Shadow menjadi semakin bodoh sejak ditinggalkan Kai ke Asia, bak remaja yang baru kenal cinta, ia menjadi tak terpisahkan dengan ponselnya. Kai sudah pergi selama 3 hari, selama itu pula benda pipih berwarna hitam tidak lepas dari tangan dan jangkauan mata Shadow.
Menimimalkan rasa sepi dan pilu melanda hati, Shadow kembali ke rumah. Setidaknya ia tidak tidur sendirian, ada papa yang menjadi teman setianya menggantikan posisi sang kekasih.
Shadow meninggalkan segalanya di apartemen termasuk mobil, kecuali membawa beberapa helai pakaian milik Kai ke rumah. Setiap hari ia
mengenakan t-shirt milik Kai, Shadow bertinggi 180 cm, sangat jangkung namun t-shirt kekasihnya masih kebesaran untuk dirinya.
“Secintanya ibumu kepada ayah, sekalipun tidak pernah memakai kaosku.” Goda Liam pada anak sulungnya yang sedang menonton film di ruang tengah, Shadow sedang membaringkan kepala di atas paha Ricchi.
“Ibu itu feminim.” Sahut Shadow sekenanya. Ia tidak memalingkan pandangan dari layar televisi.
Liam duduk di dekat kaki Shadow, lalu menaikkan kedua telapak kaki anaknya di pangkuan. Sungguh sempurna kemanjaan Shadow, papa mengusap
kepala dan ayah yang menggeliti kakinya.
“Ayah, geli loh.” Protes Shadow, Ricchi hanya melirik tajam melihat keusilan Liam.
“Bang, biarkan Shaw menonton filmku.” Ricchi selalu berada di pihak anaknya melayangkan protes. Mengisi akhir pekan Ricchi mengajak
anaknya untuk menonton marathon film-filmnya ketika ia masih menjadi aktor di Asia Tenggara.
“Papa cakep sekali waktu muda.” Celetuk Shadow sambil menatap wajah Ricchi. Pria paruh baya itu langsung memamerkan lesung pipinya yang teramat dalam. Baik ia dan Sunshine tidak mewarisi hal indah itu.
Ricchi melemparkan senyum puas kepada Liam, sahabatnya sekaligus pria yang membagi cintanya.
“Cakep mana papamu atau Kai?” tanya Liam sambil memamerkan seringaian di bibirnya. Ia ingin membalas Ricchi, tentu saja pertikaian adalah bumbu hidup mereka sehari-hari.
Tubuh Shadow tersentak akan pertanyaan tiba-tiba ayahnya. Bukannya Shadow menjawab malah meraih ponsel yang di taruh di atas dada. Desahan kasar kemudian bibir merenggut ketika mendapati tidak ada notifikasi masuk dari kekasihnya.
Selisih waktu selama 15 jam antara Hollywood dengan Yunan, China, tempat Kai menjalankan misi yang membuat Shadow gusar. Mereka hanya bisa berkomunikasi via pesan, perbedaaan waktu dan Kai sepertinya sangat sibuk dengan urusannya. Hal itu pula yang membuat Shadow kembali ke rumah, ia tidak ingin menjadi kekasih yang cengeng terlebih Kai bukan dalam perjalanan wisata, melainkan urusan hidup dan mati.
Tuhan! Tidak, Shadow tidak bisa memikirkan hal itu. Ia terus mengulang perkataan Kai sebelum mereka berpisah.
Aku pasti baik-baik saja, Shaw. Janji, sehelai rambutpun tidak akan jatuh oleh orang lain. Kekasihmu ini adalah mafia terlatih, tidak
segampang di pikiranmu bisa dilumpuhkan. Terlebih pasukanku memiliki kemampuan
hampir sama denganku, baby girl. Jadi, tenangkanlah dirimu selama aku tidak berada
di sini. Aku Kai Navarro, pasti akan kembali padamu, utuh.
Shadow menghela napas lalu bangun dari baringnya, ia bergerak ke arah Liam dan memeluk erat tubuh ayahnya.
“Yah, pernah berjauhan dengan ibu? Selama pacaran?” tanyanya sambil mendongakkan kepala menatap manik sipit ayahnya. Tak berkelopak dan
tajam. Terkadang ia salah mengartikan tatapan ayahnya, terlihat marah padahal hanya bercanda.
“Tentu saja, nak. Saat ibumu kerja di Moskow dan ayah di Jakarta.” Jawab Liam menangkup pipi kanan anaknya.
“Papa juga pernah, ketika Dee kembali ke Jakarta. Cukup lama, Shaw.” Ricchi mendekat dan mengambil tempat tepat di samping Shadow.
Gadis bersurai ikal itu menoleh menatap Ricchi, papanya mengangukkan kepala membenarkan pernyataannya sesaat lalu. Usai mendapatkan
kecupan di kening dari Liam, Shadow bersandar di sofa diapit oleh kedua pria hebatnya.
“Shadow mau bertanya kepada ayah dan papa. Begini, apakah seorang pria itu bisa merasakan rindu yang sangat hebat seperti yang Shadow
rasakan sekarang? Apakah seorang pria merasakan dadanya sakit karena berjauhan
dengan kekasihnya? Apakah seorang pria itu hanya berkata indah demi menenangkan perasaan wanita bahwa tidak ada apa-apa selama mereka berpisah? Apakah seorang pria bisa bertahan pada cinta, tidak tergoda kepada wanita lain?”
Ricchi tersenyum melayang pandangan kepada Liam, sahabatnya melakukan hal yang sama.
“Dulu.. Ketika berpisah dengan ibumu di bandara, saat dia ingin kembali ke Moskow, separuh hati ayah di bawa terbang, ada yang hilang di dalam
dada, nak. Tentu saja kami merasakan nyeri di hati, pria dan wanita adalah sama, kita sama-sama manusia, nak. Hanya saja pria lebih dominan logikanya. Hingga tidak menampakkan selayaknya wanita, seperti anakku yang tersayang ini. Tahukah jika tingkahmu menjadi perhatian ayah, ibu dan papa, nak.” tutur Liam diikuti
usapan di puncak kepala anaknya yang sedang memegang erat ponselnya.
Shadow semakin merenggut, sangat cantik anak gadis Liam dan Ricchi. Dua pria paruh baya tertawa ringan melihat tingkah Shadow.
“Ketika pria mencintai, hatinya hanya tertuju kepada satu wanita. Jika ia masih bisa mendua, itu bukan cinta tapi nafsu.” Ucap Ricchi
menambahkan perkataan Liam.
Shadow mengerutkan alisnya menatap Ricchi “Bukannya papa dan ayah mendua, maksudku ibu menyayangi kalian berdua. Apakah ibu bernafsu
memiliki ayah dan papa?” ucapnya dengan polos.
Liam yang pertama kali tertawa diikuti oleh Ricchi.
“Bukan begitu, nak. Kasus kami beda lagi, kau kan tahu jika keluarga kita tidak sama dengan orang normal di luar sana. Kehidupan ayah, ibu dan papamu tempuh adalah kesepakatan bersama. Tidak mudah berada di posisi ini, banyak hal telah kami bicarakan bersama. Jadi, jangan menyamakan kami denganmu, nak. Kita berbeda.” Tandas Liam berulangkali menjelaskan hal yang samakepada anak-anaknya.
“Papa sangat yakin jika Kai tidak akan berbuat yang tidak-tidak, Shaw. Dia bukan sekadar kekasihmu, sayang. Kai adalah tunanganmu. Selangkah lagi kalian masuk ke dunia sama dengan Sunshine.” ucap Ricchi dengan suara lembut.
Shadow menarik napas saat memandangi layar ponselnya, foto berdua dengan Kai yang membuatnya tersenyum merindu.
“Semuanya terlalu cepat, berpacaran kemudian bertunangan, sekarang berpisah jauh. Apakah hubungan kami akan seterusnya begini? Shadow
belum tahu, yah, pa. Andai kami menikah kehidupan rumah tangga seperti apa yang
akan kami jalani. Kai sangat sibuk, dan akupun juga begitu. Dia memintaku tinggal di Berlin. Maksud Shadow, setelah menikah untuk tinggal di Jerman.”
Kembali kedua pria paruh baya itu berpandangan penuh arti. Liam terlihat sendu namun Ricchi menelengkan kepala dengan senyuman lebar.
“Ketika menikah, kau harus mengikuti kemana suamimu pergi, Shaw. Mungkin pertimbangan Kai adalah ingin dekat dengan kedua orang tuanya. Saudaranya di Lyon dan di sini, hanya dia yang belum menikah. Bagi kami tidak masalah jika
Shaw tinggal di Berlin. Atau mungkin kita bisa pindah juga di sana? Bang, apa perlu kita memiliki rumah di Berlin? Eropa sangat cocok untuk Dee-ku.”
Liam meringis dengan tatapan tajam “Jika kita semua pindah ke Berlin, siapa yang mengurusi Farubun and Maheswara? Sunshine tidak punya
bakat untuk itu, hanya Shadow yang bisa. Tapi kita harus mengalah, kebahagiaan anak kita adalah yang utama.”
Shadow berdiri dengan desahan keras “Tolong, jangan berdebat dulu ayah dan papa. Aku belum menikah, baru bertunangan. Jadi segalanya belum
bisa ditentukan secara sepihak.” Usai berucap dan memandang dua pria hebatnya, ia memajukan bibir dan berjalan menuju halaman belakang.
Gadis yang mengenakan kaos kebesaran milik kekasihnya berdiri di tengah halaman berumput hijau sambil menatap langit yang biru, sewarna manik mata orang sangat dirindukannya.
“Sekarang aku makin rindu, ya karena membahasmu. Hei kau, pemimpin Black Panther! apa kabarmu hari ini? oh ya, di sana sudah malam. Apakah kau bisa tidur nyenyak? Kau pikir aku bisa tenang ketika kau hanya mengirimkan
pesan selamat pagi pada jam 3 dini hari. Aku masih tidur, tuan lautan.”
“Aku rindu dan menantimu.” Ucap Shadow mencurahkan hati, seakan ada yang meremas jantungnya, bagian kiri dan kanan dadanya. Manik coklat itu tak lama kemudian menitikkan air mata.
…
Bruk !
Tubuh pria Asia jatuh setelah satu jurus mematikan dilayangkan Kai tepat pada dada, tidak perlu ditanya akibat pukulan itu. Ataukah perlu? Baiklah, pria Asia berambut hitam itu mengalami 4 rusuk patah dan jantung yang berhenti berdetak. Kai menjadi dewa pembunuh malam itu, ia tidak
segan menghancurkan semua orang yang menjadi penghalangnya. Ia sangat bosan menunggu menghabisi mafia Cina yang menjadi targetnya.
Apalagi jika bukan narkoba, sindikat Fei Yang boss narkoba yang memiliki pabrik opium terbesar di Asia. Kai dan Black Panther harus masuk ke dalam hutan untuk menemukan ladang opium Fei Yang. Hal itu pula yang membuat Kai kehilangan kontak dengan Shadow selama berhari-hari. Tidak ada sinyal dan dirinya terfokus untuk menyelesaikan misi.
Sejak Kai masuk dalam daftar Interpol sebagai komplotan mafia yang bisa diajak bekerja sama, sejak itu pula ia harus menerima permintaan membereskan sindikat yang tidak bisa dimusnahkan keberadaannya.
Tidak main-main Kai dalam menghabisi sindikat ini, demi misi ini ia menurunkan 100 anggota Black Panther. Mereka terbang ke Yunan secara terpisah dan tersebar. Kemudian menjalankan tugas sesuai intruksi sang pemimpin. Satu lagi
alasan Kai yang jor-joran dengan ratusan anggota Black Panther pada misi ini, yakni ia ingin cepat menuntaskan pekerjaan demi kembali ke pelukan Shadow, kekasihnya.
Hanya Tuhan yang tahu betapa rindu menyesakkan dada Kai. Tidak pernah ia merasakan dadanya memerih karena menahan perasaan ingin bertemu dengan sosok gadis yang memiliki senyuman indah, rambut ikal, tubuh yang
jangkung, dan sungutan indah mengalun di telinga.
Kai sedikit lagi gila, harusnya ia menghancurkan pabrik beserta ladang opium itu selama 24 jam ke depan. Kai justru memajukan jadwalnya. Ia sudah bosan di gigit nyamuk di dalam belantara sembari menunggu kabar dari team yang berada di lini depan. Kelima anggota khususnya sampai terkekeh mendengar gerutuan sang pemimpin yang ingin semuanya cepat berakhir.
Begitu mendapatkan kabar jika target dalam posisi, Kai tidak berpikir panjang. Ia mengindahkan mata yang kurang tidur dan tubuh yang kurang istirahat. Cukup sejam kemudian pemimpin mafia bertubuh jangkung telah
menghancurkan kediaman Fei Yang di dalam belantara.
Kejadian sunyi senyap, senjata pun memakai peredam suara, semua bekerja sesuai rencana. Para sniper menembakkan peluru pada targetnya,
pasukan lini depan merobohkan penjaga yang tidak terjangkau oleh sniper. Kai dan pasukan khususnya melenggang masuk mencari Fei Yang. Beberapa meregang nyawa di tangan pria jangkung bersurai putih.
Beringas, kata tepat untuk Kai.
Kembali lagi bukan Kai membenci sedalam akar pohon berusia ratusan tahun, tapi ternyata rindu di hatinya menjadi sebuah energi besar dalam menghabisi anak buah Fei Yang.
“Akhhhhh!” pekikan terakhir dari mulut pria
berkewarganegaraaan Cina itu. Fei Yang meregang nyawa di tangan Akio. Bukan Kai
yang menghabisinya. Sang pimpinan membiarkan pasukan khususnya melaksanakan misi ketika mendapati Fei Yang masih berada di ruang kerja. Rupanya boss sindikat itu masih sibuk dengan pekerjaannya, hal yang tidak dibawanya mati.
“Boss.” William berseru dan menatap Kai penuh penghormatan.
Kai mengangguk bangga akan kinerja pasukan khususnya. Sambil berkeliling di ruangan kerja Fei Yang, ia mengamati jika tidak ada satupun foto
keluarga yang di pajang boss opium tersebut. Bukannya memang harus begitu, para pemimpin dunia hitam patutnya tidak memiliki keluarga atau orang yang dicintai.Atau mungkin saja Fei Yang menyembunyikan keluarganya.
Kai tidak ambil pusing, tugasnya cukup sampai di sini. Sisanya Interpol akan membereskan ladang dan pabrik opium yang tidak main-main besarnya.
“Mari kita pulang.” Ucap Kai pelan sembari meregangkan tangan.
5 pria bertubuh besar menghela napas lega mengikuti dari belakang langkah kaki Kai yang berjalan sangat pelan sembari menyaksikan
puluhan tubuh pria-pria Asia tergeletak tidak menyisakan napas lagi.
…
Shadow masih betah dengan selimut hangatnya, ia merasakan sebelah tempatnya telah kosong, pria yang betah menemaninya tidur sudah terbangun beberapa jam yang lalu. Ricchi sempat menggoyangkan tubuh Shadow untuk bangun
dan berolahraga. Ia tidak mungkin melanjutkan tidur jika mengiyakan ajakan Ricchi.
Baru saja Shadow ingin menutup kepala dengan selimut dikarenakan sinar matahari perlahan menusuk mata malasnya. Dan sosok itu membuat rasa kantuknya hilang. Tubuh tinggi dengan punggung lebar dan kokoh, pemilik surai putih yang sedang berdiri membelakangi tempatnya berada.
Lautannya sudah kembali dan berdiri di depan jendela kamar.
“Kai!” sorak Shadow melompat dari tempat tidur.
Ia melupakan akan penampilan dirinya yang berantakan dan sedetik kemudian telah berada dalam dekapan yang erat sang kekasih.
“Shaw!” kedua tangan Kai memeluk tubuh kekasihnya, menciumi dengan dalam puncak kepala Shadow. Gadis cantik yang teramat dirindukannya menangis tersedu dengan tangan meremas kemeja di bagian punggung.
“Aku benci seperti ini, sayang. Aku benci jauh darimu! 10 hari aku menunggu, dan hampir 4 hari tidak ada kabar darimu. Aku hampir gila, Kai Navarro.” pekik Shadow tanpa menyadari jika beberapa kukunya tertancap di punggung sang pemimpin Black Panther.
“Maafkan aku, Shaw. Tidak ada sinyal di sana. Ah lupakan, kau akan membenciku jika mengatakan dengan rinci apa yang telah aku lalui di negeri itu.”
Shadow seolah tersadar, dengan cepat ia menyingkap kemeja hitam kekasihnya “Apa kau terluka? Di bagian mana? Tolong, jangan menyembuyikan sesuatu kepadaku.” Ucapnya sembari memeriksa bagian atas tubuh kekasihnya.
Melihat reaksi Shadow yang sedang di serang rasa khawatir yang berlebihan, Kai pun bergerak menangkup wajah kekasihnya.
“Baby girl, tidak ada yang terluka sedikitpun. Aku jamin dan tidak ada yang aku sembunyikan kepadamu. aku masih sama dengan Kai yang pergi 10 tahun lalu.”
Manik coklat yang masih memburam milik Shadow melebar “10 hari bukan 10 tahun.” Gerutunya dengan bibir merah ranum yang dimajukan.
Pada saat itu Shadow menatap lekat wajah kekasihnya, pria tampan bermanik biru yang sangat dirindukannya. Tanpa permisi air matanya
jatuh, bahagia dan lega membuncah di dada.
“Bagiku 10 tahun tanpamu, Shaw. Setiap detik berjalan lama jika kau tidak berada di dekatku. Ini sangat menyiksa. Hari-hari itu.” tangan Kai
mengusap air mata kekasihnya. Sungguh ia bisa melihat cinta yang sama besar dengan miliknya lewat manik coklat itu.
Shadow menaikkan kedua tangannya pada leher Kai, menarik turun hingga wajah mereka tak memiliki jarak lagi.
“Begitupun aku. Ah, kita sepasang manusia yang bodoh dan tergila. Tapi aku suka, aku menyukai perasaan ini. Bodoh dan tergila-gila kepada
cinta. Aku mencintaimu, Tuan Lautan. Pimpinan mafia yang berhasil membuatku lupa akan segalanya. Lain kali bawa aku serta bersamamu.”
Entah Kai menggeleng atau menggangguk, sebuah kecupan bibir yang manis kembali memabukkannya. Ia dan Shadow melepaskan rindu, berciuman panjang sebelum akhirnya suara dehaman keras dari sang papa mengembalikan mereka kepada bumi yang bulat, kamar berwangi lavender dengan suhu pendingin ruangan yang tidak bisa menahan laju peluh keduanya.
Ost by Rita Ora
###
alo kesayangan 💕,
aku mau ngomong panjang lebar, xixixi..
lewat chapter ini aku mengucapkan TERIMA KASIH BANYAK buat KALIAN, YA KAMU... KAMU 💗💗💗 yang support jalanku jadi penulis kaleng-kaleng ♥️♥️♥️♥️♥️♥️.. kalian setia memvote, like dan komen.. walau untuk urusan vote aku tidak pernah memusingkannya.
aku menulis baru proses belajar, tidak mengejar rangking dan pendapatan.. terbukti dengan tidak menulis 1 judul berturutan hari perharinya..
aku tidak bisa menjanjikan menulis rutin like an author lainnya, terlebih diriku ini orangnya bosenan.. ketika di tekan pada 1 judul keknya otakku tidak bisa bekerja.. jadi mengertilah ladies, dengan update novel yang kalian mgkn lupa jalan ceritanya..
aku pun sering lupa kok
hahahaha..
sekali lagi aku mencintai kalian, readers yang mampir dan ikut baper di deretan novel gaje ini..
hahahahaa
senang bgt yah aku, huum..
aku orangnya begitu.. selalu senang, kalau baper bawaannya diam kalau gak sekalian mengonggong..
wkwkwk..
love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
kalo lo yg menggonggong...
berarti aq yg berlalu...
kyk biarlah lo yg menggonggong, kafilah berlalu....
he...he..he...
2021-05-27
0
melツ
menunjukkan kasih sayang di depan umum... 😳
2020-11-07
0
Aing Jay
aku pun sama seperti kai..
rindu menanti km up thor..
seminggu itu rasanya seperti 7 thn..
😀😀😀
sampe bolak balik cek terus updetan
😀😀
thak ya thor..
semangat terus nulis nya..
jangan lupa jaga kesehatan..
😘
2020-09-18
1