Shadow bergerak pelan bangun dari sofanya, sejenak ia menatap pria yang tertidur setelah menceritakan dengan detil misinya. Pria tampan
itu tak adalah Kai Navarro, pemimpin organisasi mafia yang bernama Black Panther. Shadow akhirnya paham mengapa Kai dan orang-orangnya mengenakan pakaian serba hitam. Sesuai nama organisasinya, Black Panther.
Sedikit bergidik ketika Kai menjabarkan jumlah anggota Black Panther mencapai ribuan, dan tersebar di beberapa negara. Jumlah yang sangat sedikit dilihatnya di sekitar apartemen dan mungkin orang-orang itu sekarang tersebar di penjuru kota Hollywood.
Andai Shadow adalah seorang yang penting mungkin politisi yang memiliki banyak musuh, tentu saja dirinya adalah orang yang paling terlindungi di dunia. Di mana lantai apartemennya berisi orang-orang pilihan sang pemimpin. Ketika terjadi sesuatu, ia hanya perlu berteriak dan meminta tolong, pastinya orang-orang itu dengan secepat kilat mendobrak pintu apartemennya.
Shadow menghela napas dalam lalu berjalan ke arah kamar mengambil selimut rajut, sejenak kemudian ia menutup tubuh pria yang masih mengenakan kemeja hitam dan celana senada. Sangat kontras dengan kulit Kai dan rambut yang
putih. Kai bak malaikat dalam balutan pakaian hitam yang sedang terlelap pulas.
“Selamat tidur, Tuan Navarro.” Shadow mematikan lampu di ruangan tengah beserta layar datar yang menayangkan film action. Hanya lampu di atas coffee table di sudut sofa yang tetap menyala
Shadow berjalan masuk ke dalam kamar tidur, tak lupa ia mengunci pintu. Gadis bertubuh tinggi iti kemudian berdiri bersandar pada daun pintu, mencoba meredakan debar di dadanya. Pertama kali Shadow mengijinkan pria dewasa selain orang tuanya menginap di apartemen. Terlebih pria itu adalah orang disukainya.
Desahan panjang keluar dari bibir Shadow.
Detik ini Shadow jujur jika ia menyukai Kai, entah sejak kapan. Shadow tidak tahu dengan pasti, namun perasaan itu membuncah selama 28 jam terakhir ketika pimpinan mafia itu mengabaikannya. Betapa lega hati Shadow ketika melihat Kai tidak berkurang sedikit pun.
Kembali Shadow sangat pandai mengelabui Kai, berlakon sama seperti sebelumnya. Menanggapi ketus setiap perkataan pria yang membuat
jantungnya berdegup kencang.
Kenapa Shadow melakukan itu ?
Jawabnya karena Shadow belum yakin untuk menjalani hubungan sebuah hubungan. Shadow tidak tahu mengapa semakin dewasa semakin berhati-hati ia dalam membuka hati. Walau pesona Kai memikatnya, pun Shadow belum berani membalas sebuah perhatian yang bisa menandakan jika ia memiliki perasaan lebih
dari ikatan pertemanan mereka.
Ia masih bisa bertahan dan bersandiwara. Ya, ia pasti bisa !
Gadis berusia 25 tahun bergerak menuju kamar mandi, melakukan ritual malamnya dengan dada yang memanas dan berdebar kencang. Perasaan yang sama ketika Richard pertama kali menciumnya. Lebih dashyat !
…
Mimpi membangunkan Kai, bola matanya mengerjap mencari cahaya. Silau, ketika irisnya menangkap pijar lampu di atas meja. Ia langsung
bergerak dengan membawa selimut dalam dekapan untuk mematikan lampu meja tersebut.
Hal berikutnya Kai meraih ponselnya Pukul 6 kurang 10 menit. Masih terlalu pagi, tapi ia telah beristirahat lebih dari 8 jam. Tubuh lelahnya sehabis bertarung kemarin kembali pulih hanya tertidur di sofa.
Seutas senyum menyeringai melihat tempat tidurnya, bisa dikatakan ini pertama kali ia tidur di sofa. Dan itu sangat lelap. Kai sama sekali tidak pernah terbangun.
Banyak hal baru dilakukan Kai sejak bertemu dengan Shadow, hal terbesar yaitu ia bisa hidup tidak seatap dengan mamanya. Sebelum ini perasaan Kai tidak tenang ketika malam menjelang dan belum pulang ke rumah, ia pasti terburu untuk melihat wajah Aurora Kila. Kini sosok Aurora digantikan oleh Shadow, memandang wajah memberenggut itu selalu berhasil mendamaikan hati Kai.
“Wangi.” Gumam Kai ketika mencium selimut rajut milik Shadow.
Kai melipat rapi selimut berwarna smokey grey lalu meletakkan di atas sofa. Pandangan matanya mengarah ke kamar tidur gadisnya, sangat yakin jika Shadow belum terbangun. Tidak terdengar tanda orang bergerak di dalam sana. Insting Kai sangat tajam, bahkan langkah sepelan siput pun bisa dirasakannya jika itu membahayakan.
Hampir saja ia bersiul senang ketika membuka pintu apartemen Shadow.
Tidak ! Kai tidak ingin membangunkan gadis cantik itu di hari Sabtu pagi.
Hanya 3 langkah kaki lebar dari tungkai panjang miliknya dan Kai pun berhasil berdiri tepat di depan pintu apartemennya. Wangi makanan
tercium menggoda selera ketika membuka daun pintu. Suara gelak tawa terdengar riuh dari
dapur miliknya.
“Kenapa kalian ada di sini ?” tanya Kai ketika mencapai ruangan dapurnya. Tiga pria tinggi besar berbagai warna kulit terlihat sibuk
menggunakan peralatan memasaknya.
Akio, William dan Conley menoleh dengan seringaian penuh makna menatap pimpinan Black Panther.
“Kami pikir boss akan berada sepanjang hari di tempat Nona Shadow.” Conley menaik turunkan alisnya. Perkataan pria berasal Afrika itu diikuti
kekehan tawa oleh Akio dan William.
Kai mendengus “Shaw belum bangun.” jawabnya
Tawa terbahak pun sahut menyahut menggema di ruangan seluas 40 meter persegi itu, Kai menatap heran kepada pasukan khususnya.
“Berarti semalam boss menumbangkan seorang wanita yang sangat cantik.” Goda Akio sambil menyikut Conley yang tertawa kecil.
Pria bersurai putih itu menggelengkan kepala “Tidak ada yang terjadi. Aku tertidur di sofanya dan aku sangat setuju dengan perkataanmu jika
Shaw sangat cantik. Aku sangat mencintainya.” Ungkapnya jujur tidak menutupi perasaan yang terus membombardir isi dadanya.
Tepukan tangan dari Akio, Conley dan William.
“Akhirnya boss kami menemukan cintanya.” ucap William
Kai tersanjung dengan senyuman lebar di bibirnya, kedua tangannya menyilang di dada.
“Dari sekian banyak wanita, aku menemukan dia yang berbeda. Dulu aku pikir akan hidup tanpa merasakan cinta seperti papa dan mama.”
Tiga pria itu terdiam dan menatap Kai, seolah menunggu pimpinan mereka mengungkapkan semua isi hati. Kejadian langka jika seorang Kai
Navarro terlihat serius membahas tentang cinta.
“Jika boss masih tidur di sofa Nona Shadow berarti kalian berdua belum resmi berpacaran.”
Kai terkekeh dan mengangguk kecil “Ya, kami belum berpacaran. Ia menolakku tapi itu tidak menyurutkan langkah untuk terus berada
di dekatnya. Shaw layak untuk diperjuangkan, dia cinta pertamaku.”
Kembali suara tepukan tangan dari ketiga pria itu, walau Kai bisa melihat cengiran di bibir mereka.
“Jadi tidak masalah jika kami menginap di sini, mungkin boss akan pindah ke apartemen sebelah.” ucap Akio mencandai pimpinannya yang spontan mendengus kasar. Pria bermata sipit itu pun tergelak tawa.
“Kami bercanda, boss. Maaf kami asyik bermain game di ruang tengah hingga pagi jadi lupa untuk pulang ke tempat masing-masing.” Conley berujar
sembari membalikkan masakannya.
“Apa kalian tidak lelah ?” tanya Kai
William mengangkat bahu “Sedikit, kami sudah terbiasa menghancurkan sarang penjahat. Tapi selepas sarapan kami akan tidur.”
Kai mengangguk “Apa yang kalian buat ?” tanyanya sambil bergerak menghampiri ketiganya yang berdiri di belakang meja dapur.
“Scrambled egg toast dan grilled cheese.” William menjawab dan menoleh ke arah Kai.
Sejenak Kai terdiam lalu mengembuskan napas pendek “Aku akan mandi dan buatkan aku dua porsi masing-masing menu itu. Aku akan memakannya bersama dengan Shaw.” Ucapnya sebelum berjalan meninggalkan ketiga pria yang menahan tawa.
“Ternyata seperti ini boss kita jika jatuh cinta.” Bisik Conley sepelan mungkin.
“Sebentar lagi kita memiliki dua boss.” Sahut Akio
William dan Conley saling menatap dengan alis berkerut.
“Yeah, seperti ibunda tercinta, boss besar yang hanya mendengar perkataan kakak pertama, Hugo Chan.” Sambung Akio memperjelas perkataannya.
Kembali gelak tawa terdengar riuh, di dalam kamar Kai hanya bisa meringis karena mendengar jelas perkataan Akio.
…
Shadow menggelengkan kepala lemah tidak percaya akan pemandangan yang dilihatnya. sesosok pria jangkung terlihat sedang sibuk menata makanan di atas meja.
“Kau memasak ?” tanya Shadow dengan mata takjub melihat menu makanan mengisi piring berwarna dark gray. Sangat yakin jika itu bukan koleksi piringnya.
Kai tertawa kecil “Aku tidak bisa memasak, Shaw. Anggotaku yang memasak, aku meminta mereka menyisihkan 2 porsi untuk kita makan bersama.”
Shadow terus memandang raut wajah serius Kai menuangkan susu ke dalam gelas. Hidung tinggi dan manik mata dengan kelopak yang indah sesekali mengerjap, bersamaan dadanya terus memanas.
“Makan.” Singkat Kai sambil menaruh kotak susu berwarna biru dan putih. Shadow gelalapan ketika kedapatan menatap pria yang pagi itu tidak
mengenakan pakaian warna kebangsaannya. Sweater dengan berbagai warna membuat si
pemakainya tidak terlihat misterius melainkan ceria dan lebih hidup.
“Terima kasih, Kai.” Ucap Shadow menundukkan kepala menatap isi piringnya.
“Sudah mandi yah ?” kecupan di puncak kepala Shadow membuat isi dada gadis mengenakan t-shirt putih itu menggelepar tak karuan.
Shadow kehilangan kata, ia hanya bisa menarik gelas dan menenggaknya hingga habis. Kai terkekeh pelan melihat tingkah gadisnya.
“Rupanya kau kehausan.” Ucapnya sambil mengisi kembali gelas Shadow.
Anggukan kecil dari Shadow, tangannya sedikit gemetar mendengar Kai terus berbicara dengan suaranya yang entah mengapa pagi itu menggetarkan hati.
“Apa yang kau ingin lakukan hari ini, Shaw ?” tanya Kai mengarahkan pandangannya ke depan, tangannya masih memegang grilled cheese seusai menggigitnya sekali.
“Aku ?” manik lentik dan dengan kelopak memiliki cekungan ke dalam melebar.
“Ya, dirimu, Shaw.”
Shadow termangu sejenak sembari memikirkan agenda yang pernah di susunnya awal minggu. Mencoba mengingat isi memonya. Nihil ! tidak
ada satu pun mengulang di memorinya.
“Tidak ada.” Shadow menyahut bak orang yang kehilangan ingatan.
Blank !
Pria yang tertawa kecil di depannya adalah penyebab semuanya.
Sial ! Bukan diri Shadow yang biasanya, namun mengapa terasa indah di hati walau dadanya terus memanas dan jantung tak henti memompa berkali-kali lipat. Shadow bahkan sangat gugup, ia baru saja mandi tapi tengkuknya sudah mengeluarkan peluh.
“Shaw.” Panggil Kai melihat Shadow yang tidak pernah menaikkan pandangan, mereka tidak beradu pandangan selama 10 menit menyantap sarapan yang sangat menggugah selera. Kai tidak memungkiri kepintaran para anggota khususnya di dapur, ketika dalam satu misi panjang, pria-pria itulah yang menyiapkan makanan untuknya.
“Ya.” Shadow menyahut menaikkan kepala, hanya sekilas mereka bersitatap.
Alis Kai berkerut dengan bibir terkulum “Ada apa ?” ucapnya bingung.
Gelalapan Shadow menggeleng, makanan di piringnya habis dalam diam dan sikap gugupnya.
“Ada masalah apa, Shaw ?” Kai memerhatikan Shadow menenggak habis isi gelas kedua berisi cairan kalsium tinggi.
Shadow mengembuskan napas panjang, menetralkan gemuruh dadanya yang tidak bisa mereda.
“Sepertinya aku akan ke rumah, ayah dan ibu sudah datang.” Ucap Shadow sembari berdiri dari duduknya, ia lalu menyusun piring kotor dan gelas
miliknya dan Kai.
“Baiklah.” Kai ikut bergerak, mengikuti langkah kaki Shadow menuju kitchen sink.
Shadow mencoba mengabaikan kehadiran Kai di sisinya, aroma parfum pria itu menguar hebat dan sangat menggoda kewarasannya.
Ia membutuhkan pelukan hangat sembari mencium pusat semprotan cologne di tubuh Kai.
Sial ! kembali Shadow mengumpat dalam hati.
“Aku akan mengantarmu.”
“Hah ?” Shadow tersentak kaget akan ucapan Kai yang tiba-tiba menyadarkan lamunan tidak warasnya. Manik biru seperti lautan itu menatapnya intens.
Kai tertawa kecil lalu mencubit pipi Shadow yang memerah, tebaknya mungkin karena blush on yang disapukan gadis itu.
“Aku akan mengantarmu pulang, Shaw. Aku juga ingin bertemu dengan mama dan papa. Oh ya, jika besok tidak ada yang kau lakukan, datanglah ke rumah Sky. Kalian belum berkenalan bukan?"
“Apa ?” tanya Shadow linglung.
Kai menggelengkan kepala sambil terkekeh “Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu pagi ini, Shaw. Mungkin sebaiknya kau kembali ke rumah,
sepertinya fokusmu sedang terganggu. Pekerjaanmu sangat berat ya ?” tanyanya
memerhatikan Shadow yang sedang menggigit bibirnya.
Kembali Shadow mengiyakan tanpa berpikir. Kenyataannya tidak ada yang susah dengan pekerjaannya selama seminggu terakhir, hanya Kai tanpa kabar yang menguras pikiran dan hati.
Kai membalikkan badan Shadow ketika gadis itu menyelesaikan pekerjaannya “Beristirahatlah selama dua hari ini. Janji, aku tidak akan
mengganggumu.” Ucapnya sambil menangkup wajah kecil gadis yang semakin memerah.
“Shaw, apa kau sakit?” sambung Kai membulatkan manik lautannya, tangannya meraba dahi Shadow.
“Tidak.” Shadow menyahut lemah. Matanya terpaku pada wajah rupawan Kai.
Terbersit haru di antara desir perasaan cinta yang dirasakan Shadow kepada pria jangkung yang terlihat sangat khawatir.
“Kai.”
“Ya.”
Manik biru bak lautan yang menenggelamkan Shadow menatapnya lekat.
“Bisakah kau memelukku ?” ucapnya terbata
Bahkan bibir Kai menyeringai pun terlihat seksi di mata Shadow.
“Tentu saja bisa, baby girl.” Sedetik berikutnya Shadow mencium pusat wangi cologne pria yang memberikannya serangan jantung kecil. Tangannya meragu tapi tetap saja membalas pelukan Kai. Pagi itu pertama kali Shadow melingkarkan tangan pada tubuh kekar berotot milik Kai.
“Kai.” Shadow melirih pada tulang selangka pria yang mengecup keningnya.
“Hmmm.” Dehaman Kai bak mengalahkan indahnya kicauan burung di belantara hutan Kalimantan.
Shadow menaikkan wajahnya, ia hanya berjarak berapa centi dari bibir Kai. Hembusan kalsium bercampur mint menguar di penciuman Shadow.
“Maukah kau datang berkunjung, mungkin nanti malam atau besok pagi ?” pinta Shadow yang tidak percaya akan ucapan bibirnya sendiri.
Kai tersenyum lebar dan mengangguk “Ya, aku pasti datang, Shaw. Pasti datang, baby girl."
###
alo kesayangan 💕,
mencoba menggilir sesuai urutan novel, wkwkwkk
tapi besok aku akan mengupdate "Di Antara Dia" aku ingin menamatkan, agar tidak punya utang dan novel baru bisa release.
apakah novel baru itu ?? 😁
menunggulah✌🏻
love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
akhirnya...
musim semipun tiba...
2021-05-27
0
Bing Sauce🎫🧧🧧🧧
WOW ...bagus ceritanya suka bangt...
S3mangat ya Author
2020-11-20
0
💗 Tita 💗
bagus ceritanya 😊😊
2020-11-14
0