Shadow meringis menatap pria yang tidak mau menerima penolakannya. Sungguh kehadiran Kai adalah hal terakhir yang ingin dilihatnya hari itu.
“Aku tidak mau keluar.” Ucap Shadow merenggut kesal
Kai menatap dari atas ke bawah “Seperti ini juga boleh.”
“Apanya ?” tanya Shadow menautkan alis
“Pakaianmu. Begini saja.” Kai langsung merangkul bahu Shadow dan menguasai tubuh gadis jangkung itu
Mata Shadow tajam menatap Kai.
“Ini pakaian rumahan.” Protes sang sutradara, t-shirt hitam kebesaran dipadu denim sepaha dan flip flops sewarna dengan atasannya. Sangat berbanding dengan Kai yang sangat rapi dengan sweatshirt hitam dan celana denim senada. Sepertinya hitam adalah warna favorit si pengganggu satu hari tenang milik Shadow.
Sejenak Kai menatap wajah mungil milik gadis dalam rangkulannya lalu mengembuskan napas pendek “Aku bisa menunggu jika kau ingin
berganti pakaian. Tapi harus berada di dalam kamar, aku tidak mungkin membiarkanmu
lepas dari tatapan mataku.” Ucapnya merendahkan nada suara
Shadow menggosok bagian tangannya, ia meremang mendengar perkataan pria yang sangat mendominasi. Belum 24 jam mereka saling mengenal namun Kai seolah mempunyai hak kepemilikan atas dirinya.
“Siapa dirimu yang mengatur seperti itu ? Apa aku gila membiarkan seorang pria asing melihat tubuhku ?” geram Shadow
Kai terbahak tawa tetap menyeret kaki Shadow untuk bergerak menuju mobil mewahnya “Aku tidak asing, Shaw. Kita sudah mengenal kurang 2 jam menuju 24 jam.” Ucapnya sambil membuka
pintu sedan berwarna hitam mengkilat, tanpa noda sedikit pun
“Jangan memanggilku dengan Shaw, namaku Shadow.” Sungut gadis bertungkai panjang yang tetap mendudukkan tubuh di jok dimana semua bagian dalam mobil sama dengan bagian luarnya. Hitam.
Sambil menyeringai, Kai bergerak cepat memutari kuda besi buatan Eropa. Salah satu produk terbaru dari Navarro Group, perusahaan papanya.
“Itu panggilan sayangku kepadamu. Shaw. Atau kau ingin aku memanggilmu dengan babe ? honey ? atau cinta ?” ucap Kai ketika duduk di belakang kemudi. Ia menatap wajah Shadow semakin merenggut, semakin cantik.
Shadow mendecih meraih seatbelt dan memasangnya dengan buru-buru. Sebelum Kai berinisiatif melakukan hal tersebut, terbukti badan pria itu mulai condong ke arahnya.
“Kau sudah makan siang ?” tanya Kai menginjak pedal gas dengan perlahan. Ia melihat sosok pria tua berdiri di ambang pintu kediaman Shadow. Gadis di sebelahnya yang menurunkan kaca dan melambaikan tangan.
“Itu siapa ?”
Shadow kembali menaikkan kaca jendela mobil menoleh ke arah pemilik manik biru dengan bulu mata yang lentik “Penjaga resort, sudah seperti
keluarga bagi kami. Semua orang tuaku dan kedua mempelai masih berada di hotel.”
Kai mengulum senyuman “Aku tahu jika keluargamu masih di Hauptsitz, aku juga tahu kau tidak tidur di sana. Menghindari adik iparmu yah ?”
Shadow antara ingin mengangguk atau menggeleng, ia pun lalu terdiam menatap jalanan pulau dewata yang sedikit ramai akan kendaraan.
“Aku juga menginap di Hauptsitz, membuka kamar atas namamu tapi kosong. Padahal sejam sebelumnya kau masih ada di hotel setelah jamuan makan malam keluarga mempelai pengantin di restoran.” Ucap Kai dengan tenang.
Gadis di sebelahnya memberikan respon bertolak belakang, Shadow menoleh pada sosok Kai yang fokus menatap jalanan di depan. Sebelah tangannya sedang memegang dagu, seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Kenapa kau bisa mengetahui segalanya ?”
Alis Kai naik diikuti bola mata melebar menatap Shadow “Papaku yang punya hotel tempatmu menginap. Sangat gampang untuk mengetahui segala gerak-gerikmu lewat cctv. Aku sempat pulang ke rumah untuk bertemu orang tuaku
dan orang yang bertugas mengawasimu malah mengatakan Nona Shadow meninggalkan
hotel.”
“Apa ?”
Kai tersenyum simpul “Sejak mengenalku, kemana pun kau pergi aku bisa dengan gampang menemukanmu. Bahkan di lubang terkecil dunia sekalipun, Shaw.”
…
Berkali-kali Shadow hendak melepaskan diri dari rangkulan Kai yang tidak henti melakukan itu. Sejak turun dari mobil, masuk ke dalam restoran, keluar di jalan depan yang mana masih berada di kawasan Pantai Kuta.
“Aku pikir kita akan kemana.” gerutu Shadow menarik bagian samping sweatshirt Kai agar mereka menepi ketika berpapasan wisatawan yang juga sedang berjalan berdampingan dengan pasangannya
Pria bersurai putih itu menurunkan sedikit tatapannya “Jadi akhirnya kau bersuara ? saat makan kau sama sekali tidak berbicara.”
Shadow mendengus “Kau tahu jika kawasan ini sudah aku hapal dengan mati.”
Kai terbahak tawa “Iya, aku pun sama. Tapi tidak
membosankan, Shaw. Tiap hari pun kita berjalan di sini kemungkinan bertemu dengan orang yang sama, sangat kecil. Selalu ada orang baru, kecuali orang-orang yang mencari nafkah di sepanjang jalan ini.”
“Sepertinya kau sangat hapal dengan Bali.” Gumam sang sutradara merasa kalah akan analisa Kai
“Tentu saja. Aku lahir di sini walau aku besarnya di
Minorca, Spanyol. Namun kota ini sangat berarti bagi kami bersaudara. Kakak dan saudara kembarku.”
Shadow menatap manik biru “Kau tiga bersaudara ?”
Kai mengangguk “Isla, Kai dan Sky.”
“Mereka ada di sini ?” tanya Shadow mulai sedikit penasaran
Kai menggelengkan kepala, ia terlihat kepanasan dengan bulir keringat keluar dari pori-pori leher dan pelipisnya.
“Memangnya kau ingin bertemu ? Mereka ada di luar negeri. Kau tinggal dimana, Shaw ?”
“Kenapa kau bertanya, bukannya kau tahu segalanya ?” Shadow kembali bersungut
Kai pun terkekeh sambil menyeka keringat di dahi “Saudara kembarku pun tinggal di kota yang sama. Mungkin kau belum mencari tahu, tapi
dia sangat terkenal. Kau pasti mengetahuinya dengan jelas. Ada satu lagi yang aku tahu tentangmu.” Ucapnya sambil menghentikan langkah mereka
Shadow melipat bibir menatap Kai yang mengulum senyuman “Apa ?”
Tangan panjang itu menunjuk ke arah seberang, sebuah kedai berdinding bata coklat yang tidak begitu ramai akan pengunjung “Aku menemukan
berita jika kau sangat menyukai gelato. Kau mau ?”
Shadow mengalami perubahan mood yang signifikan, raut wajahnya menjadi sangat riang. Ia pun menaikkan tangannya meraih jemari Kai, lalu menggenggam.
“Mau !” Seru Shadow.
Kai takjub kembali melihat mimik bahagia Shadow, kemarin satu-satunya momen melihat gadis itu tertawa yaitu ketika meledek adik iparnya.
Berita yang dibaca Kai semalam tentang hal kesukaan sang sutradara benar adanya. Terbukti Shadow-lah yang menarik tangan Kai untuk menyebrang menuju kedai gelato.
“Kau mau apa ?” tanya Shadow melirik pria di sebelahnya yang nampak kebingungan
“Kau saja. Aku tidak begitu suka dengan ice cream.”
Manik coklat Shadow melebar “Ini gelato bukan ice cream. Ya sudah, tiramisu dan vanila.” Ucap Shadow kepada pegawai kefai yang mengenakan pakaian berwarna dark brown tak lupa dengan topi berwarna hunter.
Kai mengulurkan selembar uang ratusan kepada Shadow, ia sangat tahu jika gadis itu tidak membawa apa-apa selain dirinya. Bahkan ponsel pun tidak ikut bersamanya.
“Aku tidak punya apa-apa.” Sungut Shadow meraih uang dari Kai, pria jangkung itu hanya tertawa kecil.
“Itu berarti hari ini hidupmu bergantung padaku, Shaw.” Sahut Kai melihat Shadow mengambil gelato pada cup berwarna coklat.
“Mau ?” tanya gadis bersurai hitam itu memajukan gelatonya ke arah Kai.
Sedikit bimbang namun ia tertarik akan bentuk gelato yang sepertinya meminta Kai untuk mencoba.
Hanya mencuil pada bagian ujung sendok plastik dan mencobanya.
“Lembut dan tidak terlalu manis seperti bayanganku.” Gumam Kai membulatkan manik birunya setelah rasa gelato menjalar pada indera kecapnya.
Shadow terkekeh ringan “Kau seperti anak kecil yang baru mencoba rasa gelato.”
“Terlalu feminim bagi seorang pria menyantap gelato.” Sergah Kai sembari membiarkan Shadow terlebih dulu keluar melalui pintu kedai tersebut.
“Kau salah, pemikiranmu sangat salah. Aku menyukai gelato karena ayah dan papa. Sejak kecil mereka suka membawa kami ke kedai gelato di L.A. Kau suka kan rasanya ?” tanya Shadow yang akhirnya bisa berjalan dengan bebas tanpa tangan kekar merangkulnya.
Mereka tetap berjalan bersisian menyusuri trotoar Jalan Kuta, pada area pertokoan Kai meraih jemari Shadow memasuki pintu kaca berbingkai warna putih.
“Aku kepanasan.” Ucap Kai
Shadow tertawa kecil “Harusnya paham jika Bali sangat panas tapi mengapa kau mengenakan sweatshirt lengan panjang, berwarna hitam pula. Apakah kau tidak memiliki pakaian berwarna ?”
Pria yang mendapatkan sindiran memegang bahu Shadow mengarahkan pada cermin besar yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Lihat, kau pun mengenakan warna hitam. Coba pilihlah yang menurutmu pakaian berwarna.” Ucap Kai sambil menatap pantulan tubuh mereka yang
terlihat sempurna. Gadis bertinggi badan yang selama ini dihindari terlihat sangat cocok berada di dekatnya.
“Aku tidak punya uang.” Sahut Shadow pelan
Kai tertawa keras lalu mencubit pipi Shadow “Aku sangat bahagia melihatmu tidak berdaya, Shaw. Ini.” Ucapnya menyerahkan dompet kulit ke tangan gadis itu.
“Bayarkan pakaian yang aku pilih.” Sambungnya lalu bergerak ke bagian pakaian pria. Shadow hanya bisa merenggut menatap punggung lebar
berjalan menjauh. Ia pun kemudian mendekati gantungan tempat dress berwarna terpajang.
Kai tak hentinya menyunggingkan senyuman melihat gadis mengenakan v-neck dress berwarna kuning, gadis itu cerah seperti matahari. Dan ia
pun sendiri telah mengganti sweatshirtnya dengan kemeja berbahan katun sangat ringan senada dengan maniknya, biru seperti laut kata Shadow.
“Ini aku kembalikan.” Ucap Shadow menyerahkan dompet Kai setelah menyelesaikan pembayaran
“Aku akan membayar semua utangku hari ini.” Sambungnya dengan wajah khasnya, merenggut namun cantik.
Kai hanya terdiam menerima dompet tanpa menyangga perkataan Shadow, ia masih terheran dengan semua tingkah lakunya hari itu.
Berjalan di keramaian, mencicipi gelato dan berbelanja bersama.
“Mbak, toiletnya ada di mana ?” tanya Shadow kepada pegawai kasir
Gadis berusia awal dua puluhan itu sempat berpikir sebelum menjawab, helaan ringan dari pemilik tubuh bertinggi tidak sampai 160 cm itu.
“Maaf kak, toilet kami berpisah di bagian toko, berada di bagian belakang bangunan karena kami sharing bathroom dengan 3 toko sebelah.” Sahut
pengawai itu
Shadow mengangguk kemudian menyerahkan tas belanjaan kepada Kai “Aku harus ke belakang. Kebelet pipis.” Ucapnya diikuti seringaian tawa Kai
yang lalu menganggukkan kepala.
Pria bersurai putih itu hanya bisa bertukar pandangan dengan pegawai toko yang tersenyum geli menatap kepergiaan Shadow yang setengah
berlari memasuki pintu bertuliskan “EXIT”
“Silahkan kak ditunggu pacarnya.” Ucap gadis berpakaian seragam polo shirt berwarna light gray
Kai tidak menjawab hanya mengangguk dan berjalan kearah sofa untuk menunggu gadis jangkung yang sangat suka menggerutu.
Hampir 10 menit berselang Kai menunggu, namun Shadow tidak kembali. Kekhawatiran muncul di benaknya, hingga ia pun memilih mengikuti tempat terakhir melihat Shadow.
Kai menjatuhkan tas belanjaannya ketika melihat 3 orang pria dewasa sedang menghalang-halangi Shadow.
“Hei !” teriak Kai dengan amarah yang langsung memuncak hingga ke ubun-ubun. Ia sungguh tidak terima melihat salah satu dari ketiga pria berkulit coklat itu berusaha menggenggam pergelangan Shadow.
Shadow melihat kedatangan Kai langsung memasang mimik memelas, matanya memburam “Kai, tolong aku.”
Tak butuh lama tungkai panjang Kai mengantarkannya ke kawanan yang menatapnya heran “Siapa kamu ?”
Kai tidak memberikan jawaban dengan perkataan melainkan ia langsung melayangkan pukulan pada bagian leher pria yang bertanya kepadanya. Belum
sempat mengambil ancang-ancang pria yang sedikit gondrong, pun harus merasakan
pukulan keras pada bagian wajah, dan yang terakhir pria yang berusaha memegang tangan
Shadow ditariknya dengan sangat keras hingga bunyi patah disertai lolongan panjang dari si korban.
Ketiga pria itu roboh di kaki Kai, gadis yang ditolong malah melangkah mundur ketakutan.
“Siapa kau sebenarnya ?” tanya Shadow dengan terbata. Kedua kakinya gemetar tak mempunyai daya.
Kai melangkah panjang menghampiri Shadow, ia pun lalu menarik tubuh gadis yang sedang mengalami syok melihat kekejamannya, masuk ke
dalam pelukan.
“Kai Navarro, Shaw. Temanmu. Pria yang akan selalu melindungimu mulai hari ini.”
###
alo kesayangan 💕,
di antara dia sepertinya akan vakum sementara waktu. entahlah..
mungkin akan diteruskan dengan kisah Sunshine..
atau aku kasih "End" saja.
love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
lanjut thor...
2021-05-26
0
santiezie
aduh kq rambut shadow GT amet ya, berantakan banget...
2020-10-31
0
alone
up to u ajlah D yg pntg up jln trs..
kai keren bgt y...cocok nih m shadow...
kai salam y buat my hugo chan tp jgn blg" ma" kila y aq tkt haaahaaa
2020-06-24
3