“Ada yang salah ?” tanya Kai melirik ke arah Shadow yang terus memerhatikannya.
Mereka sedang duduk diatas kap mobil Kai sembari memerhatikan jutaan lampu bersinar dari perbukitan Hollywood. Langit kota Los Angeles selalu memerah karena pendar cahaya.
“Tidak ada.” Shadow menyahut dan kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Sejak Kai menampakkan diri di pintu rumahnya, sepanjang
makan bersama hingga detik ia berdiri sekarang, entah berapa kali jantungnya diremas dan berdenyut tidak seperti biasanya.
Pertama kali dalam hidup Shadow merasakan hal aneh mendera seisi hatinya, padahal Kai tidak melakukan apapun. Pria bersurai putih itu hanya
berperilaku seperti biasanya. Walau setiap sentuhan yang diberikan oleh Kai membuat hati
Shadow meleleh di dalam sana.
“Shaw.” Kai bergumam dengan mata mengarah ke arah depan, kedua tangannya terlipat pada bagian dada.
Shadow kembali melirik dengan ekor matanya kepada pria yang mengenakan kemeja berwarna hitam dengan jaket leather dari brand terbaik,
celana slim fit membalut tungkai panjang, sangat sempurna dan modis. Shadow seolah bersisian dengan seorang supermodel dan dia berperan sebagai asisten Kai.
“Papa dan mama akan ke Perancis.” Ucap Kai ketika tatapan mereka beradu.
“Hah ?” satu kata yang terucap di bibir Shadow namun mencelos di dalam dada
“Ya, kami akan ke Lyon. Dua hari lagi.” Imbuh Kai yang menghancurkan hati Shadow.
“Ya sudah pergi saja.” Shadow menimpali kecewa lalu mengakhirinya dengan dengusan kasar. Tangannya mencengkeram pada bagian kap mobil Kai dengan kuat.
Kai merangkul bahu Shadow dan mereka pun semakin rapat tanpa ada sela sedikit pun. Sayangnya Kai tidak tahu jika gadis di dalam
rengkuhan berada di antara sadar dan pingsan akan perbuatannya.
“Aku ingin kau ikut.”
Sontak Shadow menoleh, lalu wajah mereka hanya berjarak kurang dari 10 centimeter.
“Hah ?” manik coklat Shadow membulat
Kai mengangguk sembari tersenyum lebar “Ya, aku ingin kau ikut denganku, merayakan Thanksgiving.”
Shadow mendengus dengan dada bergemuruh “Aku akan mengerjakan satu film. Fokusku akan kesana, tidak bisa meninggalkan Hollywood
untuk berapa pekan ke depan. Syutingnya di dalam studio, hanya beberapa scene di luar itu pun hanya di L.A.”
Helaan kecewa keluar dari bibir Kai “Padahal aku berharap kau bisa ikut dan bertemu dengan keluarga besarku.”
“Siapa saja ?” tanya Shadow penasaran
Kai menampakkan barisan giginya yang lucu dalam senyuman lebar, maniknya membulat indah “Ada kakek dan nenek dari mama. Di Lyon sendiri adalah rumah Kak Ibo dan Kak Adrien, di sana ada grandpa Keanu, grandma nana. Keponakanku yang lucu, kau tidak akan bosan berada di tempat Kak Ibo.”
“Tidak usah dibahas.” Gerutu Shadow
Kai tertawa “Kau sendiri yang bertanya, Shaw.”
Pikiran Shadow menerawang memikirkan naskah yang dipilihnya, baru saja tadi pagi mengiyakan kepada Liam jika akan mengerjakan film Dark Room. Liam sangat senang karena film itu adalah pilihan sepihaknya bersama Ricchi.
“Lupakan jika aku pernah bertanya.” Shadow bersungut lalu bibirnya dimajukan.
Kai mengulum senyuman, ia sangat menyukai ketika Shadow menggerutu.
“Apakah kau lama di sana ?” tanya Shadow memecah keheningan, ia berbalik menatap Kai yang telah melepaskan rangkulannya. Sekilas Kai nampak menikmati pemandangan yang tersaji di depan mata mereka.
“Seperti biasanya lebih dari seminggu.”
“Hah ? Bagaimana dengan orang-orangmu itu ? Apakah mereka juga ikut ?” Shadow bertanya guna menutupi rasa sedih di hatinya.
Kai tersenyum dan mengembuskan napas, manik biru yang menenggelamkan gadis yang terpaku menatapnya.
“Sebagian mengikut, sebagian di sini. Tenang saja, beberapa akan tetap menjagamu. Apakah kau ingin diantar ke kantor, Shaw ?”
“Tidak !” seru Shadow menolak lalu berdiri dan bergerak ke depan hingga mencapai pagar pembatas, tak lama kemudian Kai berdiri di sebelahnya.
“Suasana hatimu memburuk.” ucap Kai tanpa rasa bersalah.
Kau pergi yang membuatnya seperti ini !
…
Hari Shadow mendadak sepi dan suram, pria yang biasanya memberikan cahaya berada di Lyon. Sungguh membosankan dan membuatnya merasakan cemburu akan foto-foto yang Kai dikirimkan. Dari foto tersebut, Shadow mengenal
keponakan-keponakan Kai yang berwajah cantik dan rupawan. Ia pun menyimpulkan jika
keluarga pria bersurai putih itu akrab satu sama lain, sangat harmonis.
Wanita yang mengenakan oversized t-shirt berwarna forest green bergerak dari kursi sutradaranya, 3 orang yang sedang terfokus pada naskah dan notebook adalah tujuan langkah kaki Shadow.
“Bagaimana ?” tanya Shadow dengan nada datar, ketiga orang tersebut menengadah dan terperanjat kaget akan kehadiran tiba-tiba wanita yang sangat dingin di lokasi syuting.
“Belum selesai, Miss Farubun.” Sahut wanita yang mengenakan kemeja berwarna putih dan celana bahan berwarna medium tan. Brandy Morris,
penulis naskah berusia pertengahan 30 tahun itu menatap Shadow dengan sorot mata sendu.
Shadow mendengus “Kerjakan cepat seperti yang aku minta. Dialogmu terlalu baku pada adegan itu. Kasihan para aktor harus menunggu. Ya ini kesalahanku juga, tidak membaca habis naskahmu.”
“Terima kasih, Miss Farubun.”
“15 menit.” potong Shadow cepat dan masih datar.
Tiga pasang mata itu melebar maksimal mendengar perkataan Shadow. Gadis yang berperan penting setelah para aktor berjalan gontai keluar dari lokasi syuting.
“Dia seperti Mr. Farubun.” Brandy bergumam pelan dengan perhatian kembali kepada layar notebooknya.
“Aku tidak setuju.” Sahut David Chabert, asisten Brandy.
“Kenapa kau tidak setuju ?” Brandy memelankan volume suaranya, ia menoleh menatap pria muda yang telah bekerja dengannya selama 2 tahun terakhir.
David mengedikkan bahu dengan bibir menukik ke bawah “Aku pikir Miss Shadow perpaduan antara Mr. Farubun dan Mr. Maheswara. Ini bukan
pertama kali aku melihatnya bekerja, tapi sepertinya nona cantik itu memiliki masalah hingga terlihat tegang dan dingin.”
“Makanya aku bilang dia seperti Mr. Farubun, kalian tahu sendiri seperti apa ayah dari sutradara kita yang cantik itu ? Sangat dingin ketika bekerja, berbeda dengan Mr. Maheswara yang bekerja dengan suasana riang.” Timpal Brandy sambil mencari pendukung akan perkataannya. Lola Bassett, asisten satunya menganggukkan kepala namun enggan bersuara.
David mendesah pendek “Aku pikir ini soal asmara, karena keluarga nona sutradara kita tidak mungkin goyah. Mereka hidup bahagia hingga
hari ini.”
“Kau sungguh positif, Dave. Itu juga yang aku suka darimu, tidak gampang menilai negatif. Aku sempat memikirkan apakah benar keluarga
Farubun dan Maheswara akhirnya berpisah. Jika itu terjadi, siapapun pria yang terlepas, aku akan mengejarnya.”
Lola terkekeh kecil sembari melihat David menatap tajam ke arah Brandy.
“Jangan pernah bermimpi di siang bolong, Miss Morris. Walau kau adalah atasanku, tapi perkataanmu terlalu berlebihan. Mereka baik-baik
saja. Terkadang keganjilan di mata orang lain, tapi bagi mereka yang menjalani adalah kesempurnaan. Ini hidup, orang bebas menentukan caranya untuk berbahagia.”
…
Tangan Shadow menjepit sebatang rokok yang telah terbakar separuh, matanya masih terpaku pada layar pipih di tangan satunya.
Wish you were here, baby girl.
Kai mengirimkan foto bersama dengan keponakannya yang sedang asyik menjilati gelato.
Sial !
Sekarang Shadow menginginkan snack dingin itu juga.
“Ehem !” dehaman kuat membuyarkan lamunan Shadow, ia langsung mencari asal suara tersebut.
“Apa yang membuatmu stress hingga mengisap itu, Ophelia Shadow Farubun ?” tanya Liam dengan mata sipitnya dilebarkan.
Buru-buru Shadow membuang rokoknya ke bawah lalu menginjaknya.
“Ayah, untuk apa datang ke lokasi syuting ?” Shadow bertanya balik dan berdiri menyambut sosok jangkung ayahnya.
Liam meringis sembari menjawil pipi Shadow “Apakah tidak boleh datang ke lokasi syuting yang milik ayah sendiri ?”
Shadow menenggak colanya, mencoba menetralisir rasa nikotin di mulut, sedetik kemudian ia pun memeluk Liam.
“Tentu saja ayah boleh datang kapan saja kesini. Maksud Shadow, ayah bisa mengabarkan jika ingin datang, biar Shadow mempersiapkan diri.”
“Agar ayah tidak mendapatimu merokok ?”
Shadow menggigit bibirnya lalu mengangguk dengan serba salah.
“Maafkan Shadow, yah.”
“Bahkan rambutmu berbau rokok, nak. Berjanjilah untuk tidak melakukan itu lagi. Ibumu akan sangat marah jika mengetahui anak sulungnya merokok.”
Desahan panjang keluar dari bibir mungil Shadow “Saya akan mencobanya, yah.”
Liam menggelengkan kepala lalu menarik tangan anaknya menuju bangku yang tadinya di duduki oleh Shadow.
“Ceritakan apa yang kau pikirkan, ini bukan Shadow yang ayah kenal biasanya.” Bujuk Liam sembari mencium puncak kepala Shadow dan berusaha mengabaikan bau nikotin yang melengket pada surai hitam anaknya.
“Hanya naskah yang perlu di revisi, sekarang Brandy sedang mengerjakannya. Scene sedang menunggu dan itulah membuatku seperti tadi,
yah.”
Liam menatap lekat wajah Shadow, anak gadisnya bertingkah semakin serba salah.
“Shadow yang ayah kenal tidak seperti ini, terlebih Dark Room adalah film berkonsep digital. Hal gampang bagimu, nak.” Ujar Liam menyelidiki.
Sutradara cantik yang mencepol rambutnya itu merenggut manja “Ayah sangat tahu dengan diriku.” Sahutnya dengan lemah.
Sungguh Shadow tidak berdaya dengan pria paruh baya yang terkekeh ringan akan perkataannya.
“Katakan.” Pinta Liam kembali mengecup pipi anak sulungnya.
Shadow terdiam matanya menatap ke arah orang-orang yang berlalu lalang di depan mereka.
“Bukan suatu yang penting.”
Liam tertawa kecil “Mau menyangkal sampai kapan, nak ? Jika kau bertingkah seperti ini, kita akan menghabiskan waktu hingga esok hari.” Ucapnya dengan bijak
“Ayah.” rajuk Shadow dengan manja
Liam mengeraskan tawanya, ia lalu memeluk tubuh Shadow.
“Selamat datang di dunia percintaan, anakku.”
Shadow menengadah menatap wajah ayahnya, mata sipitnya tersisa satu garis dengan kedua ujung bibir melengkung ke atas.
“Ayah, bukan itu.” Shadow mengelak dengan menggelengkan kepala dengan kuat
Liam terkekeh ringan “Tentu saja itu. Kai bukan ?”
Shadow melerai pelukan dan mendengus kasar “Dia bersenang-senang dengan keluarganya dan terus-terusan mengirimkan foto hanya untuk membuatku panas.”
Gerutuan Shadow membuat tawa Liam meledak, staf-staf di lokasi syuting mengarahkan pandangan kepada mereka kemudian menundukkan badan ketika kedapatan oleh tatapan sang Ceo.
“Apa kau ingin berlibur, menyusulnya ke Lyon ?”
Manik indah berkelopak dalam itu membulat menatap Liam “Ayah tahu jika Kai ke Lyon ?”
Liam mengangguk “Saat makan malam di rumah, Kai mengatakan jika akan ke Lyon.”
“Dasar.” Sungut Shadow
“Kau bisa menghentikan syuting ini dan berangkat ke Lyon nanti malam, nak. Apalagi naskahmu masih sedang perbaikan.”
“Tidak, yah. Brandy akan menyelesaikan scriptnya. Jika Shadow melakukan hal seperti itu, ke depannya malah akan menjadi kebiasaan. Beberapa pekerja di sini dibayar harian, jika Shadow menghentikan syuting mereka tidak akan
mendapatkan upah.”
Liam mengukir senyuman simpul dan mengangguk-anggukkan kepala “Kau memang adalah anakku.”
“Tentu saja Shadow anak ayah.” imbuh gadis yang tidak memulas wajahnya dengan makeup sedikit pun.
“Jadi yang membuat Shadow gusar, merokok karena merindukan Kai ?”
Shadow terdiam dengan alis berkerut.
“Hmmmm ?” Liam berdeham panjang meminta jawaban dari anak sulungnya itu.
Shadow tertunduk sembari mengangguk kecil.
Senyuman merekah di bibir Liam, ia pun lalu merengkuh bahu anaknya.
“Shadow telah merasakan cinta, sekarang bisa merasakan rindu. Cinta seperti itu nak, membuatmu gelisah. Semuanya menjadi tidak
terkontrol, termasuk pikiran dan emosimu. Tapi baiknya saran ayah, katakan kepada Kai tentang perasaanmu.”
“Tidak, itu tidak mungkin terjadi, yah.” Sergah Shadow menggelengkan kepala dengan kuat.
Liam menatap herap anaknya “Apa kau mencintainya sebelah pihak, nak ?”
Shadow kembali menggelengkan kepala “Tidak, yah. Kai sudah pernah mengatakan perasaannya kepada Shadow. Hanya saja saat itu, Shadow tidak mempercayai akan ucapannya.”
“Belum berani menjalin hubungan dengan seorang pria ?”
Shadow menghela napas panjang, kepalanya memutar setiap momen kebersamaan dengan Kai. Hatinya berdenyut perih, ada rindu menyesak di dalam sana.
“Shadow tidak tahu harus memulai dari mana. Kai memang baik.”
Dan sedikit menakutkan, tambahnya dalam hati
“Tapi memikirkan akan terluka membuatku takut, yah.”
Liam menggelengkan kepala “Kai bukan Alexandre. Dia tidak memiliki anak. Ayah sudah bertanya kepada orang-orang Indonesia yang mengenal keluarga Navarro yang hebat itu. Kai sangat single dan menjadi incaran teman-teman orang tuanya. Maksud ayah, Shadow tahu jika orang Indonesia suka menjodohkan anak-anak mereka.”
Shadow tertawa geli dan menganggukkan kepala “Untungnya ayah tidak seperti itu.”
Liam mengedutkan alisnya “Tentu saja tidak. Anak kami hanya dua, biarkanlah kalian menemukan cinta masing-masing. Temui pelajaran hidup
dengan sendiri, bukan karena campur tangan orang tua.” Ucapnya diikuti senyuman simpul sambil menatap wajah Shadow
“Dan ya, bukalah hatimu untuk Kai, nak. Jika ia melukaimu, Shadow masih memiliki ayah dan papa.” Sambung Liam sambil mengelus punggung
anak gadisnya.
…
“Cut !” Teriak Shadow lantang mengakhiri syuting hari itu.
Helaan napas lega dan sedikit tepukan tangan dari beberapa kru menyambut satu kata sang sutradara. Orang-orang pun lalu bergegas menyelesaikan pekerjaan yang tersisa, beberapa dari mereka berbenah karena syuting telah berakhir. Mungkin isi pikiran orang-orang
itu adalah makan malam enak, tempat tidur empuk dan mungkin percintaan panas yang bisa menghilangkan pikiran stress karena pekerjaan.
“Shaw.” Panggil suara renyah dan riang dari belakang. Sontak Shadow berdiri dan membalikkan badannya.
Kai berdiri tidak jauh dengan wajah berbinar, senyuman yang sangat lebar tersungging di bibirnya.
Hati Shadow melonjak riang, namun kakinya enggan bergerak melangkah mendekati sosok yang teramat dirindukannya.
“Hai, apa kabar baby girl ? Sepertinya syutingmu sudah berakhir.” Ucap Kai yang 3 detik kemudian telah berdiri tepat di depan Shadow.
Sutradara dengan wajah lelah, mata yang memburam menengadah menatap Kai.
“Kau berbohong, Kai Navarro. Katanya hanya seminggu, ternyata menjadi 3 minggu.” Sungut Shadow diikuti tawa ringan dari pria jangkung itu.
Kai langsung menarik tubuh Shadow dalam pelukan “Maafkan aku, di sana kami mendapatkan misi dadakan, berkaitan dengan perusahaan
kakakku. Kak Adrien. Aku tidak mengatakannya kepadamu karena tidak ingin membuatmu khawatir.”
Jantung Shadow berdebar semakin keras, menggetarkan dadanya.
Sedikit berjinjit ia menaikkan kepala lalu melabuhkan sebuah kecupan ringan di bibir Kai.
“Aku merindukanmu, bodoh.”
Kai tertawa kecil dengan wajah merah merona akan perbuatan spontan Shadow.
“Aku juga merindukanmu, gadis pintar.” Kai menyahut lalu menangkup wajah Shadow dengan kedua jemarinya. Manik birunya menatap lekat
manik coklat milik Shadow yang berkaca.
“Mine ?” tanya si pria bersurai putih meminta kepastian.
Wajah kecil memerah itu lalu mengangguk sambil tersipu malu.
###
alo kesayangan 💕,
gak tau mau ngomong apa, cuma bisa berharap kalian sehat selalu..
dan yah, Jogja dua hari ini ada air jatuh dari langit..
tempat kalian seperti apa??
love,
D😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
bak gayung bersambut...
cintapun berlanjut..
2021-05-27
0
Ratna Komalasari
hallo kai.. shadow you are mine.. up nya di tunnggu ay...
2020-08-19
1
Rohmi Ajie
Mine
Oh Kai... shadow 😊😊😊😊
2020-08-16
1