Denying

Shadow berusaha melepaskan diri dari kungkungan Kai. Pria jangkung bertinggi 191 cm itu menggelengkan kepala.

“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu tanpa ada jawaban.”

Shadow menautkan alisnya “Kau tidak menanyakan sesuatu. Hanya mengatakan perasaanmu.”

Kai cemberut, seolah-olah ungkapan perasaannya hanya dianggap angin lalu oleh gadis pujaannya.

“Shaw, kau tidak tahu jika jantungku sedang berdetak kencang. Bahkan melawan penjahat kelas dewa pun aku tidak berdebar seperti ini. Lihat aku berkeringat.” Ucapnya tidak bisa menahan gerutuan akan sikap Shadow.

Manik coklat dengan bulu mata lentik menatap lekat Kai “Aku harus menjawab apa, jika kau menanyakan sesuatu.”

“Aku mencintaimu, Shaw.”

Shadow tidak bergeming tetap menatap wajah rupawan yang mengeluarkan titik peluh kecil di pelipisnya “Apa pertanyaannya ?”

Bola mata biru sejenak memejam dalam slow motion, tampak indah di benak Shadow. Tetap saja ia mengingkari perasaannya.

“Apa kau mencintaiku, Shaw ?”

“Tidak.” Sahut Shadow dengan cepat.

“Apa ?” Kai tidak percaya akan perkataan singkat Shadow yang meruntuhkan dinding jantungnya. Ia baru saja menyatakan perasaan dengan susah

payah, lalu ditolak hanya dalam waktu sepersekian detik.

“Ya, aku tidak mencintaimu.” sahutnya berusaha tidak menampakkan keraguan

Mendengar ucapan datar Shadow, Kai malah makin mengeratkan tangannya.

“Shaw, kau tidak menyukaiku ?” tanyanya sambil mencari jawaban di sorot mata Shadow. Ia sangat buta jika mengenai isi hati gadis di pelukannya.

Wanita lain sangat gampang terbaca, berbanding terbalik dengan Shadow. Kai tidak pernah tahu makna ekspresi Shadow, gadis itu sangat pintar bersandiwara.

Tangan Shadow terulur naik keatas, menyeka bulir peluh di pelipis Kai.

“Aku menyukaimu, Kai.” Ucapnya lembut

Lautan berbingkai kelopak lebar dengan lentik bulu mata menyendu penuh cinta.

“Tapi bukan cinta.” Kai melirih, suka dan cinta adalah hal yang berbeda. Ia sangat tahu itu.

Ujung bibir Shadow ke atas, kepalanya mengangguk pelan “Bisakah kita berbicara tanpa berpelukan, terlebih aku tidak bisa bernapas dengan tanganmu sekuat ini memelukku.”

Kai melerai pelukan memberikan akses kepada Shadow untuk melepaskan diri “Maaf.”

“Tidak perlu meminta maaf.” Sahut Shadow sambil duduk pada undakan tangga, pun Kai mengikut. Ia lalu duduk di sebelah gadis yang mematahkan semangatnya.

Telapak tangan Kai berkeringat, ia tidak menolehkan kepala dari sosok di sampingnya. Terpaku melihat kecantikan Shadow. Ia seperti

mengidap penyakit takikardia dadakan, jantung berdetak di atas normal setiap tarikan napas Shadow keluar dari inderanya.

“Tadi kau mengatakan jika aku-lah cinta pertamamu.” Shadow menoleh dan mendapati Kai menatapnya lekat. Bibir tebal dan seksi milik pria

bersurai putih itu terkulum. Pun Kai lalu mengangguk.

“Kau adalah wanita pertama yang membuatku merasakan cinta, hal yang sangat aku hindari ketika mengenal kaum kalian. Aku tidak munafik

Shaw, aku berganti-ganti wanita.” Jujurnya.

“Aku tidak mau berlagak suci kepada wanita yang aku sukai, maksudku di keluarga pun tahu semua tentangku. Aku berkencan dengan beberapa wanita, tapi tidak ada rasa cinta. Hanya sekadar pemenuhan kebutuhan biologis.”

Shadow menarik napas panjang namun tetap terdiam mendengarkan penuturan Kai.

“Itu aku sebelum bertemu denganmu. Sangat gila bukan, Shaw ? Apa yang berhasil kau rubah di kehidupanku dalam waktu singkat. Baru menginjak 3 minggu dan lihat aku sudah seperti ini.”

“Kapan kau mulai suka denganku ? Maksudku jatuh cinta ?” tanya Shadow mencari tahu

Binar cinta di manik biru itu menyala lebih terang “Pertama kali kau menatapku, Shaw.”

“Kapan ?”

Kai terkekeh ringan, tangannya menjawil pipi Shadow “Di pantai belakang hotel, kau menatapku tanpa sorot mata memuja. Saat itu tertarik

untuk mengenalmu lebih banyak.”

“Lalu modus mengajakku berteman.” Gerutuan Shadow keluar, Kai terbahak tawa.

“Tidak sombong, tapi umumnya para wanita akan terjatuh pada pandangan pertama ketika melihatku. Saat itu aku yang merasakannya. Aku berusaha mengingkari. Kau tinggi dan bisa berbahasa Indonesia. Syarat utama wanita yang tidak ingin kukencani.”

Giliran Shadow tertawa keras, ia memukul pelan lengan Kai.

“Aku serius, Shaw. Aku tidak pernah menyukai wanita yang tinggi sepertimu. Aku membayangkan anak-anakku kelak. Jika tinggiku seperti ini kemudian mendapatkan wanita jangkung juga, anakku akan menjadi layangan.”

Tawa Shadow mengeras, ia sampai memegang perutnya. Mau tidak mau Kai pun ikut tertawa.

“Jika layangan, kau bisa menarik talinya untuk turun ke bawah, Kai.” Ucap Shadow masih menyisakan tawa kecil. Ia lalu menghapus air

mata karena tawa yang berlebihan. Shadow lupa kapan terakhir tertawa hingga menitikkan air mata, mungkin ini yang pertama.

“Tapi seiring waktu, bersamamu sangat menyenangkan, Shaw. Ternyata berjalan dengan gadis jangkung tidak melelahkan, denganmu pula aku bisa berbicara macam hal menggunakan bahasa orang tua kita. Aku mencintaimu, Shaw.”

Sambil mengulum bibir Shadow menggelengkan kepala “Perlu kau ketahui jika aku belum pernah berpacaran sebelumnya. Aku pikir Richard-lah

cinta pertamaku. Ya, memang dia orangnya. Tapi kami tidak pernah menjalin sebuah hubungan istimewa. Aku bukan penganut kehidupan bebas sepertimu, Tuan Navarro. Kau sudah melihat Alexandre Marais, dulu dia pernah mendekatiku. Aku belajar membuka hati untuknya, tapi apa yang aku dapat. Dia tidak jujur, Alec mengajakku menikah sementara masih menjalin hubungan dengan seorang wanita yang memberinya seorang anak laki-laki. Kemarin dia mengatakan untuk memulai dari awal. Dan kau datang. Bahkan

jika kau tidak datang pun aku akan tetap menolaknya.”

“Karena kau sudah menyukaiku, bukan ?” sahut Kai percaya diri. Shadow tertawa kecil.

“Bukan itu, Kai. Aku tidak memiliki perasaan yang sama seperti 2 tahun lalu kepadanya. Walau sekarang dia sangat single dengan satu

anak, tapi aku sudah terlanjur mengali dirinya dengan angka nol. Sekuat apapun Alexandre berjuang, aku tidak akan goyah. Aku tidak tahu, apa yang terjadi pada diriku.” Ungkap panjang Shadow menatap ke arah.

“Maksudnya, belum bisa jatuh cinta ? Bahkan denganku ?”

Kembali Shadow menggelengkan kepala “Aku pernah jatuh cinta, Kai. Tapi kepercayaanku kepada pria tidak banyak. Aku berpikir keras, bagaimana bisa menyerahkan hatiku utuh kepada seorang pria. Dengan Alexandre saja aku

terluka, menangis di pelukan papa. Bagaimana jika aku betul-betul mencintai seseorang dengan dalam, terus dia melukaiku. Hidupku mungkin hancur. Sungguh, aku memikirkan hal itu.”

Kai mengacak rambut ikal Shadow “Sepertinya kita hampir sama, Shaw. Awalnya aku pun tidak berani menjerumuskan diriku kepada kehidupan

asmara. Aku menolaknya, walau berkali-kali wanita kukencani mengarahkan ke hubungan yang lebih serius. Tapi denganmu, justru aku yang tidak bisa menahan lebih lama. Aku jadi uring-uringan jika tidak melihatmu, jika tidak mengatakan perasaan, aku bisa gila. Oh Tuhan, apa yang terjadi  kepadaku.”

Shadow terkekeh melihat Kai meremas rambutnya.

“Kau sangat senang melihatku seperti ini, Shaw. Menyukaiku tapi tidak mencintaiku. Menggantung perasaan. Kisah cinta pertamaku yang malang.”

“Aku tidak menolakmu.”

Seringaian indah terbentuk di bibir Kai bersamaan dengan manik lautannya melebar “Jadi kau mencintaiku ? Menerimaku menjadi pacarmu.” Ucapnya riang. Penyakit jantungnya kembali kumat.

“Kai, katamu kita berteman. Aku sangat menikmati kedekatan kita yang sekarang. Biarlah seperti ini dulu.”

“Berarti besok kau akan jadi milikku ?” Tanya Kai tidak sabaran.

“Kau pikir aku barang yang bisa kau miliki. Seperti ini pun aku masih milik orang tuaku, kecuali suamiku nanti, dia-lah yang menjadi pemilikku.”

Kai tertawa bahagia sambil menarik tubuh Shadow masuk ke dalam pelukannya “Aku pastikan itu aku pemilikmu, Shaw. Tidak, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku sangat yakin akan perasaanku kepadamu. Kemana akan ku

bawa dirimu ketika menjadi milikku..”

Bug !

Pukulan ringan mendarat di dada Kai, Shadow-lah menyarangkan tangan kecil yang memiliki kekuatan tak seberapa itu. Pria bersurai putih

tertawa keras dan mengendorkan dekapannya menatap Shadow.

“Baiklah, aku menerima keinginanmu, Shaw. Aku menganggap ini bukan penolakan, tapi kita akan belajar memulai sebuah hubungan yang serius. Aku akan membuatmu jatuh cinta, mengganti rasa sukamu menjadi cinta. Aku akan memperlihatkan seperti apa seorang pria sejati. Aku punya banyak guru di keluargaku, aku telah belajar banyak dari mereka dan akan mempraktekkannya denganmu.”

Shadow mengeluarkan decihan di bibir, sementara dadanya bergemuruh hebat. Ia sangat pandai menekan perasaannya. Ia hendak menundukkan

kepala tapi kedua jemari panjang Kai menangkup wajahnya.

Sedetik kemudian kecupan bersarang di kedua pipinya, tanpa perlawanan hanya bola matanya melebar akan perbuatan spontanitas Kai Navarro.

“Shaw, kita adalah teman tapi mesra.” Kekeh Kai lalu menyatukan bibirnya tapi tidak memagutnya, hanya bersentuhan sesaat kemudian ia menarik tubuhnya ke belakang.

“Tuan Navarro !” pekik Shadow dengan wajah memerah

Kai tertawa terbahak-bahak melihat bibir Shadow yang cemberut dan wajah merajuk.

Shadow mengambil alih pekerjaan Liam, ayahnya. Ia memilih menyibukkan diri sebagai partner sementara Ricchi ketimbang menjatuhkan pilihan

kepada satu naskah yang tidak cocok di hatinya untuk dikerjakan. Pun tetangganya yang mafia itu sangat sibuk beberapa hari terakhir, hanya ketika malam Kai mampir di apartemennya.

Biasanya Kai setiap pagi mengantarnya ke kantor, namun 3 hari belakangan Shadow kembali menyetir mobil pemberian Liam.

Gusar, itu yang melanda perasaan Shadow sejak pagi. Ia bahkan melewatkan jam makan siang hanya untuk menunggu balasan pesan dari Kai. Semalam gedung apartemennya dipenuhi pria-pria berpakaian serba hitam. Saat Kai datang berkunjung ke apartemennya, Shadow menanyakan tentang pria-pria itu yang jumlahnya berkali lipat dari biasanya yang ia lihat.

Kai hanya tersenyum dan mengatakan tidak ada sesuatu yang serius. Sungguh santai ketika  menjawab pertanyaan Shadow. Tidak menenangkan hati Shadow sedikit pun, terlebih tadi pagi suasana menjadi senyap di lantai itu.

Kai, tolong jawab pesanku

Pesannya hanya terkirim namun belum tidak terbaca.

Sungguh menjengkelkan.

Shadow berdiri dari kursi kerjanya, berjalan ke arah jendela kaca. Ia mengamati ke arah jalanan di bawah. Lantai kantornya berada di lantai 3.

Penuh harap ia bisa melihat sosok yang rajin

mengganggu ketenangannya. Nihil, pria bersurai putih yang acap kali tertawa riang itu, tidak menampakkan diri.

Selama di Hollywood pun Kai memiliki mobil yang sama dengan yang dimilikinya saat di Bali, pun Shadow dari jarak jauh bisa menandai kehadiran

pria itu. Kai memiliki mobil mewah yang hanya di produksi sebanyak 13 buah, Shadow bertaruh jika pewaris Navarro group itu memiliki mobil yang sama lebih dari 2 buah.

Shadow memerhatikan jam di ponselnya, pukul 3 lebih 17 menit. 16 jam berlalu tanpa kabar dari pria itu. Kakinya lalu mengarahkan kembali

ke meja kerja. Menarik sling bagnya, dan Shadow bergegas keluar dari ruangan kantor.

“Aku akan pulang lebih cepat.” Ucap Shadow menaikkan volume suara ketika berbicara dengan sekretarisnya. Tak menunggu jawaban, Shadow

berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu lift.

Seharian muncul berulang kali di benaknya, andai saja Kai seperti Alexandre, menghilang kemudian datanglah sebuah kabar yang tidak diinginkannya.

Hanya 15 menit kemudian Shadow telah sampai di gedung apartemennya, entah mengapa batinnya melega ketika melihat pria-pria berpakaian hitam bercakap-cakap di berbagai area gedung. Shadow hanya mengangguk kecil ketika pria-pria itu menyapanya.

Ia meneruskan langkah kaki yang mengarahkan ke lantai apartemennya. Suara-suara pria mendadak berhenti ketika mendapati Shadow keluar

dari pintu lift.

Ada yang tidak beres !

Hal itu yang muncul pertama kali di pikirannya bersamaan dengan jantungnya diremas.

Pintu apartemen yang dulunya adalah milik Blaize, seorang aktor opera sedang terbuka lebar. Di sana lebih banyak pria-pria berkemeja hitam berdiri di depannya.

Bisa jadi wajah Shadow memucat, ketika mempercepat langkah kakinya. Jantungnya hampir jatuh mendengar suara erangan kesakitan dari dalam apartemen itu.

“Kai !” teriak Shadow lantang ketika berdiri di ambang pintu apartemen tetangganya, pria yang sangat dikhawatirkannya selama berapa jam

terakhir.

Teriakan Shadow membuat 5 pria yang sedang berada di sofa mengarahkan pandangan kepadanya. 2 pria terlihat terluka, kain-kain kasa

berwarna merah karena darah menjadi pemandangan mata Shadow. Tidak ada Kai di

situ.

“Boss sedang di kamar tidur, sepertinya sedang mandi.” Ucap salah satu pria yang memiliki mata sipit sambil menunjuk ke arah kamar tidur sang

pemimpin.

Walau Shadow sebanyak 3 kali masuk ke apartemen Kai, namun ini kali pertama ia masuk ke dalam kamar tidur pria itu. Terlebih Shadow tidak mengetuk pintu.

“Kai !” panggil Shadow, ketika kembali menutup pintu kamar.

Matanya nyalang mencari sosok jangkung yang memiliki mata seperti lautan.

“Shaw.” Sahut Kai riang keluar dari ruangan yang Shadow yakini adalah walking closet pria itu. Kai nampak sedang mengancingnya kemejanya. Surai

putihnya masih separuh basah.

Shadow melangkah lebar menghampiri Kai “Kau dari mana ? Tidak mengabariku sejak pagi. Pesanku pun tidak ada kau balas! Semalam hanya menemuiku sebentar, anggotamu

diluar ada yang terluka.” Ucap si gadis separuh berteriak, Shadow kemudian menarik kemeja Kai ke atas hingga memamerkan otot-otot padatnya.

Dengan teliti ia memerhatikan tiap bagian tubuh Kai.

“Aku tidak terluka, Shaw. Jika kau ingin memeriksa lebih banyak. Dengan senang hati aku akan akan membuka celanaku juga.” Gurau Kai yang

mendapatkan pukulan tepat di dadanya dari Shadow.

Dengan keras Shadow mencengkeram bagian kerah kemeja Kai, menariknya hingga pria itu mencondongkan badannya ke bawah.

“Lain kali, jika kau mendapatkan misi, atau apa namanya. Tolong beritahu aku biar tidak membuat was-was seperti ini. Aku sama sekali tidak bisa

berkonsentrasi di kantor, masih ada 90 menit aku harusnya pulang, tapi lihat... Aku ada di sini, demi kamu !”

Kai terkekeh ringan lalu memeluk tubuh Shadow “Ya, kami mendapatkan sebuah misi. Hanya di sekitar Los Angeles. Usai bertemu denganmu

semalam kami menyelesaikannya. Mungkin sebentar lagi berita itu naik di media. Kami

baru pulang sekitar sejam yang lalu, aku hanya ingin membersihkan diri, kemudian

akan menjemputmu di kantor. Kau tahu selama berapa hari ini, aku terus mengingatmu, Shaw. Merindukanmu. Iya, aku janji besok-besok akan menceritakan semuanya kepadamu.” jelasnya dengan lembut.

“Kau menangis, Shaw ?” tanya Kai berusaha melonggarkan pelukan namun Shadow semakin mengeratkan cengkeram tangannya pada kemeja berwarna hitam dari katun terbaik.

“Kau sangat menjengkelkan Kai Navarro.” jawab Shadow dengan suaranya yang serak.

###

alo kesayangan 💕,

baru bisa UP malam..

maaf yah jika aku tidak membalas komen kalian..

ak berusaha membalas jika aku senggang.. kalau gak lupa 😂

mungkin rabu besok terakhir UP..

mungkin 😁

karena aku bakal sibuk banget mulai Kamis-Sabtu..

love,

D 😘

Terpopuler

Comments

Hesti Pramuni

Hesti Pramuni

aiihh... udah mulai perhatian nih..

2021-05-27

0

lidya makadada

lidya makadada

lanjut dong thor

2020-07-30

1

Sulastri OryzaSativa

Sulastri OryzaSativa

penyakit takikardia, apa itu D???

2020-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!