5. Apakah Kamu Menyukaiku?

Pengacara Qian membuka jasnya lalu memakaikan jas itu pada tubuh Khanza yang sedang menggigil kedinginan.

"Ayo kita pulang Khanza!" Ucap Pengacara Qian lalu memayungi Khanza menuju mobilnya.

"Maafkan aku Pengacara Qian!" Terimakasih sudah mau menjemputku." Ucap Khansa sambil menangis.

"Hei!" Aku sudah punya firasat akan terjadi seperti ini, makanya aku kekeh ingin menjemputmu. Kamu sendirian di kampus saat orang lain sudah pulang ke tempat mereka." Ucap Pengacara Qian lalu memeluk tubuh gadis itu untuk menghangatkan Khansa.

"Khansa!" Aku tahu kamu ingin selalu menjadi yang terbaik untuk bisa lulus dengan nilai sempurna saat meraih gelar dokter. Tapi kamu juga harus memikirkan kesehatanmu juga.

Di sini kamu tinggal sendirian di kost, jika kamu sakit maka kamu tidak akan bisa merawat dirimu sendiri.

Teman hanya membantumu sementara saja, tidak seperti saudara apa lagi kedua orangtuamu." Ucap Pengacara Qian.

"Aku tidak punya siapapun kecuali nenek angkat ku. Jika aku tidak diperhatikan ataupun hidup sendiri dengan makanan seadanya, itu sudah menjadi bagian dari hidupku.

Bisa makan tiga kali sehari saja, aku dan nenekku sudah sangat bersyukur, tanpa meminta lebih. Itulah sebabnya, aku memilih belajar lebih keras dan lebih keras berdoa agar aku bisa mengubah takdirku untuk bisa membahagiakan nenekku di kemudian hari." Balas Khansa.

"Apakah kamu anak pungut Khansa?" Tanya Pengacara Qian hati-hati.

"Mungkin kalau dipungut itu lebih mulia, tapi bagaimana kalau aku di buang ibu kandungku sendiri, bukankah itu malah lebih menyakitkan." Keluh Khansa lirih.

"Mungkin ibumu punya alasan tersendiri meninggalkan kamu pada seorang nenek yang sekarang sangat menyayangi kamu.

Jika kamu tidak mengetahui alasan dari perilaku ibumu, tolong jangan menghujatnya, apa lagi untuk membencinya." Ucap Pengacara Qian.

"Mungkin saja aku anak hasil zinahnya, maka dia tega meninggalkan aku untuk menutupi aibnya."

"Jangan berkata seperti itu Khansa!" Kamu harusnya bersyukur karena ia tidak melakukan aborsi pada dirimu.

Kini kamu tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas. Tidak semua anak yang bernasib sama denganmu akan menjadi seperti dirimu yang mau mengubah takdirnya."

"Terimakasih Tuan pengacara, aku merasa sangat terhibur mendengar kamu berkata tentang kehidupan yang lebih beruntung jika dilihat dari masyarakat bawah.

Kadang aku iri melihat teman-temanku selagi masih di kampung. Mereka sangat miskin dari aku dan nenekku. Tapi mereka masih punya orangtua yang sangat menyayangi mereka walaupun tidak bisa memberikan kehidupan yang lebih layak tapi cukup dengan memberikan mereka makan tiga kali sehari, aku bisa melihat rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah sederhana itu."

"Apakah kamu sedang menyalakan takdirmu Khansa?"

"Tidak Tuan!" Aku marah atau teriak untuk berontak, mana ada yang mau mendengarkan aku.

Hanya saja, aku selalu berpikir tentang ibuku yang saat ini, ia sedang menikmati hidupnya dengan sangat bahagia.

Ia tidak perlu memikirkan apa yang akan ia makan besok atau baju apa yang akan ia kenakan dan mungkin merencanakan liburan mewah ke suatu tempat.

Jika dia merasakan kebahagiaan itu, apakah dia juga mengingat tentang nasib aku saat ini?"

"Khansa!" Aku yakin ibumu pasti setiap saat memikirkan kamu, hanya saja dia tidak punya keberanian untuk mencari kamu lagi jika ia memiliki kehidupan baru dengan pasangannya yang saya yakin itu bukan ayah kandungmu.

Jika mereka bersama, mungkin mereka akan berusaha keras untuk menemukan kamu berada jika mereka orang berada."

Khansa nampak tercenung, meresapi perkataan sang Pengacara Qian, yang lebih adil menilai kehidupan dari pada dirinya yang setiap saat selalu mengeluh.

Mobil mewah milik Pengacara Qian mulai bergerak. Keduanya nampak tenang setelah banyak berbicara tentang kerasnya kehidupan. Khansa merasa lega bisa berbagi masa lalunya dengan Pengacara Qian.

Mulai sekarang aku yang akan bertanggungjawab pada dirimu." Ucap Pengacara Qian membuat Khansa merasa bingung atas sikap Pengacara Qian yang terlalu berlebihan menurutnya.

Tapi saat ini, Khansa tidak ingin menimpali perkataan Pengacara Qian karena keadaannya yang saat ini terlihat kacau.

"Tumben jadi pendiam, biasanya sudah bawel dengan dua ribu kata sehari." Batin Pengacara Qian sambil mengendarai mobilnya.

Pengacara Qian sudah memasuki area pemukiman kost milik Khansa. Gadis ini merasa sangat heran ketika melihat Pengacara Qian sudah mengetahui tempat tinggalnya.

"Bagaimana kamu mengetahui tempat tinggal ku?" Apakah kamu sudah menyelidikinya?" Tanya Khansa yang mulai dengan cuitannya.

"Jangankan tempat kost mu yang aku cari tahu, hatimu pun sedang aku selidiki" Ucap Pengacara Qian.

"Cih!" Kamu ini selalu saja menjawab pertanyaan ku dengan banyolan." Sahut Khansa.

Tiba-tiba perut Khansa berbunyi membuat ia sangat malu di hadapan Pengacara Qian yang langsung tersenyum melihatnya kikuk.

"Kamu belum makan siang?" Tanya Pengacara Qian.

Khansa mengangguk dengan kepala tertunduk malu.

"Baiklah kita cari makanan dulu, lagian musim hujan begini aku juga suka merasa lapar." Ucap Pengacara Qian yang sudah memutar balik mobilnya mencari kedai makanan yang ingin mereka kunjungi.

"Aku mau makan bakso saja. Kalau makan nasi suka nggak tertelan karena sudah terlambat makan." Ucap Khansa.

"Baiklah, bakso juga hangat makan di musim hujan seperti ini." Ucap Pengacara Qian.

Khansa menunjukkan tempat bakso langganannya yang terkenal enak di dekat perumahan kost miliknya. Pengacara Qian memarkirkan mobilnya dan Khansa segera turun untuk memesan bakso untuk mereka.

Hujan sedari tadi tidak ingin reda juga. Pengacara Qian memeluk Khansa agar tubuh mereka menjadi hangat. Khansa melebarkan matanya saat Pengacara Qian merengkuh tangannya ke pundaknya.

Jantungnya seakan berhenti berdetak atas tingkah spontan pria tampan ini padanya. Pengacara Qian pun merasakan hal yang sama keduanya sulit mengontrol perasaan mereka yang tidak bisa dilukiskan dalam sebuah kalimat. Kedekatan yang cukup hangat namun Khansa tetap ingin menjaga jarak.

"Maaf Tuan Pengacara Qian!" Tolong menjauh lah sedikit dariku karena kita bukan muhrim. Orang akan menjatuhkan nilai keislamanku yang saat ini berhijab namun dipepet lelaki sepertimu.

Bisa kamu bergeser tempat duduk mu sedikit tanpa menjadikan hujan ini sebagai alasan untuk melindungi aku dari kedinginan?" Pinta Khansa membuat Pengacara Qian langsung mengerti.

"Sorry!" Pengacara Qian menghembuskan nafasnya kesal karena Khansa begitu tegas padanya.

Dua mangkuk bakso terhidang begitu menggiurkan membuat keduanya mulai melahap baksonya.

"Ini sangat enak Khansa!" Kamu pintar memilih makanan enak." Puji Tuan Qian.

"Aku tinggal di kost tidak boleh memasak makanan sendiri di dapur sang pemilik kost, jadi aku makan diluar tanpa mengetahui proses pembuatan makanannya padahal aku alergi dengan penyedap rasa." Ujar Khansa sedih.

"Kalau begitu tinggal saja di rumah kontrakan atau menyewa apartemen dengan begitu kamu akan tenang melakukan apapun tanpa pengawasan ibu kost." Pengacara Qian memberikan saran terbaiknya untuk Khansa.

"Mana mungkin aku bisa membayar sewa apartemen atau rumah kontrakan. Lagi pula itu terlalu besar untuk aku seorang diri, jadi lebih baik aku tinggal di kost saja." Ucap Khansa.

"Ada apartemen yang kecil untuk dua orang penghuninya jadi kamu bisa menyewa apartemen itu tanpa mengisi barang-barangnya karena di dalamnya sudah komplit perabot rumah tangganya.

Aku kenal pemiliknya dan kalau kamu mau kita bisa nego harga yang lebih murah agar kamu bisa menetap di sana lagian gaji mu sebagai karyawan ku cukup untuk kamu menyewa apartemen itu. Biarkan semuanya aku yang urus pembayarannya, kamu tinggal masuk saja." Ucap Pengacara Qian.

Khansa mengambil minumannya karena dia sudah menghabiskan baksonya.

"Emang berapa gaji ku yang akan kamu bayar?" Tanya Khansa.

"Tiga puluh juta perbulan!"

Khansa hampir menyemburkan air di wajah Pengacara Qian kalau tidak ditahannya. Ia akhirnya terbatuk-batuk ketika mendengar besarnya nominal gajinya hanya sebagai pelayan Pengacara Qian.

"Kamu tidak apa Khansa?" Tanya Pengacara Qian sambil mengusap punggung Khansa yang membuatnya sedikit risih

"Apakah kamu sudah gila memberikan uangmu sebanyak itu padaku hanya sebagai pelayanmu saja?" Tanya Khansa menatap wajah tampan lelaki yang saat ini terlalu perhatian kepadanya.

"Tidak Khansa!" Biasa saja menurutku." Ucap Pengacara Qian dengan tenang.

Khansa melihat hujan mulai reda dan dia ingin secepatnya pulang dari kedai bakso itu karena tidak tahan dengan perhatian Pengacara Qian yang berlebihan padanya.

"Sial!" Gadis ini senang sekali membuat ku kesal." Pengacara Qian buru-buru membayar bakso itu tanpa ingin menunggu

kembaliannya.

"Khansa tunggu!" Panggil Pengacara Qian sambil mengejar gadis itu yang sudah berjalan kaki.

"Tidak usah antar aku pulang dan mulai besok aku berhenti jadi pelayanmu. Kamu sangat membuatku takut." Ucap Khansa ketus.

"Khansa!" Apa masalahnya?" Di mana masalahnya?" Tanya Pengacara Qian frustasi.

"Kamu sedang membeli hatiku atau mungkin juga tubuhku. Jadi ku mohon hentikan niat baikmu yang berlebihan itu karena lelaki sepertimu hanya memanfaatkan ketampanan, uang dan jabatan untuk menjerat gadis sepertiku." Ucap Khansa tegas.

"Tidak seperti itu Khansa!" Mengapa pikiranmu sampai sejauh itu padaku?" Tanya Pengacara Qian.

"Lebih baik mencegah daripada mengobati karena apapun kebaikan yang kamu tawarkan akan berakhir bencana bagiku.

Tolong jangan ikuti aku lagi. Mereka akan mengira kita ini suami istri atau sedang pacaran." Ucap Khansa sambil melangkahkan kakinya lebih cepat menuju kostnya.

"Tapi tasmu ada dalam mobilku Khanza, apa kamu tidak ingin mengambilnya?" Pengacara Qian mengingatkan gadis ini.

"Sial!" Kenapa aku bisa lupa dengan barang ku?" Gumam Khansa lirih.

"Tolong antarkan saja ke kost ku!" aku malas untuk balik lagi ke mobilmu" Ucap Khansa.

"Baiklah. Aku akan mengantarkannya ke kost mu." Pengacara Qian kembali lagi ke mobilnya sementara Khansa berjalan cepat untuk lebih cepat tiba di kost nya.

Tapi belum saja ia mencapai kost, mobil Pengacara Qian sudah ada di belakangnya.

"Khansa!" Naiklah ke mobil, aku akan menurunkan mu di depan kost mu itu." Titah Pengacara Qian.

Khansa segera masuk ke mobil dan tidak ingin banyak bicara. Setibanya di depan kost.

Khansa menatap wajah tampan Pengacara Qian.

"Jujurlah kepadaku!" Apakah kamu sangat menyukaiku?" Tanya Khansa.

Deggg....

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

ya..bhkan levih dri itu....mencintaimu

2022-10-27

2

resyi a_gani

resyi a_gani

thor ngakak..cerita mu ini....semangat menulis...kasih tau dong yg udh terbit novel mu...aku mau beli..pesan dimana...

2022-09-27

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!