As Usual

Senyum mengembang dibibir Kai ketika melihat gadis berambut warna sama dengan miliknya muncul dari balik pintu apartemen berwarna platinum. Mata indah berwarna biru membulat diiringi senyuman merekah di bibir merah Ciara.

“Baby.” Kai menggendong tubuh sintal gadis yang terpekik lalu tertawa cekikikan. Renyah, suara tawa Ciara. Ia sungguh menyukai gadis satu ini.

“Aku pikir kau telah melupakanku, My Kai. Kau tidak pernah membalas pesanku. Begitu tahu kau akan mengunjungi, aku langsung ke spa sepanjang hari.” Ucap Ciara manja memamerkan tubuhnya menguarkan perawatan yang mahal

Kai yang tidak melepaskan tubuh gadis berambut panjang yang hanya mengenakan t-shirt pink pucat tanpa dalaman hingga mencapai tempat tidur. Tak perlu berbasa-basi, gadis ini telah mempersiapkan diri untuknya. Sungguh binal namun Kai sangat menyukainya.

Umumnya para wanita bertingkah seperti Ciara, seolah tahu jika dirinya hanya pemuas nafsu, teman kencan sesaat namun tidak bisa memiliki seorang Kai. Pria tampan yang mempunyai nama besar di kota Berlin, apalagi jika bukan pewaris tunggal Navarro Group. Kai adalah bujang terfavorit di kota tersebut, mungkin juga Eropa.

Usia 27 tahun dan memiliki bisnis perhotelan yang mengantarkannya seorang pengusaha sukses, tanpa diketahui oleh orang umum akan organasasi Black Panthernya. Andai berita itu

tersebar, tentunya Kai menjadi sosok yang sangat

menakutkan dan membuat Hugo, papanya menjadi sorotan.

Black Panther adalah organisasi terselubung dipimpin Kila, mamanya. Hingga mamanya turun tahta tidak banyak yang tahu perihal kesaktian istri dari pemilik Navarro Group. Hal yang paling diingat orang umum adalah insiden Nyonya Navarro ditembak mengakibatkan koma dan lupa ingatan, selebihnya Aurora Kila terkenal sebagai wanita yang sangat setia mendampingi penguasa bisnis otomotif dunia, yang tak lain Hugo Chan.

Itu pula yang di jaga Kai, nama baik orang tua. Ya pasti,karena syarat itu masuk dalam perjanjian yang ditandatanganinya. Sangat detil, Kai berurusan dengan Aurora Kila yang isi kepalanya tidak bisa diragukan. Semafia-mafianya Kai, Aurora berada dua level diatasnya.

Kai beranjak pelan menuruni tempat tidur, sejenak ia berbalik menatap tubuh putih pucat Ciara. Benar juga ucapan Sky, jika mereka berjalan di tempat umum akan menjadi sorot perhatian. Rambut dan kulit putih layaknya albino.

Belum saatnya meninggalkan gadis semanis Ciara, toh tidak ada tuntutan akan deklarasi sebuah hubungan serius. Kai sangat membenci hal itu. Ia akan serta merta memberikan cek berjumlah banyak dibandingkan harus memiliki kekasih dicintai secara sepihak.

“Apakah kau akan meninggalkanku, My Kai ?” erang Ciara membuka mata sebesar bola pingpong dan berwarna biru itu

Kai yang sedang memakai jaketnya berbalik mengusap rambut gadis yang telah memuaskannya berkali-kali dengan lembut.

“Aku ada keperluan dengan seseorang. Ya, biasa. Pekerjaan.”

Ciara mendesah pelan, bibir tipis merah miliknya cemberut “Tidak pernah sekali pun kita makan di luar, My Kai.”

Sorot lembut di manik Kai berubah datar. Ciara berubah seperti wanita-wanita yang dihempaskannya. Menginginkan status kepemilikan. Maaf saja, Kai tidak pernah berjalan di muka umum dengan seorang wanita, kecuali

saudara perempuannya.

Dengan santai Kai mengambil buku cek dari saku dalam jaketnya, benda yang harus selalu ikut ketika ia keluar, hal ini contohnya. Salam perpisahan.

Kai menggoreskan pena diikuti sorot Ciara yang sedang menggigit bibirnya.

“Ciara, hari ini terakhir aku mengunjungimu. Setelah ini kita hidup dengan jalan masing-masing. Kau akan menemukan pria hebat, ingat kuliahmu harus selesai.” Kai menyodorkan cek berisi angka 300.000 euro. Cukup membuat

Ciara menganga, itu angka yang sangat banyak bagi gadis yang sedang berjuang menyelesaikan studi masternya. Ia bisa membuka usaha dengan sejumlah itu, tidak perlu melanjutkan studi.

Kai menyeka air mata yang jatuh di pipi Ciara “Jangan berpikir tidak menyelesaikan kuliahmu, Baby. Aku pun dulu sempat tidak

mau, kau tahu dengan jelas siapa orang tuaku. Harusnya aku tidak perlu susah payah untuk meraih master bisnis untuk hidup mapan. Tapi setelah menjalaninya aku belajar banyak dan itu pula yang membuatku sekarang bisa menikmati posisi nyaman. Jadi kau harus semangat, kita tidak tahu kedepannya seperti apa, bisa saja kau menjadi rivalku di bisnis perhotelan.”

Ciara mengangguk kecil, hatinya terhibur akan ucapan pria yang baru saja mendepaknya. Ia terlalu bermimpi besar dengan kedatangan Kai. Salahnya mengucap kata-kata itu, harusnya ia lebih menjaga bibirnya.

“Apakah kita akan bertemu lagi ?”

Kai tersenyum simpul menatap Ciara “Secara tidak sengaja kemungkinan itu bisa terjadi. Semoga saat itu kau sudah bersama dengan seorang pria baik-baik. Kau tahu jika gadis secantik dirimu berhak mendapatkan kebahagiaan.” Ucapnya mengecup pipi gadis itu lalu berdiri, sejenak kembali menatap wajah

Ciara, yang mungkin lagi ditatapnya se-intens itu.

“Selamat tinggal, Baby.” Ucap Kai bergerak melangkah keluar dari kamar tidur Ciara, tanpa berbalik hingga menyusuri ruang tamu. Tanpa sedikit pun penyesalan ketika ia memutar gagang pintu.

Kai menghela napas sangat lega ketika tubuhnya semakin menjauh dari apartemen si gadis berambut putih, dalam benaknya bersumpah takkan memilih wanita seperti Ciara lagi. Walau manis, namun ia juga takut jika bukan cinta yang membawanya ke pelaminan. Melainkan keterpaksaan !

Hingga di usia dewasa, Kai belum pernah sekali pun merasakan cinta seperti orang pada umumnya. Walau ia tumbuh dengan cinta luar biasa di keluarga besarnya bahkan saudara perempuannya pun menemukan pria-pria terbaik, tidak bisa membuat Kai menginginkan hal yang sama.

Kai tidak pernah mencintai, mungkin disebabkan **** yang lebih duluan datang hingga hati tidak diperlukan untuk mendapatkan seorang wanita. Cukup suka dan mengirimkan berbagai macam hadiah, wanita akan menunggu kedatangannya.

Brengsek ! Dirinya sungguh brengsek, umpat Kai sambil menyalakan mobil mewahnya.

Kai mendengarkan dengan seksama penuturan kliennya, wanita berkewarganegaraan Cina terdengar sangat tertekan membahas suaminya yang di sandera oleh organisasi mafia Jepang. Bukan uang yang diminta Hachisuka, melainkan kehancuran Zhao Wei. Pria yang di sanderanya adalah kekasih pemimpin mafia tersebut, Taura Hachisuka.

Agatha Zhang adalah istri dari Zhao Wei, wanita cantik yang tanpa henti menitikkan air mata. Sang istri menceritakan jika suaminya telah pergi dari rumah sejak 2 bulan yang lalu. Semula Agatha

ingin melepaskan saja Zhao Wei, namun suaminya sempat mengabari 3 minggu lalu jika dia merindukan istri dan anak-anaknya.

Pria itu ingin kembali, Zhao Wei sadar jika Taura Hachisuka wanita yang sangat menakutkan. Pemimpin mafia itu kerap kali menyiksa Zhao Wei, terakhir hendak memotong kelingking sang suami karena ketahuan menghubungi Agatha.

“Tolong, aku hanya ingin suamiku kembali kepadaku. Setelah itu kami akan hidup baik-baik.” Pinta Agatha mengatupkan kedua tangannya, memohon dengan sangat kepada Kai.

“Jika suamimu kembali, wanita itu akan tetap mencari kalian.” Ucap Kai datar, di kepalanya memikirkan hal lebih jauh dari sekadar

mengembalikan Zhao Wei. Hal mudah baginya menemukan sebuah organisasi mafia Jepang, tepatnya Yakuza.

Agatha menarik napas panjang dengan tetap memandang manik biru pria di depannya, tampan puji dalam hati, namun ia sangat mencintai ayah

anak-anaknya.

“Berapa pun dananya, hingga sen terakhir aku pertaruhkan demi keluarga kami. Maksudku, apakah kau bisa menunjukkan sebuah tempat yang tidak terbaca oleh organisasi itu.”

Kai tersenyum miring “Kau bisa tinggal di pusat kota mana pun di dunia, mereka tidak bisa mendatangimu.”

Agatha membulatkan matanya, ia takjub dengan ucapan sang pemimpin mafia yang informasinya didapatkan secara mulut ke mulut. Agatha paham

jika yakuza tidak mempunyai saingan di Asia, kecuali di Eropa.

“Aku akan berangkat ke Jepang besok pagi, lusa kau akan berbicara dengan suamimu.” Kai beranjak dari kursi berwarna coklat, atas

permintaan Agatha pula yang mengajaknya bertemu di kafe yang berada di Leipziger

Street

 “Aku tidak akan meminta bayaran dari pekerjaan ini.” Ucap Kai mengangsurkan selembar tissue

kepada Agatha, ia kemudian mengambil selembar foto di atas meja, Zhao Wei dalam lembaran glossy itu sedang tersenyum lebar.

Agatha menutup bibirnya dengan mata yang kembali menitikkan air mata haru “Aku tidak tahu harus bicara apa, tapi kau sungguh baik.”

Kai tertawa kecil sambil menggelengkan kepala “Seorang pimpinan mafia tentunya tidak baik, aku jauh dari itu. Melihatmu mengatakan mencintai pria ini.” Potongnya memperlihatkan foto Zhao Wei “Membuatku ingat kepada suami-suami saudaraku. Kemungkinan besar mereka tidak

melakukan hal sama dengan suamimu, tapi jika hal buruk terjadi kepada suami saudaraku aku pasti akan menolongnya. Tidak mempedulikan kesalahan besar apa yang telah diperbuatnya.” Sambungnya mengeluarkan dua lembar pecahan seratus euro di atas kertas pesanan yang sementara total harus dibayarkan tak lebih dari 70 euro.

“Tetaplah di hotelmu. Tidak usah kembali ke Cina, mulai sekarang itu menjadi sebuah negara yang tidak bisa kau kunjungi lagi. Itu demi hidup kalian.” Kai menyarankan sembari mengedutkan alisnya.

Senyuman simpul membingkai wajah pria jangkung tersebut, benaknya berteriak riang mendapatkan pekerjaan itu. Ia akhirnya bisa berhadapan dengan yakuza. Salah satu daftar keinginan Kai dalam melengkapi dunia hitamnya,

beberapa organisasi mafia telah dihancurkannya namun yakuza belum pernah berselisih dengan Black Panther.

Ini saatnya !

Tidak susah menemukan Hachisuka di Jepang, tepatnya di Tokyo. Markas besar yakuza itu bertempat di kawasan bordil kota besar tersebut.

Bangunan berlantai 5 yang diapit oleh restoran ramen yang cukup ramai dan tempat pijit khas Jepang. Hachisuka sendiri berkedok karaoke bar di lantai 1 dan 2 nya. Tidak perlu Kai mengotori tangan untuk merobohkan para yakuza di

lantai dasar, cukup 5 anggota terpilih Black Panther yang secepat kilat merobohkan para pria berpakaian serba hitam dengan tangan memamerkan tatto berwarna dengan berbagai gambar entah itu ular atau naga.

Kai sendiri tidak menyukai seni merajah tubuh, itu tidak bagus menurutnya. Ia belajar dari Aurora Kila, bahwa tidak perlu terlihat sangar dengan gambar permanen di tubuh untuk menaklukkan dunia.

Dua pria hendak menerjang Kai, mengumpat dengan bahasa yang tidak dimengertinya membuat pimpinan Black Panther terlebih dulu bergerak dengan kecepatan melebihi penyerangnya, menggenggam pergelangan yakuza kemudian menghantam kembali ke arah dada. Kai membuat kedua pria tersebut roboh dengan tulang dada remuk karena tangan mereka sendiri.

Kembali Kai bergerak yang telah di dahului oleh para anggota pilihannya, hanya 30 nenit kemudian bangunan Hachisuka telah dikuasai Black

Panther. Kai sendiri merobohkan sekitar 12 anggota yakuza tersebut, puluhan lainnya oleh anggota terpilihnya. Pria-pria muda sepantaran Kai, yang sejak dini di didik oleh Hendra dan Windra. Lima pria yang sudah dipersiapkan akan

menemani sang pimpinan terbaru seperti halnya Hendra dan Windra menemani Aurora hingga mamanya gantung sepatu.

Kai menendang pintu yang diyakininya tempat peristirahatan pimpinan Hachisuka, betul saja ia mendapatkan tontonan adegan dewasa gratis. Sungguh ia menyayangkan Agatha mempertahankan pria seperti Zhao Wei. Pria yang berada posisi diatas bukan terlihat sedang terdzolimi oleh Taura, Zhao Wei dominan melakukan perbuatan dosa hingga pada akhirnya pasangan itu sadar jika ada pria lain di dalam

ruangan yang menjadi penonton.

“Sial ! Siapa kau !” pekik sang wanita yang buru-buru memunguti pakaiannya. Zhao Wei lebih memilih menutupi badannya dengan selimut

berwarna putih yang kurang lebih penuh dengan bekas percintaan tiada henti dengan kekasihnya.

Kai terbahak tawa melihat tubuh mungil yang mendekatinya, sedikit ia jijik mencium bau menguar dari pimpinan Hachisuka.

Bau dosa !

“Tidak usah teriak, aku bisa mendengar ucapanmu dengan jelas.” Ucap Kai sinis. Taura Hachisuka memandang pria jangkung dengan emosi di

ubun-ubun. Sekilas ia melirik ke arah pintu yang terbuka.

“Kau mencari anggotamu yang payah itu? Separuh dari mereka telah meregang nyawa.”

Wajah Taura terlihat pias mendengar ucapan pria aneh berambut putih bersedekap menatapnya. Ia kemudian melayangkan tendangan yang

dengan mudahnya ditangkap oleh pria itu.

“Siapa kau ?” desis Taura sebelum akhirnya ia harus merasakan tubuhnya menghantam lantai marmer

Kai berjongkok di sebelah tubuh Taura, wanita yang sedang meringis kesakitan hanya karena sebuah dorongan darinya.

“Payah. Aku terbang jauh-jauh dari Eropa hanya mendapatkan pimpinan yakuza selemah ini ? Apa kau menjajakan diri kepada semua anggotamu

sehingga mereka bisa takluk di bawah kepemimpinanmu ? Perbuatan yang sama dengan

pria itu.” Kai bergantian menatap Taura dan Zhao Wei dengan rendah

“Kau !” pekik Taura mencoba untuk duduk

Kai tertawa keras sembari mengambil sapu tangan di saku suit nya, ia lalu melemparkan ke bagian wajah wanita berambut hitam panjang itu, lalu mencengkeram rahang Taura.

“Aku diutus oleh istri kekasihmu, Zhao Wei. Pria yang bersandiwara jika dia disakiti olehmu. Sungguh licik bukan ? Ingin menguasai dua wanita. Tamak ! Dan buat kau Taura Hachisuka, kau boleh memiliki pria yang di ranjangmu itu.”

Ucap Kai melepaskan tangannya, secepat itu pula Taura menyingkirkan sapu tangan dari wajahnya sambil merintih kesakitan.

“Kau merendahkanku.” Taura menahan marah, ia tidak mau pria itu kembali menyentuhnya dengan kasar. Hanya sebuah cengkeraman di rahang namun ia bisa memastikan tak lama lagi akan muncul lebam di wajahnya.

Kai yang berjalan mendekati tempati tidur terbahak tawa “Kau tidak perlu direndahkan Taura, kau sendiri sudah rendah.” Ucapan ringan namun

menusuk hati Taura, ia tidak pernah menemukan pria sekuat dan segampang itu mengucapkan kalimat tidak menghargainya sebagai seorang pimpinan geng yakuza. Walau bukan terkuat di Jepang setidaknya satu-satunya yakuza di pimpin oleh seorang wanita.

“Buat kau Zhao Wei, hari ini adalah perceraianmu dengan Agatha Zhang, istrimu. Kau tidak akan menemukannya lagi, bahkan itu anak-anakmu. Kau boleh tinggal bersama kekasihmu yang payah ini. Yakuza kelas teri.” Kai sambil mengambil foto pria berwajah pucat pasi, ketakutan.

Kai mengirimkan foto Zhao Wei kepada Agatha dengan beberapa informasi penting.

Pria berambut putih tersebut mengembuskan napas panjang memandang pria yang sebenarnya tampan untuk ukuran Asia, hanya saja Kai tidak memaafkan orang yang tidak menghargai istrinya. Laki-laki boleh saja nakal ketika muda, namun ketika telah menikah dia harus menghargai sebuah ikatan pernikahan.

Sang pimpinan Black Panther melayangkan pukulan pada leher Zhao Wei, pingsan dalam sepersekian detik. Ya, Kai pastikan pria itu akan lama menyembuhkan retakan di tulang lehernya.

“Aku akan membalas semua ini.” Taura menatap pria yang hendak berjalan keluar dari ruangan kamarnya

Kai berbalik menatap dengan seringaian di bibirnya.

“Aku sangat menantikannya. Tapi aku pastikan saat itu aku akan menghancurkanmu, Taura Hachisuka. Walau aku telah berjanji kepada mamaku untuk tidak memukul seorang wanita.”

Taura merasakan debar setiap mendengar suara berat berwibawa dari pria jangkung itu “Tidak. Aku tidak akan membalas dengan kekerasan. Aku akan membuatmu tak berdaya di tempat tidurku.” Sungguh aneh ia merasakan hal yang membuat darahnya berdesir hebat dengan sikap kasar dan dingin seorang pria yang mengenakan suit

serba hitam yang sangat sempurna melekat pada tubuh kekar dan atletis itu.

Kembali Kai tertawa keras “Sayang, kau bukan tipeku. Terlebih aku tidak tidur dengan wanita yang melebarkan pahanya kepada suami orang. Kau sungguh jauh dari tipeku.”

Taura geram mendengar ucapan Kai yang semakin merendahkannya.

“Aku pasti bisa membuatmu bertekuk lutut.”

“Tidakkah kau melihat dirimu yang sedang berada di posisi itu sekarang ? Organisasimu telah hancur dan kau hendak memikatku dengan tubuhmu yang kotor itu ? Oh Tuhan.”

“Sekarang kau tidak punya apa-apa yang bisa kau banggakan, sayang. Kecuali pria di tempat tidurmu itu. Jadi akur-akurlah.” Sambung Kai

menatap datar Taura, wanita yang mengeraskan rahangnya.

“Siapa kau, brengsek.” Pekik Taura depresi, amarah dan terpesona menghantam kewarasannya. Ini aneh, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya

Kai mengembangkan seringaian di bibirnya “ Kai Navarro, pimpinan Black Panther. Bahkan jika kau meminta pertolongan yakuza lain pun aku tetap

bisa menghancurkanmu. Jadi gunakanlah otak kecilmu itu untuk berpikir tidak mencari masalah lagi denganku.”

“Aku akan..”

“Dalam mimpimu, sayang.” Potong Kai berjalan gontai melewati ambang pintu, 5 anggota pilihannya telah menunggu. Ia hanya memberi kode kepada 2 orang pria yang lalu masuk ke dalam ruangan tempat Taura berada.

“Seperti biasa.” Gumam Kai mengakhiri harinya di Tokyo, Jepang.

###

Ciara

alo kesayangan 😊,

gimana dengan novel Kai ?

apakah baik saja jika bermuatan adegan kekerasan dan kata2 kasar?

namanya action, tapi Kai belum merasakan cinta..

hatinya masih keras.

ia mewarisi dua jiwa yang kuat, Hugo Chan dan Aurora.

love,

D 😘

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

belom ngeh...
.....
upst...! sorry..!

2021-05-26

0

Dwi Septiani Ramadhani

Dwi Septiani Ramadhani

ciara ama kai cocokk bangetttt

2021-02-16

0

melツ

melツ

itu kalimat apa yg ada bintang2nya

2020-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!