucap Pengacara Qian lalu menggenggam tangan sang kekasih.

Nenek Laila hanya tersenyum melihat pasangan ini sedang memuji rupa mereka satu sama lain.

"Pengacara Qian, tolong jaga nenekku karena tempat duduk kita terpisah." Pinta Khansa.

"Pasti sayang." Nenek ikuti aku dan hati-hati melangkah menaiki anak tangga ini." Ucap Pengacara Qian lalu membantu nenek Laila menapaki satu persatu anak tangga menuju nomor tempat duduk untuk tamu pendamping wisudawan wisudawati.

Setiap rangkaian acara dilalui mereka dengan baik, hingga tiba pada pembacaan mahasiswa terbaik dari setiap fakultas dengan jurusan mereka masing-masing.

Tibalah giliran jurusan fakultas kedokteran yang akan dipanggil oleh MC untuk menerima penghargaan terbaik dari menteri kesehatan yang menyerahkan langsung penghargaan itu kepada mahasiswa terbaik tahun ini.

"Kami panggilkan mahasiswa kedokteran yang terbaik tahun ini dengan IPK 4.00 Cumlaude, di berikan kepada Reyna Khansa Riswana."

Khansa mengucap syukur berkali-kali dengan degup jantungnya yang hampir meledak. Ia pun berjalan dengan anggun menerima piala penghargaan itu dari tangan pejabat tinggi negeri ini.

Nenek Laila dan Pengacara Qian sangat terharu dengan perjuangan Khansa yang telah memperjuangkan cita-citanya hingga membuahkan hasil.

"Kamu sangat hebat sayang!" Puji Pengacara Qian lirih.

Hingga acara berakhir Khansa menghampiri dua orang yang sangat ia cintai ini. Pengacara Qian memberikan selamat kepada kekasihnya dengan mencium tangan gadis itu karena Khansa selama ini tidak ingin dipeluk oleh sang kekasih. Nenek Laila menatap wajah cantik Khansa dan mencium kening gadis ini dengan lembut.

"Jika ibu kandungmu tidak membuang mu saat itu, mungkin dia akan tersenyum bangga hari ini.

Sayang sekali, apa yang ada di benaknya hingga tega meninggalkan bayi secantik kamu saat itu. Andai saja aku bisa bertemu dengannya lagi aku ingin membuat perhitungan dengannya sayang." Ucap nenek Laila dengan wajah sendu.

"Jangan menyebutkan lagi wanita itu di hari bahagia aku nenek, karena aku tidak ingin mengenang hal buruk tentangnya." Ucap Khansa lalu mengajak keduanya untuk meninggalkan tempat itu setelah mengambil beberapa foto mereka bertiga.

"Khansa!" Hari yang paling bahagia untukmu adalah saat pemuda tampan ini menikahimu. Kapan kamu akan melamar cucuku anak muda?" Tanya nenek Laila dengan tegas.

Deggg..

Pengacara Qian tidak menyangka bakalan mendengar pertanyaan itu dari nenek Laila. Ia pun terlihat bingung untuk menjawabnya.

"Nanti saya akan bicarakan dulu dengan keluarga saya nenek karena saat ini kedua orangtua saya sedang berada di Amerika karena menemani kakak saya yang baru melahirkan putri keduanya." Ucap Pengacara Qian memberi alasan logis untuk Khansa dan neneknya.

"Tidak apa anak muda, aku tidak ingin kamu mempermainkan dirinya karena hidupnya sudah cukup menderita selama ini." Ucap nenek Laila mengingatkan lelaki tampan yang ada di hadapannya saat ini.

"Ya Tuhan, bagaimana ini?" Aku tidak akan mungkin menikahi gadis ini karena aku sudah bersumpah untuk menikahi gadis penolongku, walaupun saat ini aku tidak bertemu dengan dirinya.

Maafkan aku Khansa karena aku sudah mempermainkan perasaanmu. Lebih baik kita berteman saja, mungkin itu yang terbaik untuk kita." Batin Pengacara Qian.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seiring waktu berjalan, Khansa kini bekerja di sebuah rumah sakit mewah di Jakarta, dengan gaji yang cukup besar yang diterimanya karena semenjak ia bergabung dirumah sakit itu, banyak pasien yang sangat puas dengan pelayanan gadis ini.

Senyumnya ramah dan kesabarannya menangani pasiennya yang banyak keluhan dengan penyakit mereka, yang membuat gadis itu menjadi terkenal di kalangan pasiennya.

Ketika mengunjungi kamar pasien laki-laki, Khansa menyapa mereka dengan ramah.

"Bagaimana pak?" Apa yang anda rasakan saat ini?" Tanya Khansa pada pasiennya yang berusia sekitar enam puluh tahun.

"Baru lihat wajah dokter saja, badan saya sudah terasa sehat." Ucapnya membuat Khansa tersenyum padanya.

"Alhamdulillah semoga penyakit bapak tidak kambuh lagi." Ucap Khansa.

"Dokter Khansa apa sudah memiliki pacar?" Tanya tuan Hendarto.

"Sudah pak!"

"Sayang sekali, aku ingin sekali menjodohkan kamu dengan putraku." Ucap tuan Hendarto.

Khansa tidak begitu menanggapi ocehan pasiennya karena ia hanya fokus pada pekerjaannya saja.

Iapun kemudian pamit dan beralih melakukan visit ke kamar lain. Suster yang mendampingi Khansa hanya senyum-senyum pada Khansa yang terlihat cuek.

"Dokter Khansa, apa tidak ingin membuat stok cowok sebagai perbandingan antara Pengacara Qian dengan yang lainnya. Siapa tahu di tengah jalan, hubungan kalian tidak harmonis." Ucap suster Dea.

"Aku lebih memilih untuk setia Suster Dea. Mungkin semua orang punya cinta yang bisa ia berikan kepada pasangannya, namun tidak semua orang memilih untuk setia pada pasangannya." Imbuh dokter Khansa.

Khansa kembali lagi ke ruang kerjanya dan melepaskan penatnya sesaat. Tidak lama ada telepon masuk untuknya dan dokter Khansa segera menerima panggilan itu.

"Dokter Khansa!" Anda di panggil oleh direktur utama rumah sakit ini." Ucap asisten pribadi Tuan Raffa.

"Baik!" Aku akan segera ke sana." Ucap Khansa lalu mematikan ponselnya.

Khansa bergegas menuju ruang kerjanya tuan Raffa. Iapun masuk ke lift itu dan pintu lift itu terbuka dan hanya ada satu orang saja yang ada di dalam lift itu.

Rupanya pria tampan itu sedang menghubungi seseorang hingga tidak memperhatikan kehadiran dokter Khansa yang sedang berdiri di sudut lift itu.

"Iya ayah, aku sedang menuju ke atas." Ucap pria tampan itu lalu membalikkan badannya dan melihat wajah Khansa yang sangat cantik menurutnya.

Khansa hanya mengangguk hormat tanpa ingin tahu ke mana tujuan pria tampan itu.

Raffi tersenyum miring dan menanyakan gadis itu yang saat sedang memakai pakaian dokter.

"Apakah anda dokter di sini?" Tanya Raffi.

"Iya!" Jawab Khansa singkat.

Lift berhenti keduanya sama-sama keluar dari lift itu dan berjalan ke arah yang sama menuju ruang dokter Raffa.

Khansa mulai curiga bahwa Raffi adalah putra tuan Raffi.

Raffi tidak mengetuk pintu itu terlebih dahulu sehingga dokter Khansa berhenti sesaat dan membiarkan Raffi bertemu dengan ayahnya di dalam sana.

Setelah itu dokter Khansa kembali mengetuk pintu itu dan membukanya setelah mendapatkan ijin dari dalam.

"Silakan masuk dokter Khansa!" Kebetulan sekali kalian sudah berada di sini. Perkenalkan ini putra pertamaku dokter Raffi.

Putraku baru saja mengambil spesialisasi bedah jantung di universitas terkemuka di Amerika. " Ucap tuan Raffa lalu keduanya bersalaman.

Khansa menyambut tangan dokter Raffi dan tersenyum pelit pada pria tampan itu yang ada di hadapannya.

"Ayah harap kalian berdua bisa bekerjasama di rumah sakit ini." Ucap tuan Raffa.

Terpopuler

Comments

Ade Nurhadi

Ade Nurhadi

Pak Advokat ada saingan nih!

2023-01-16

2

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

saingan cinta babang

2022-10-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!