BAB 2

"Kami tidak ngapa-ngapain! Ini total salah kamu sendiri!" ucap Cika di belakang.

Mendengar ucapan Cika barusan, Sonya hanya diam dengan wajah dingin dan melirik Cika di ujung mata.

*

*

*

Antonie dibawa ke sebuah rumah sakit swasta milik Dokter Hardan, ayah Sonya. Rumah sakit itu dikenal karena memiliki dokter-dokter handal untuk segala jenis penyakit yang ada.

Namun, atas titah Sonya yang telah hafal seluk beluk rumah sakit tersebut, mereka berhenti di bagian pojok rumah sakit yang sepi. Sonya turun melirik kiri kanan memastikan tidak ada yang melihat mereka, lalu mencari brangkar kosong di sebuah ruangan.

Antonie dipindahkan ke atas brangkar. Lalu dibawa masuk ke sebuah ruang yang aneh, sudut rumah sakit yang sepi. Mereka tidak ingin ada yang tahu bahwa putri pemilik rumah sakit ini baru saja menabrak seseorang. Korban yang tidak mereka kenali itu mengalami cidera di bagian kepala sobek, dada terbentur, tangan dan kaki patah.

"Bagaimana ini guys ... Aku mau ambil video dulu ah, biar semua orang melihat bagaimana cara kita menindak pasien yang mendapat trauma akibat kecelakaan!" Sonya telah siap dengan kamera yang akan merekam.

Denish merebut benda tersebut dengan kerutan di kening. "Kamu mau semua dunia tahu bahwa kita telah menabrak seorang manusia? Apa kamu siap rumah sakit papamu ini dituntut khalayak ramai?"

"Alah! Cuma gembel kayak dia doang. Dia beruntung kita bawa, kalau tidak pasti sudah mati duluan di jalan sana." ucap Sonya sambil memainkan kukunya.

"Sonya!" Semua kawannya gusar karena sikap gadis itu yang seperti tidak peduli sama sekali.

Lalu Sonya bergerak menyiapkan antiseptik, gunting medis, perban, kain kasa dan segala hal yang dibutuhkan. Setelah membersihkan tangan, dengan percaya diri Sonya memasang sarung tangan.

"Ayo kita mulai! Lihat tuh, kepalanya bocor. Kita periksa dulu sedalam apa lukanya!"

Dengan santai Sonya mengecek bagian kepala Antonie dengan alat medis yang kurang tepat. Sehingga membuat luka di bagian kepala Antonie menjadi semakin dalam. Hal ini aliran darah mengalir dengan derasnya.

"Sonya? Kamu?"

Keadaan mulai kacau. Apa pun yang mereka lakukan tak mampu menghentikan aliran darah tersebut.

"Kamu ini? Ini orang, bukan boneka yang biasa kita gunakan buat praktik," tuduh Cika dengan wajah terlihat semakin pucat. Kembali, Sonya memasang muka datar mendengar komentar Cika.

"Kalian lama! Aku hanya mau bergerak cepat," dengkusnya.

"Kamu ini benar-benar keterlaluan Sonya!"

"Apaan sih?"

Denish dalam diamnya berjibaku mencoba menghentikan pendarahan pada bagian kepala Antonie. Dia tidak ingin mereka semua mendapat masalah kemudian hari karena ini.

"Sepertinya kita harus menggunakan ruang operasi!" ucap Denish.

"Jangan! Ngapain ruang operasi segala? Gembel kayak gini aja mah di sini doang udah mewah untuknya." ucap Sonya lagi.

Semua yang mencoba menangani Antonie terdiam mendengar ucapan Sonya.

"Sudah! Cepat tangani dia. Kondisinya semakin buruk! Dia mulai kejang!" Denish jadi semakin panik karena kondisi pasien sudah tidak terkendali. Ini adalah kasus nyata pertama bagi mereka.

Antonie yang tadinya kejang mulai terlihat menegang beberapa waktu ... dan tubuhnya jatuh tak ada daya. Denish pun mengecek denyut nadi dan jantung pria ini ... akhirnya Denish menggeleng dan tertunduk.

Cika dan satu teman lagi bernama Dara menutup mulut karena shock. Akan tetapi Sonya masih terlihat tak peduli. Dia memilih membuka ponsel dan mengecek notifikasi komentar pada vlog miliknya.

"Bagaimana ini?" ucap Cika panik.

"Sonya?" Denish setengah berbisik karena mendapati Sonya senyum-senyum melihat komentar yang dia dapat.

"Sonya?" kali ini Denish lebih meninggikan suaranya.

"Nanti kita pikirkan!"

*

*

*

"Nah ... Lempar aja dia di sana! Jangan sampai gara-gara satu gembel, rumah sakit papaku menjadi hancur."

Sonya menutup hidungnya tak kuat menahan aroma busuk yang keluar dari sampah-sampah, Penampungan Sampah Akhir—di tengah malam hening.

Sonya dan ketiga kawannya tadi mengenakan pakaian serba hitam ditambah penutup wajah.

"Kamu yakin, kita tinggal kan dia di sini?"

"Buang aja! Keburu gembel yang lain bangun!" titah Sonya.

Jasad Antonie di buang ke tumpukan sampah yang menggunung tersebut. Setelah itu mereka buru-buru pergi meninggalkan area penuh sampah dan busuk ini. Mereka pun membersihkan diri, tidak lupa membakar semua barang bukti yang tadinya melekat pada tubuh.

"Terima kasih, Beb. Untung saja aku tidak merekam semua kejadian tadi." ucap Sonya menatap api yang membakar semuanya.

*

*

*

Antonie mulai membuka mata. Dia seakan terbangun dari tidur yang baru terasa singkat. Karena cahaya yang membuat matanya silau, Antonie kembali memicingkan matanya beberapa saat.

Secara perlahan Antonie kembali membuka mata berusaha beradaptasi dengan cahaya yang terasa lebih terang dibanding biasanya. Beberapa kali Antonie mengerjapkan kelopak mata berharap dia bisa melihat keadaan dengan baik.

Setelah beberapa waktu, akhirnya dia bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di sana, semua terlihat putih. Perlahan Antonie bangkit dan duduk, melirik ke segala arah yang tak berujung. Tak satu pun benda yang terlihat, dia bagai terdampar di satu tempat yang tak berbentuk.

"Apakah aku sudah berada di surga?" Antonie mengucek matanya.

'Ah, tak mungkin. Sepertinya, dosa yang aku punya lebih banyak dibanding pahala. Aku masih suka marah, iri, dengki dan sering menonton film bocep jika ada yang mengajak. Berarti, tempat ini bukan lah surga.'

Dia dikejutkan oleh sosok yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Seorang itu terlihat tua, dengan kerut di wajah, jenggot putih, dan rambut yang memutih seluruhnya. Di bibir terulas senyuman tulus, dengan kikuk Antonie membalas senyuman pria tua itu.

"Selamat datang di alam nirwana." ucap sang pria tua.

"Alam nirwana?" ulang Antonie dalam tanya.

"Iya ... Saat ini kamu berada di Alam nirwana, alam para dewa yang ada di galaksi ini."

Antonie bangkit, menyejajarkan diri dengan pria tua yang berdiri di dekatnya. Alis Antonie naik sebelah, dia mengusap dagu tampak berpikir keras.

"Kamu, sampai di sini karena akan mengemban tugas penting di bumi." tambah pria tua tadi, jawaban atas kebingungan Antonie.

Pria tua itu membuka telapak tangannya. Telapak tangan yang tadinya kosong, secara ajaib muncul sebuah benda berbentuk kaca mata. Akan tetapi bentuknya sangat aneh, dibanding kaca mata yang biasa dia lihat.

"Ini adalah benda yang akan membantu kamu menjalani misi sebagai Dewa Penyembuh. Kamu bisa menyebutnya dengan kacamata sistem!"

Antonie menilik lebih dekat ke arah benda yang ada di tangan pria tua, yang diduga seorang Dewa. "Kamu akan dihidupkan kembali. Namun kamu wajib menjalani misi ini."

"Misi?" ulang Antonie masih dalam rasa bingung.

"Ya, kamu harus menolong manusia yang sakit, tanpa pamrih! Jika kamu berhasil menyembuhkan orang lain, maka kamu akan mendapat hadiah berupa kepingan emas, sesuai tingkat kesulitan penyembuhan."

Antonie mengangguk mulai memahami penjelasan pria tua ini. Dia menyimpulkan bahwa pria tua ini adalah sosok Dewa Agung di jagat raya tempatnya bernaung.

"Ambil lah!" titah sang dewa.

Terpopuler

Comments

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

coba coment baca dulu ya thor kalubagus Lanjut...hhh

2024-05-16

1

🇮🇩 Satria SUNAN 🇮🇩(✿ ♥‿♥

🇮🇩 Satria SUNAN 🇮🇩(✿ ♥‿♥

aku tambah lagi like nya huhhh

2024-02-23

0

Gabutdramon

Gabutdramon

kalo orang normal di dunia nyata udah tewas itu

2024-02-18

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 104 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!