Crazy Love

Ptak !

Bunyi naskah ratusan lembar dipukulkan Shadow pada dahinya. Ia meringis malu, mengingat segala kebodohannya tadi malam. Ia bahkan melamar

Kai dengan mengatakan ingin menikah dengan pimpinan mafia tersebut.

Setelah melewati pagi yang canggung, akhirnya flashback kejadian semalam muncul satu persatu ketika Shadow berada di studio. Fokusnya

menguap terbang di bawa mesin pendingin ruangan itu, Hollywood sedang berada pada

puncak musim panas membuat beberapa staf produsi mengenakan t-shirt katun yang tipis

dipadu celana jogging yang longgar.

Shadow sendiri mengenakan pakaian kemeja katun berwarna sama dengan manik kekasihnya. Biru lautan yang menatapnya tadi pagi ketika membuka mata.

Bunyi desahan panjang keluar dari bibir Shadow dengan dada berdebar mengingat setiap detik kebersamaannya bersama dengan Kai. Pun cinta

membuncah di dada, namun logika mencerna semua tingkah bodoh yang dilakukannya.

Tangannya meremas naskah film garapannya dengan kuat-kuat. Untungnya ia semalam bisa mengalihkan pembicaraan kemudian berpura-pura tidur. Ya sebenarnya hanya 10 menit lamanya dia menikmati belaian jemari Kai pada surainya, sebelumnya akhirnya Shadow tertidur dengan sangat lelap.

“Miss Farubun, set siap.” Harry, First Assistan Director menepuk lengan Shadow. Pria berambut hitam dengan manik coklat notabene adalah

tangan kanannya terlihat menyunggingkan sebuah senyuman miring.

“Oke.” Matanya memandang ke depan tampak hairdresses mengecek penampilan sang aktor. Perhatiannya teralihkan pada ponsel menunjukkan notifikasi pesan masuk. Dengan sigap sutradara cantik itu meraih dan mengetuk dua kali layar ponselnya.

Hai Shaw, ini kekasihmu. Cuma mau mengatakan jika tidak sabar menunggu sore datang. Aku sudah merindukanmu.

Cekikikan tawa bak remaja keluar dari bibir Shadow, ia hampir saja melompat dari kursi berlogo Director di belakang punggungnya.

“Cinta membuatmu gila.” Sindir Harry seperti tidak senang melihat sutradara itu di luar kendali karena satu pesan cinta dari kekasihnya.

“Hidupmu terlalu datar.” Shadow memicingkan mata dengan alis mengerut. Ia dan Harry sering bekerja sama dalam 1 proyek, namun tidak

menutup kemungkinan mereka berdebat. Saling melemparkan sindiran adalah hal biasa, pernah sekali Shadow meninggalkan lokasi syuting karena pertengkaran hebat dengan Harry. Pun akhirnya kedua ayahnya yang turun tangan mendamaikan Shadow dan pria sengit itu.

“Tidak selamanya kau akan merasakan gejolak itu.” bisik pria berusia sepantaran dengan Shadow. Hanya karena Shadow memiliki dua pria hebat yang membuatnya berada di posisi sutradara muda di rumah produksi sebesar Farubun

and Maheswara.

Shadow mendecih dan mencondongkan badannya ke samping “Setidaknya aku pernah merasakan gejolak itu. Sebelum kami menikah.”

“Menikah ?” sergah Harry cepat. Matanya membulat dengan mimik seolah terluka.

Shadow menaikkan bahu “Ya, pacaran lama tidak menjamin ke pelaminan.” Tidak kuasa menahan bibirnya mengungkit kisah percintaan Harry yang

kandas setahun yang lalu. Berhembus kabar jika Harry menjalin lebih dari 5 tahun dengan mantan kekasihnya.

Harrry hendak memegang lengan Shadow, yang lalu di tepisnya dengan tatapan ketus.

“Camera Rolling.” teriak lantang sang sutradara yang tidak mempedulikan satu pria terluka karena kata “menikah” yang tercetus dari

bibirnya.

And action !

Sesekali Kai menatap ke arah pintu studio yang tak jauh dari tempatnya menunggu. Demi wanita berambut ikal yang memiliki senyuman indah, Kai

tiba di parkiran kompleks studio sejam yang lalu. Ia menyerahkan misi negoisasi dengan klien baru kepada William. Pria yang berasal dari negara yang sama dengannya, sangat diandalkan walau kelima dari pengawal khususnya semua memiliki jiwa kepemimpinan dan bisa mengambil keputusan terbaik.

Kai berdiri dari duduknya ketika melihat wanita mengenakan kemeja berwarna biru berjalan keluar dari ambang studio. Wajahnya berseri ketika mereka bertatapan, pun Kai bisa melihat kekasihnya berlari yang membuat angin mengibarkan helai surai hitam kemerahan.

“Tidak usah berlari.” Kai menangkap jemari tangan Shadow.

Tawa renyah meluncur dari bibir kekasihnya, matanya mengerling indah membuat jantung Kai berpacu di atas normal. Pun Shadow telah menjadi miliknya, namun tetap saja ia terus merasakan hal sama ketika masa mendekati

kekasihnya.

“Sudah lama menunggu?” tangan saling bertautan, manik indah menatap Kai.

“Tidak lama. Kau sudah mengabarkan jika syutingnya akan mundur. Tadi makan apa di dalam ?”

Sekilas Kai menatap ke arah bangunan sangat besar depannya, berkat kedekatannya dengan Shadow, ia mempunyai kesempatan melihat bagian dalam tempat itu. Sangat luas dan besar, terdapat deretan rumah, set-set yang dibangun untuk scene film. Di dalam terdapat trailer yang menyiapkan makanan untuk para kru yang bekerja.

“Seperti biasa, junk food. Aku ingin memakan salad tapi kehabisan.”

Kai mengecup puncak kepala kekasihnya “Kita akan makan salad malam ini.”

“Tidak, aku sudah kehilangan selera, sayang. Sekarang aku ingin makanan berat.”

Jemari Kai menangkup wajah Shadow “Terima kasih telah memanggil sayang, baby girl. Dalam Bahasa Indonesia. Terdengar sangat spesial

karena itu bahasa ibu kita.” ucapnya sebelum mencium ringan bibir yang tergigit.

Shadow menunduk usai pagutan singkat di depan tempatnya bekerja. Dulu ia mencibir kru film yang berlebihan dengan kekasihnya, maksudnya

berpelukan atau berciuman di depan kantor atau studio. Seolah mereka tidak bisa menahannya hingga di apartemen.

Kini Shadow yang melakukannya, dengan pria bersurai putih yang berhasil meruntuhkan semua tembok pertahanannya. Bahkan logika pun sudah

tidak bekerja ketika berada dalam sentuhan Kai.

“Makanan berat seperti nasi ?” gurau Kai membukakan pintu Shadow. Wanita cantik itu duduk dengan elegan, banyak hal berubah, dulu ketika pertama kali menjemput Shadow, kekasihnya menghempaskan tubuhnya dengan asal dijok hingga mobilnya bergoyang.

Setelah memasang seatbelt, Shadow langsung mengalungkan tangannya pada lengan kokoh pria di sebelahnya.

“Shanghai resto saja, sayang. Di sana ada nasi, sayur dan dinsum.” sahut kekasihnya manja.

Kai mengulum senyuman bangga disertai desiran darah mengalir kencang mendengar kata “Sayang” meluncur dari bibir kekasihnya.

Ketika mobil mendapati marka jalan, sembari menunggu lampu hijau Kai memberikan kecupan pada puncak kepala Shadow yang enggan beranjak dari dadanya. Tak lama setelah mobil bergerak, Shadow memindahkan kepala dari lengan ke dadanya, karena Kai sangat bahagia ia tidak melayangkan protes ketika wanitanya membuka seatbelt.

“Sampai kapan syutingmu, baby girl ?” tanya Kai sedang berkonsenstrasi mengemudi ketika mendapati jalanan padat merayap. Pun ia siap jika nantinya akan mendapatkan denda karena Shadow tidak mengenakan seatbelt. Kota ini dilengkapi ribuan kamera pengawas terlebih pada marka lampu jalan.

“Awal bulan depan kami syuting scene terakhir. Kenapa kau bertanya, Tuan Mafia?” Shadow menaikkan wajah hingga melihat garis rahang,

hidung tinggi, bulu mata lentik, dan tulang pipi kekasihnya.

Milikku ! teriaknya dalam hati.

Kai tertawa ringan dan menundukkan kepalanya, ia sempat mengecup bibir Shadow lalu kembali menatap jalanan.

Pipi Shadow memanas, dadanya bertalu-talu akan sikap manis sang kekasih.

“Aku ingin berkencan diluar, Shaw. Mungkin kita bisa berwisata singkat, di sekitar Hollywood atau mungkin kota lain.”

Shadow semakin tenggelam dalam dada Kai dengan senyuman bodoh menghiasi wajahnya.

“Kemana ? Kemana kau akan membawaku ?”

Mobil berhenti dengan pelan. Perjalanan yang biasanya agak lama menjadi singkat, Shadow pun membuka mata dan menegapkan tubuhnya. Bangunan tembok berwarna light gray yang dihiasi lampion merah di sisi pintu membuatnya

menelan saliva.

Bayangan makanan enak tersaji di meja membuatnya lupa jika ia baru saja melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat ingin didengar jawabannya.

“Kita bisa berbincang di dalam, Shaw.” Elusan diterima Shadow pada pipi, membuatnya menoleh menatap wajah Kai yang berseri. Tampan dengan

manik yang menyipit seolah tersenyum.

Kai tertawa ringan sembari membuka pintu di sampingnya dan melangkah panjang mengangkat tuas pintu satunya tempat kekasihnya masih duduk termangu.

“Tidak bagus banyak melamun.” Kai menarik tangan Shadow.

Ia melihat Shadow menelengkan kepala, mencoba mengembalikan fokusnya.

Tangan Shadow melingkar pada tubuh Kai ketika berjalan memasuki restoran chinese food yang merupakan langganan keluarganya. Para

pelayan bahkan pemilik restoran tersebut sangat mengenal Shadow sekeluarga.

“Miss Farubun,saya antarkan ke meja.” Ling, pemuda asal China menyilakan pasangan yang enggan melepaskan pelukan.

“Rupanya kau terkenal, baby girl.” ucap Kai menggunakan bahasa ibunya.

“Hanya di tempat ini, sayang.” Shadow menimpali dengan merendah.

“Kau sutradara terkenal, baby girl. Kau memenangi Oscar di usia yang sangat muda. Aku sangat percaya jika banyak aktor ingin bekerja sama

denganmu. Terlebih para aktor yang masih merintis karier.” Ucap Kai bijak sembari menarikkan kursi untuk kekasihnya.

Bibir Shadow terbuka hendak menjawab namun perhatiannya teralihkan kepada Ling yang menyodorkan buku menu.

Ia telah menetapkan pilihan yang akan memanjakan lidah dan mengisi perutnya.

“Paket C.” Kai mendahului Shadow setelah menutup buku menu, pandangan manik biru tertuju kepada pemuda China yang tersenyum simpul sambil menuliskan pesanannya.

“Sayang.” erang Shadow manja ke arah kekasihnya.

“Ada apa ?” sahut Kai heran.

Alis Shadow bertautan dengan bibir mengerucut “Itu terlalu banyak. Paket C untuk 4 orang, kita cuma berdua.” Ucapnya mengingatkan pesanan

Kai yang terlanjur ditulis Ling.

“Berharap menunggu selama 15 menit, Tuan dan Miss Farubun.” Ucap Ling sopan.

“Tentu saja kami akan menunggu, semoga kalian menepatinya karena kekasihku sudah sangat kelaparan.” Sahut Kai membuat Shadow terkekeh

kecil dan Ling melebarkan senyumannya.

Kekasihku, tanda pemilikan itu digumamkan Shadow berulang kali di dalam kepalanya.

“Aku sangat menyukai chinese food, Shaw. Karena papa separuh darahnya berasal dari sana, walau papa lebih banyak menyukai masakan mama tapi sejak kecil setiap acara besar keluarga dari pihak papa, kami pasti memiliki meja khusus yang menyajikan chinese food.” Kai menjelaskan yang diikuti anggukan tanda mengerti dari kekasihnya.

“Ini tempat keluargaku makan ketika semuanya di serang penyakit malas menginjakkan kaki di dapur.”

“Oh yah ?”

Shadow mengangguk dengan wajah berseri “Seperti itulah keluarga kami. Aneh dan sangat nyata, memiliki 3 orang tua yang pintar masak

malah tidak ada satupun dari kami berdua mewarisi keahlian mereka. Ya, aku tidak tahu memasak, Kai.” Ucapnya dengan nada menyesal pun sorotnya menyendu.

“Kau tahu kan ada namanya mie instan, baby girl ?”

Tawa kedua meledak tanpa mempedulikan beberapa orang di sebelah menatap ke arah pasangan dimabuk asmara itu.

“Aku bisa memasak hal simpel, Tuan Mafia. Tapi jangan berharap aku bisa seperti mama, atau ketiga orang tuaku.”

“Kita bisa memesan dari rumah mama.”

“Mamaku ?” tanya Shadow merasakan elusan di puncak jemarinya dengan lembut mengirimkan percikan api membakar dada.

“Mama, rumah mama di Berlin.”

“Kenapa Berlin, sayang ? Kita di Hollywood. Makanannya keburu basi jika di kirim Jerman ke Los Angeles.” Shadow mengucap lalu tertawa. Lautan lewat manik menatap sekaligus membasahi dada dengan airnya.

Kai menarik ujung bibirnya ke atas dengan sorot tergila pada sosok di depannya “Aku ingin kita tinggal di Berlin setelah menikah.”

Apa ? Tidak salah dengarkah Shadow mendengar penyataan kekasihnya. Pun jantungnya langsung bergemuruh sangat sangat hebat, tangannya gemetar dan berkeringat dalam genggaman Kai.

“Kau tidak ingin meninggalkan Hollywood, baby girl ? Aku pikir sekarang semua pekerjaan bisa dilakukan dimanapun. Jika kau hendak

menangani sebuah film, aku bersedia menemanimu. Kemanapun itu, aku akan berada

tak jauh darimu, Shaw.”

Ingin rasanya Shadow menjatuhkan kepalanya keras pada meja kayu di depannya, agar ia merasakan sakit dan menjadi bukti jika benar nyata suara yang mengalun indah akan mimpi tertinggi seorang wanita. Menikah dengan

pujaan hatinya.

“Bagaimana ?” tanya Kai membuat Shadow tidak berkutik mengungkapkan isi kepalanya.

Wanita bersurai ikal dan hitam itu hanya menggigit bibir dan terpana, mengambil napas sepelan mungkin padahal Shadow bak ikan yang baru terpisahkan dengan air. Megap-megap mencoba mengambil banyak oksigen.

“Aku tidak tahu.” Ucapnya pelan meragu.

Sial ! Hanya itu yang bisa keluar dari bibirnya.

Hei kepala kenapa dirimu menolak untuk mengeluarkan isi hatiku yang ingin meneriakkan kata “YA” sekencang mungkin.

Para pelayan membawa makanan mengusir peri cinta yang beterbangan di antara meja Shadow dan Kai.

“Guten appetit, baby girl.” ucap Kai menatap ke arah kekasihnya yang sedang berbinar pada makanan yang terhampar di atas meja persegi depannya.

“Selamat makan.” Shadow berseru. Entah mengapa sejak bersama Kai selera makannya berbanding lurus dengan suasana hati. Shadow semakin cinta dengan makanan, begitupun kepada pria di depannya. Lebih pastinya.

Ketika menikmati makanan pencuci mulut, Shadow memilih buah dibandingkan kue, kondisi perutnya tidak memungkinkan untuk menampung kadar gula bercampur gandum dan lainnya.

“Ada apa ?” tanya Shadow memandang lurus ke arah Kai, kekasihnya terdiam seolah mencari sesuatu di wajahnya.

“Ada makanan di pipi?” Shadow meraba pipinya yang memanas, mungkin memerah. Tatapan Kai bak inti matahari, menghanguskan isi dadanya.

Tubuh jangkung itu kemudian berdiri lalu bertekuk lutut di samping meja. Sebuah kotak beledu berwarna biru keluar dari saku suit Kai.

“Menikahlah denganku, Ophelia Shadow Farubun.” Suara Kai magis, dalam, serak dan panas bersamaan kilauan berlian indah mengambil fokus Shadow dari wajah kekasihnya.

Shadow meneteskan air mata, isi dadanya terburai indah dalam ribuan kepingan, lalu jutaan bersamaan ia menelan satu butir anggur tanpa di

kunyah. Dunia berputar, hawa dingin dan panas menyergap bersamaan.

Demi Tuhan, tolong otak dan bibir bekerjalah dengan kompak. Kali ini saja !

###

alo kesayangan 💕,

kemarin aku sibuk 😁

jadi biasa ingkar janji lagi...

dh kamis aja nih..

oh yah, aku akan menampilkan best comment menurutku dalam satu chapter novel yang sebelumnya di up..

ini best commentnya :

love,

D 😘

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

mo jawab apa yaa...
(biasanya kalo aq nanya, ada yg jwb kyk gitu..)

2021-05-27

0

Ama Lorina Raju

Ama Lorina Raju

yes i do 😅😅 aku jg mau kai

2020-08-28

2

Serenade

Serenade

CEPAT BILANG IYA SHAW!!!!!!!!!
atau aku aja yang bilang iya?

Sekelas Mafia pun bisa semanis ini, gimana preman lorong yah 🤔

Terima kasih update nya, sehat selalu yah😊

Love,

sumi.

2020-08-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!