Khansa terlihat malu menatap lantai keramik berkualitas rendah menjadi alas duduknya kini. Bau segala rupa ada di ruangan ini dengan toilet tanpa pintu yang mengundang banyak aroma menjijikkan bagi yang baru menapaki ruang penyiksaan yang menakutkan itu.
"Hei anak baru!" Sebutkan nomor tahanan mu dan apa kesalaha mu?" Tanya salah satu napi senior yang ada di dalam sel itu.
"Aku hanya menusuk seseorang yang belum mati sampai saat ini?" Ujar Khansa dengan wajah datar.
"Mengapa kamu menusuknya?" Apakah dia menyakitimu?"
"Dia ingin memperkosa aku dan aku melawannya hingga kalap."
"Apa pekerjaanmu?"
"Dokter spesialis jantung."
Deggg...!"
Semua napi wanita langsung gugup saat mengetahui Khansa bukan wanita sembarangan.
Awalnya rombongan napi yang berjumlah lima puluh orang ini begitu galak pada Khansa dan kini mereka berubah santun dan ramah pada gadis ini karena profesinya yang cukup bergengsi dibandingkan diantara mereka yang tidak jelas pekerjaannya.
"Apakah dia naksir berat padamu?" Apakah dia tampan?" Apakah dia juga seorang dokter?" Tanya mereka tanpa jedah.
Khansa hanya mengangguk lalu berusaha menghindar.
"Kenapa kamu menolaknya kalau dia sangat menyukaimu?" Apakah kamu sudah punya kekasih?"
"Aku tidak menyukainya karena aku sudah punya kekasih." Ucap Khansa.
"Kamu terlalu cantik, itulah sebabnya ia sulit move on darimu." Ucap diantara mereka mulai terlihat akrab dan Khansa mencoba menerima persahabatan yang ditawarkan oleh para seniornya ini.
Hati tak bisa dipaksakan kalau kita tidak cinta pada seseorang sekalipun dia memiliki segalanya." Ucap Khansa jujur.
"Benarkah?" Tapi aneh, kamu itu sebenarnya korban dan dia tidak mati terus kenapa kamu yang ditahan di sini?" Emang siapa dia sebenarnya?"
"Putra dari pemilik rumah sakit tempat aku bekerja." jawab Khansa lugas.
"Hmmmm!" Pantesan kamu kalah dalam persidangan karena kamu berhadapan dengan orang berduit yang bisa membeli hukum sesuai pesanan mereka yang memiliki kepentingan." Ucap napi lainnya.
"Terus bagaimana dengan kekasihmu, apakah dia tidak melakukan sesuatu untukmu?"
"Justru dia adalah pengacaraku yang sudah berusaha dengan susah payah untuk bisa membebaskan aku dari jeratan hukum, tapi lagi-lagi saksi utama yang harusnya hadir saat sidang kasus ku malah di tabrak mereka hingga meninggal dan tidak ada saksi lain kecuali saksi yang sudah disuap oleh mereka membuat aku berada di sini."
"Astaga!" Mereka sangat kejam sekali padamu dan bagaimana reaksi kedua orangtuamu?"
Pertanyaan terakhir ini tidak bisa dijawab oleh Khansa karena dia juga tidak tahu siapa keluarganya kecuali nenek angkatnya yang selama ini telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
"Apakah kamu seorang gadis yatim-piatu yang berjuang sendiri untuk bertahan hidup?"
Khansa menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis.
"Sudahlah dokter!" Bukan hanya kamu yang tidak punya orangtua justru kami tidak mengetahui siapa kedua orangtua kami yang tega menelantarkan Ki begitu saja hingga kami hidup di jalanan ada yang jadi pengamen, pengemis, pelacur, perampok dan masih banyak profesi ekstrim yang kami tekuni untuk bertahan hidup.
Beruntunglah kami berada di sini makan gratis karena tidak perlu melakukan perbuatan hina di luar sana yang menawarkan sejuta kenikmatan duniawi yang hanya sementara." Ucap mereka sedih.
Perkenalan pertama kali ini dengan para napi cukup berkesan dan penuh makna didalamnya.
Mereka pun menggelar tikar dan mulai tidur berbaris kaki bertemu kaki seperti ikan pepes.
...----------------...
Kegiatan pagi di penjara sangat melelahkan Khansa yang baru masuk menjadi penghuni lapas itu. Pasalnya ia dua orang teman lainnya harus mengambil sampah tiap blok dengan bau yang sangat menyengat.
Walaupun ia seorang dokter namun ia tidak tahan dengan bau itu yang membuatnya mau tidak mau harus beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Yang membuatnya heran adalah mereka tidak diberi kelengkapan untuk pengaman tubuh mereka seperti masker, sarung tangan dan helm.
Semuanya harus dilakukan dengan apa adanya. Belum lagi rasa haus dan panas makin mendera tubuhnya yang seakan menghadapi sakratul maut.
"Apakah kalian setiap hari melakukan ini?" Tanya Khansa ingin tahu aktivitas teman-temannya.
"Beginilah kalau hidup di penjara. Mau dapat masa hukuman berapa tahun pun, tetap saja mendapatkan tugas yang sama dengan napi yang sudah tinggal puluhan tahun di sin
(seumur hidup).
Suka tidak suka kamu harus menerimanya dengan lapang dada. Walaupun kamu marah dan mengeluh tidak akan merubah keadaan kecuali menunggu kebebasan mu, itupun kamu tidak boleh membuat masalah." Ucap Erna.
"Ya Allah!" Kalau tahu ini yang harus aku hadapi, aku tidak sudi mengakui kesalahan yang tidak pernah aku lakukan dengan konsekuensi menerima hukuman seberat ini." Batin Khansa menyesali kebodohannya kemudian.
"Cepatlah Khansa!" Kita harus kembali ke lapas tepat waktu kalau tidak ingin dihukum oleh petugas yang galak itu." Ucap Adel sambil mendorong gerobak sampah sampai keluar dari gerbang untuk di ambil mobil angkut sampah.
Khansa yang mulai lagi semangatnya, mendorong gerobak itu ke depan hingga ia harus berpapasan dengan mobil Pengacara Qian yang sedang mengunjungi dirinya.
"Khansa!" Panggil Pengacara Qian begitu melihat kekasihnya melewati mobilnya.
Khansa pura-pura tidak melihat walaupun sudah diingatkan oleh temannya Erna.
"Khansa!" Apakah dia kekasihmu yang pengacara itu?" Tanya Erna.
"Hmm!" Ujar Khansa singkat.
"Sepertinya ia ingin menemuimu."
"Biarkan saja!" Aku tidak peduli." Ujar Khansa dengan wajah datar.
"Sepertinya dia sangat mencintaimu Khansa."
"Itu urusan hatinya bukan urusanku."
"Apakah dia pernah mengecewakan dirimu?"
Khansa berhenti lalu mulai berkaca-kaca.
"Sudahlah!" Tidak perlu kamu jelaskan. Kami cukup paham.
"Kenapa kamu tidak mencoba menerimanya lagi?" Sepertinya dia menyesal pernah menyakitimu Khansa."
"Apakah dia mau menerima wanita pembunuh seperti aku?" Namaku sudah cacat di luar sana dan aku tidak ingin menghancurkan karirnya karena dia mencintai aku." Ucap Khansa sambil mengusap air matanya dengan lengan bawahnya.
"Baiklah Khansa!" Itu terserah kepadamu, tapi beri dia kesempatan untuk memulihkan kembali nama baikmu karena kamu tidak bersalah." Timpal Erna.
Ketiganya berlari menuju lapas karena waktu bekerja sudah selesai.
Khansa mencuci tangan dan wajahnya hingga bersih untuk memasuki lapasnya.
"Nona Khansa!" Ada yang ingin bertemu denganmu." Ucap sipir penjara.
"Baik bu, Terimakasih!" Ujar Khansa sambil mengikuti langkah kaki sipir itu menemui Pengacara Qian yang sudah ia lihat tadi saat melewati gerbang.
Khansa hanya menunduk malu saat duduk di depan Pengacara Qian.
"Khansa!" Aku membawakan makanan kesukaanmu, nanti di makan ya sama teman-teman kamu."
"Terimakasih Pengacara Qian."
Degggg....
Pengacara Qian begitu kaget Khansa tidak lagi memanggil namanya dengan embel-embel Mas tapi malah memanggilnya secara formal.
"Khansa!" Aku akan mengajukan naik banding kasus mu, apakah kamu mau sayang?" Tanya pengacara Qian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments