BAB 19

*Ini hanya fiktif belaka. Tidak ada unsur realita dan kenyataan, murni hanya hasil buah pikiran Author. Demi mempercepat lolos kontrak, bagi gift dan vote ya kakak ... Please ...*

...****************...

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri?" Fanya mulai memanjat meja, membersihkan langit-langit gubuk yang banyak sarang laba-laba.

Rizki tersenyum tipis. Dia masih sibuk berkutat di dapur, ikut merasa geli atas hal yang turut ditimpa oleh gadis yang baru saja dikenalnya ini. "Sepertinya, kali ini giliran elu yang jadi mang *sa hantu rumah ini."

Antonie bangkit, melepas tisu yang sudah merah berbau anyir da *rah itu. Dia langsung melempar ke arah tong sampah pojok dapur, tetapi tidak sampai. Antonie menjentikan jarinya kembali, tanpa sepengetahuan Rizki, tisu itu melayang sendiri masuk ke dalam tong sampah.

Berbeda dengan Rizki yang lebih cuek, Fanya tampak menyadari bahwa semua ini adalah ulah Antonie.

"Tuan rumah, cepat lepaskan aku. Apa kamu mau meng eks plo i ta si anak-anak di bawah umur macam kami?" teriaknya dengan tangan masih bergerak membersihkan plafon.

Antonie tidak menjawab um pa tan gadis belia itu dan memilih tidur mengistirahatkan diri, dan dia menyadari akan sesuatu. "System ... Lihat! Aku baik-baik saja. Bahkan lelahku langsung hilang karena ceki *kan gadis aneh itu." soraknya.

"Apaaa? Kau bilang aku aneh?" rutuk Fanya membersihkan plafon hingga wajahnya ketempelan debu yang berjatuhan.

"Uhuk ... Uhuk ... Fueh ... Fueeh!" debu masuk ke dalam mulutnya.

"Si alan banget tu cowok." Fanya melirik Rizki yang mulai memasak sambil bernyanyi.

"Wooiy, jadi ini tiap hari kerjaanmu?" tanya Fanya setengah bersorak.

"Udah, kerjain aja tugas lu! Jangan ajak gue bicara. Kalau makanan yang gue masak gak enak, hantu penghuni rumah ini bisa bikin gue masak makan siang sekali lagi!"

Rizki dengan lihai menggoyang gagang teflon yang dia gunakan. Sementara, Fanya masih belum bisa menerima dirinya yang mendapat tugas menjadi tukang bersih-bersih di rumah ini.

Antonie mendapatkan satu keping emas yang lebih tebal dengan bobot yang semakin berat. Digigitnya benda itu, dan gigi serinya terasa akan rontok karena kepadatan tekstur emas yang dia pegang.

"Selamat, Anda berhasil manjat level ketiga dengan hadiah sebesar seratus gram emas murni 24 karat!" ucap System.

"System, sepertinya gadis itu bisa membuatku jadi orang kaya dengan cepat. Tiap aku hampir pingsan, dia muncul dan mence kik ku, aku pasti mendapat emas yang banyak. Hmmm ... Sepertinya aku bisa membangun rumah singgah untuk anak-anak seperti mereka."

"Rumah singgah?" tanya System sembari melakukan pencari apa yang dimaksud rumah singgah.

"System menemukan single yang berjudul rumah singgah yang Anda katakan, Tuan. Dinyanyikan oleh seorang pe—"

"Stop! Aku tu bukan ngomongin lagu. Tapi rumah singgah yang sesungguhnya. Rumah yang menampung anak-anak terlantar. Dia boleh tinggal seberapa lama yang mereka mau."

"Tidak hanya itu rumah singgah bisa menjadi  tempat perlindungan bagi anak jalanan dari berbagai bentuk kekerasan  yang mungkin saja akan menimpa mereka dari  berbagai kekerasan prilaku yang berupa penyimpangan seksual atau berupa kekerasan fisik lainnya."

"Peran rumah singgah yang aku harapkan adalah sebagai tempat rehabilitasi yang bertujuan mengembalikan dan menanamkan fungsi dari otak anak. Jadi, pola pikir dan tingkah laku mereka jadi lebih baik lagi."

"Wah ... Tuan, hati Anda sungguh sangat mulia. Sungguh sangat pantas Dewa menitipkan saya kepada Anda. Karena Anda memiliki tujuan hidup yang baik dan bukan hanya memikirkan diri sendiri."

"Entah lah System, aku istirahat sejenak. Menunggu mereka menyelesaikan pekerjaan. Setelah ini, aku akan menjual semua emas yang ada, dan membelikan mereka pakaian yang pantas dan lebih layak."

*

*

*

tok

tok

tok

"Siapa?" tanya seseorang di balik kursi putar yang sandarannya cukup tinggi.

"Saya, Dokter." Dokter Bagas masuk ke ruang kerja yang luas milik Dokter Hardan.

"Apa yang terjadi?" ucap pria dengan rambut yang telah memutih menyeluruh.

"Kami juga tidak mengerti, Dok. Kami hanya meninggalkan Fanya sesaat. Ketika kami kembali, dia sudah tidak ada. Apakah dia bangun kembali dan keluar sendiri?" ucap Dokter Bagas tertunduk dan ragu.

braaaak

Gebrakan yang keras itu membuat Dokter Bagas tersentak karena terkejut. Kamu jangan membual!

"Mana mungkin manusia setengah mati seperti itu bisa hidup kembali? Kamu jangan ngadi-ngadi!!! Kamu itu seorang dokter! Kenapa bisa punya pikiran seperti orang bego begitu?"

Dokter Bagas tertunduk tidak berani menjawab.

"Tugas kita hanya memberi harapan pada keluarga pasien, supaya mereka mengeluarkan duit kepada kita setelah menggunakan alat bantu agar manusia koma bisa terus bernafas."

"Di saat harapan dan uang mereka telah habis, di saat itu lah kita meninggalkan mereka, lalu mencari orang lain yang memiliki uang yang lebih banyak dengan harapan yang sama."

"Ini rumah sakit, butuh biaya operasional, biaya perawatan alat-alat medis, biaya gaji dokter, perawat, dan segala struktural yang ada di sini. Ya ... Sehat itu khusus bagi orang yang memiliki uang. Sementara yang tidak memiliki uang, cukup jadi sumber keuangan kita dengan cara yang lain!"

Wajah Dokter Hardan terlihat sangat dingin dalam mengatakan setiap kata itu. Sebuah senyum tipis terulas di bibirnya. "Cari Fanya sampai dapat! Hidup atau ma ti!"

Dokter Bagas tertunduk mengepalkan tangannya.

"Apalagi yang kamu tunggu? Atau anakmu? Anakmu terlihat sangat sehat. Aku rasa jika organ Denish dijual, mereka akan membelinya dengan harga mahal." ucap Dokter Hardan dengan senyum dingin.

Dokter Bagas berlari kecil ke sisi Dokter dan dan berlutut menangkupkan kedua tangannya. "Jangan! Jangan anak atau siapa pun dari keluarga saya, Dok." mohon Dokter Bagas.

"Sekarang cari Fanya dan anak lelaki yang hilang waktu itu. Saya rasa mereka masih hidup. Jika mereka benar-benar sehat, buat lah mereka lum puh!"

*

*

*

"Hah-hah-hah ...." Angela merasakan sesak yang luar biasa. Saat ini dia berada jauh dari alat yang biasa membantunya bernafas dengan baik.

Sementara, Dilla sedang jauh berada di sisinya. "Hah-hah-Di-Dilla-Dilla ..."

bruk

Angela ambruk di tengah keramaian, pusat perbelanjaan. Seorang pria muda berlari cepat memeriksa keadaannya. Setelah itu, pemuda tersebut mengangkat tubuh Angela di bawa ke bagian gedung yang sedikit sepi.

Pemuda itu diikuti dua ekor remaja yang masing-masingnya memegang belanjaan dengan wajah sumringah.

"Hei, Bung Tuam Rumah?" tanya Fanya heran mengapa Antonie membawa wanita pingsan itu ke pojokan.

"Bukannya seharusnya dibawa ke rumah sa—"

Rizki refleks menyumpal mulut Fanya. Dia seakan memahami arti mata Antonie menginginkan agar membawa gadis yang baru dikenalnya ini untuk menjauh.

"Dia mengalami sesak. Asupan oksigen dalam paru-parunya menipis. Jika dibiarkan, wanita ini bisa mengalami serangan jantung."

...****************...

Yuuukk.. Siapa yang suka cerita horor? Kebetulan Author baru menulis cerita horor, yang tidak terlalu horor, karena Authornya penakut siih.

Judul: Rumah Dinas

Yuuk mampir..jangan lupa tekan love.

Terpopuler

Comments

shadow life

shadow life

yes

2022-12-07

2

shadow life

shadow life

ya

2022-12-07

0

yuce

yuce

astaga rumah sakit bukannya menyembuhkan orang sakit tapi malah mencari keuntungan lewat orang sakit.

2022-11-15

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 104 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!