Kai melirik dengan bibir tersenyum simpul kepada gadis yang sedang menyeruput mango juicenya.
“Apa ?” tanya Shadow ketus sambil menatap Kai
“Tidak apa-apa, cuma mau tanya jusnya enak ?” Kai terkekeh setiap melihat mimik Shadow.
“Enak. Senang rasanya bisa kembali ke Indonesia pas musim mangga. Walau ada mangga dari meksiko tetap saja beda dari indo.” Jelas Shadow.
Kai tertawa kecil, tangannya mengacak puncak kepala Shadow, gadis itu mengerling aneh dengan perlakuan yang diterimanya.
“Rumah ini sangat nyaman dan tenang.” Ucap Shadow melayangkan pandangan pada halaman luas kediaman temannya. Satu bangunan rumah
tinggal berlantai dua, satu pendopo, kolam renang diapit pohon palem dan rerumputan hijau
terpangkas rapi. Beberapa tanaman buah di pojok tembok pemisah.
“Aku pikir rumah di Bali harus memiliki pemandangan laut dan semua sempurn. Tapi rumah ini aku merasakan semuanya ada, sangat nyaman.”
Kai mengikuti pandangan Shadow, setidaknya gadis itu bisa memuji dengan perkataan lembut bukan hanya gerutuan.
“Shaw, kau mau cerita rumah ini ?” pancing Kai, dengan cepat Shadow mengangguk antusias, matanya membulat.
Kai beranjak dari kursi kolam menuju kursi Shadow, kembali muka ketus didapatkannya ketika gadis itu harus menggeserkan badan untuk
memberikan tempat.
“Apa perlu ceritanya dekat begini.” protes Shadow
berdempetan dengan Kai.
“Karena ceritanya romantis.”
Shadow mendengus ringan mencari posisi nyaman dari kursi kolam renang dengan bantalan berwarna biru seperti manik Kai.
“Jadi rumah ini dibeli grandpa untuk grandma.” Ucap Kai memulai cerita yang dihapalnya luar kepala.
“Ketika menikah ?” tanya Shadow tidak mempedulikan tangan Kai yang memegang pergelangannya.
Pria bersurai putih itu mengglengkan kepala “Grandpa dan grandma sahabat karib. Mereka rencananya hanya akan berlibur di pulau ini,
tapi grandpa membelikan rumah. Grandpa sangat mencintai grandma, menemani hingga
mereka pun saling mencintai. Menikah dan disinilah mama dan mami besar hingga
remaja. Rumah ini penuh cinta, Shaw. Itu mengapa semuanya terawat walau tidak ada yang tinggal di sini. Grandpa dan grandma di Lyon, France. Papa dan mama di Berlin, begitupun dengan papi dan mami Lika. Tadi kau sudah lihat foto mereka di
dalam.”
Shadow mengangguk takjub “Keluarga kalian punya sejarah.”
Kai tersenyum simpul “Semua keluarga punya sejarah, jika tidak kita tak mungkin ada di muka bumi.”
Shadow menggeleng lemah menatap wajah Kai “Kakek dan nenekku tidak berteman terus menikah, mereka jatuh cinta dan berpacaran. Tapi cerita ayah, ibu dan papa yang sangat istimewa.”
Kai membulatkan matanya “Ceritakanlah kepadaku, Shaw.” Ucapnya tertarik
Shadow memberenggut “Lain kali, toh juga kau sudah baca di halaman pencarian. Kisah aneh keluargaku. Tapi kami hidup rukun, ayahku
orangnya ketus.”
“Seperti kamu ?” sergah Kai cepat lalu terkekeh.
“Iya, kata ibu. Aku mirip ayah, ketus dan bicaranya tajam. Tapi banyak hal yang juga mirip dengan papa. Aku dibesarkan oleh papa, pasti banyak hal
yang aku dapatkan dari beliau. Kadang aku berpikir bagaimana rasanya dibesarkan
dua orang tua. Bukan tiga. Hanya memikirkannya, aku kemudian merasakan hampa, membayangkan jika tidak ada papa di hidupku. Aku sangat mencintainya. Papa sosok hebat dan begitupun ayah. Mereka pria-pria hebatku.”
Kai menjawil wajah Shadow yang sangat cantik ketika membahas keluarganya “Ingat, aku juga ada.”
Shadow menjulurkan lidahnya “Siapa dirimu mau disandingkan dengan ayah dan papa ?”
“Kai Navarro, temanmu.” Sahutnya lalu tertawa kecil
“Hanya teman.” Kilah Shadow menantang pria yang menatapnya
“Kau tahu, Shaw.”Kai merangkul Shadow tanpa penolakan dari gadis itu “Ini pertama kali aku mempunyai teman wanita. Teman pria adalah
orang-orang yang menjagaku sejak kecil. Hidupku dikelilingi oleh pria. Dan hanya Sky menjadi wanita terdekat denganku selain mama dan Kak Ibo.”
“Aku tidak menyangka jika kamu bersaudara dengan supermodel Sky. Warna rambut kalian pun sama, seperti papi.”
Kai terkekeh “Keluarga kami unik, bukan ?”
Shadow mengangguk keras “Sangat unik.”
“Biasanya kami berkumpul di Lyon. Jika kau ingin melihat keunikan kami sekeluarga, datanglah. Berbagai macam negara, rupa dan kami
berbincang menggunakan Bahasa Indonesia.”
Shadow tertawa kecil dengan kedua tangannya saling bertautan. Entah kenapa hatinya menghangat mendengar cerita Kai.
“Shaw, papa dan mama juga bersahabat baik dan mereka menikah.”
Shadow menoleh sedikit dan embusan napas berwangi orange jus dari indera Kai membuatnya mengerjap “Oh yah ?”
Kai mengangguk “Iya, mereka berteman. Seperti kau dan aku.” Ucapnya membuat Shadow meringis lalu gadis itu berdiri.
“Aku tidak mengerti arah pembicaraaanmu.” Shadow berdiri menatap riak kolam renang dengan wajah ketus
Kai tergelak tawa dan bergabung pas di sebelah Shadow.
“Aku membayangkan jika menikah, anak kita seperti apa. Kita berdua jangkung seperti ini.”
Shadow memberenggut menatap wajah ceria Kai yang seolah meledeknya “Siapa juga mau menikah denganmu. Aku tidak bisa membayangkan hidup dengan pria menjengkelkan sepertimu. Aku bisa menua lebih cepat.”
Kai terbahak tawa keras ia memegang perutnya sementara Shadow meringis namun sudut bibirnya naik menahan geli.
“Kau memang akan cepag menua, berbeda dengan gen keluarga kami. Lihat papa seperti vampir, dan mama seperti berusia awal 40 tahun. Padahal mama sudah berusia 55 tahun.”
Shadow cemberut “Umurmu berapa, Kai ?”
“27 tahun adek Shaw. Harusnya kau memanggilku kakak.”
Gadis bersurai hitam dengan wajah natural tanpa polesan itu mencebik “Tidak mau !”
Kai tertawa “Aku tidak tahu Shaw, jika bersamamu aku terus tertawa.”
“Mungkin kau sudah gila.” Ledek Shadow
Tangan Kai tidak bisa menahan diri untuk merangkul gadis itu “Aku tidak gila, Shaw. Tapi jujur denganmu aku bisa bicara apa saja terlebih
menggunakan bahasa ibuku. Dulu aku sangat menghindari dekat dengan wanita dari
negara ini.”
“Kenapa ?”
Kai mengedikkan bahu “Mungkin aku terlalu mencintai mama dan tidak mau membagi hal kecil seperti bahasa dengan wanita negara ini. Aku aneh yah ?”
Shadow mengiyakan dengan menganggukkan kepala, bibirnya mengukir senyuman miring.
“Kau memang aneh. Bukannya lebih bagus jika bicara bahasa yang tidak dimergerti orang, jika diluar negeri. Aku sering seperti itu dengan
keluargaku. Jika menemukan sesuatu yang menarik, kami mengunakan Bahasa Indonesia.”
“Katakan saja jika kau membahas kejelekan orang dengan bahasa indo.” Imbuh Kai memicu cubitan di perutnya dari Shadow.
“Woi Kai ! Shadow.” Teriak Kila di berdiri di tangga.
Suara kencang Kila membuat Kai berbalik dan langsung melangkah menuju tempat mamanya berdiri, Shadow mengikut dari belakang.
“Mama dan papa mau ke bukit, apa kalian mau ikut ?” tanya Kila menatap bergantian Kai dan Shadow.
Kai mengarahkan pandangan pada papanya yang sedang memanaskan mobil.
“Shaw minjam sneaker mama satu.”
“Aku tidak..” ucap Shadow menunduk menatap sandal tali berwarna hitam miliknya.
“Kita akan ikut. Mama tunggu kami di mobil, aku ambikan sepatu buat Shadow.” Kai tidak mempedulikan keraguan gadis yang ditariknya
masuk ke dalam rumah. Kila hanya bisa menggelengkan kepala dan bergegas menuju
mobil.
“Hei, Hugo Chan. Anak kita sepertinya menyukai Shadow.” Ucap Kila ketika berdiri di dekat suaminya yang sedang sibuk dengan ponsel di
tangan. Pria bersurai putih bisa ditebak pasti sedang menghubungi anak-anaknya.
“Tentu saja Kai menyukai Shadow, baby girl. Dia adalah gadis pertama bertemu dengan kita dan lihat sikapnya. Tidak mau melepaskan Shadow,
persis seperti diriku denganmu. Menempel seperti perangko.” Sahut Hugo menatap istrinya.
“Aku juga tidak bisa lepas darimu.” Kila memeluk tubuh pria yang mencepol surai putih seperti dua anak kembarnya.
Hugo tersenyum manis “Semoga Shadow bisa seperti kau, Kei.”
…
Dada Shadow memanas dengan jantung yang hampir rontok mengikuti tiga orang yang berlari menaiki bukit pantai yang tidak begitu jauh dari
kediaman Kai.
Tangan dan kakinya gemetar menatap teman dan kedua orang tuanya yang sedang berlomba menuju puncak, tadi dengan bangganya Shadow ikut perlombaan. Ia sangat percaya diri dengan kemampuan fisiknya yang terasah sejak kecil. Shadow salah, ia bertaruh traktiran makan malam dengan manusia seringan kapas berlari tanpa paru-paru.
“Gila.” Seru Shadow dengan napas ngos-ngosan. Mengambil kayu untuk dijadikannya tongkat, ia pun melanjutkan perjalanan, mengejar ketiga
orang yang sudah lupa dengan keberadaannya.
Kai terbahak tawa keras ketika melihat Shadow akhirnya menyusul mereka, 30 menit kemudian setelah ia, papa dan mamanya mencapai puncak
bukit.
“Ini.” Kai menyodorkan botol mineral yang diambil dari ransel papanya. Ia tersenyum geli melihat kondisi gadis cantik itu. Rambut, bajunya basah karena keringat, bibirnya mengerucut seperti ikan koi kekurangan udara.
Shadow menghela napas panjang lalu menenggak habis isi botol.
“Gimana asyik kan mendaki dengan berlari, Shaw ?” tanya Kai dengan senyuman menyeringai
Gadis itu hanya memberenggut kesal namun raut wajahnya berubah ketika kedua orang tua Kai saling berpelukan menatap ke bawah, laut
beserta matahari yang mulai condong ke barat.
“Kau ingin membunuhku !” sungut Shadow menatap tajam pria yang tiada hentinya tertawa
“Eh kau sendiri yang ikut bertaruh dengan papa dan mama loh. Katanya suka hiking dengan ayahmu. Gimana sih ?”
Shadow memberenggut “Kalian bukan manusia. Itu bukan berlari tapi kalian terbang.”
Kai tertawa keras lalu mendekap tubuh Shadow “Ya, papa dan mama memang bukan manusia kebanyakan. Kami adalah orang-orang terpilih. Masih banyak yang perlu kau ketahui tentang keluarga kami, Shaw. Tapi nanti, belum
waktunya.”
…
Kai mengeraskan rahang, tatapannya dingin. Pria-pria di ruangan VIP itu tidak ada yang berani mengeluarkan suara dan memilih tertunduk.
“Aku tidak menyangka kau ikut dalam pertikaian tak berguna dengan kelompotan itu.” Ucap Kai menatap pria yang terbalut perban di kepala,
dada dan tangan.
Kadek pria adalah salah satu anggota Black Patnher yang kerap kali berulah berkelahi dengan siapa pun. Bukan hanya sekali pria berusia 28 tahun itu terluka, namun baru kali ini Kai mendapatkan ulahnya. Sebelumnya hanya berupa berita yang ia terima.
“Boss, maafkan aku. Ini tidak akan terulang kembali.” Sahut Kadek tertunduk penuh ketakutan. Ia sangat menghormati pimpinannya.
Kai menoleh dan Heron berjalan ke sampingnya.
“Apa benar seperti yang kau katakan ?” tanyanya kepada anggota khusus Black
Panther
“Ya boss. Kelompok Bratan yang memulai menyerang Kadek. Kita tahu jika Kadek adalah anggota yang suka berkelahi dengan orang-orang tapi dia tidak mungkin memulai berulah dengan orang Bratan. Terlebih Black Panther punya
perjanjian dengan ketua mereka sebelumnya dengan Boss Kila.”
Kai menggeram “Ya, perjanjian 15 tahun lalu. Jika kita menyerang Bratan..”
Pria mengenakan serba hitam menghentikan ucapannya, ada 7 orang di ruangan itu menunggu perintah Kai.
“Aku ingin bertemu dengan mama dulu.” Bisik Kai melangkah mendekat ke arah tempat tidur Kadek.
“Dan kau, ini terakhir kali turun di lapangan, setelah sembuh tempatmu hanya di sekitar Hauptsitz.” Ucap Kai dengan tangan
mencengkeram besi pegangan tempat tidur Kadek. Pasien sekaligus korban itu bergetar ketakutan mendengar perkataan pimpinannya.
“Baik boss.” Sahut Kadek terbata.
Usai mendengar janji Kadek, Kai langsung berbalik melangkah diikuti anggota Black Panther, diluar ruangan telah menunggu 20 anggotanya. Tidak ada satu pun orang rumah sakit berani mendekat, semua menghindari dan memberikan jalan kepada organisasi yang sangat ditakuti itu.
…
“Tidak !” ucap Kila menjawab perkataan Kai yang meminta ijin untuk menyerang Kelompok Bratan
“Ma. Mereka berani memukul Kadek. Mereka yang mulai mencari masalah.”
Dengan wajah tegang Kila menatap anaknya, mereka terlibat pembincangan serius di pendopo, disaksikan beberapa anggota Black Panther tak lupa suaminya yang hanya terdiam di kursi rotan.
“Kau pikir mama tidak tahu jika Kadek anggota BP yang suka mencari masalah ?” tuduh Kila dengan mata setajam elang yang hendak memangsa.
“August Bratan, pemimpin mereka yang menghiba sebuah perjanjian agar tidak menganggu kelompok mereka. Tidak tertulis tapi kita harus
menghormati perjanjian itu, Kai.”
Sang pemimpin muda menggelengkan kepala “Tidak ma. Kadek kali ini berada di posisi yang benar, semua anggota Black Panther hapal
penjanjian dibuat oleh pimpinan sebelumnya. Kita semua terikat dengan perjanjian darah untuk mematuhi aturan, mereka semua paham tidak boleh melanggar sebuah perjanjian. Bratan yang memulai, dan mama bisa tahu kondisi Kadek. Dia
terluka parah, hanya untuk mempertahankan diri. Kadek tidak menyerang. Ma, Black Panther adalah satu tubuh, Kadek adalah salah bagian tubuh kita. Jika ia terluka, kita semua terluka. Kai tidak akan memaafkan Bratan.”
Kila menghela napas panjang, terdiam sejenak. Ia seolah mencari jawaban pada pria berambut putih yang duduk di kursi rotan. Hugo menganggukkan kepala sekali.
“Jangan ada yang bersisa.” Ucap Kila datar menepuk lengan anaknya.
Kai tersenyum miring lalu memeluk mamanya.
“Terima kasih, ma.”
…
Kai menyugar rambutnya ke belakang. Matanya nanar menatap bangunan yang sangat sering dikunjungi akhir-akhir ini.
Ia melirik jam pada dashboard mobil. Pukul 3 dini hari. Sedikit bimbang ia menekan nomer kontak di ponselnya.
“Halo.” Suara mengerang di ujung telepon membuat senyuman merekah di bibir Kai
“Shaw. Aku ada di depan rumahmu. Bisakah kita bertemu ?”
Helaan napas panjang di telinga membuat dada Kai berdesir “Kau tahu ini jam berapa ? Dasar pria aneh !” gerutu sang gadis
“Aku hanya ingin bertemu, Shaw.” Sahut Kai menyandarkan tubuhnya di mobil mewahnya.
Tak ada jawaban dari Shadow. Panggilan suara dimatikan. Pria yang menanti menggigit bibir menerima penolakan gadis yang sangat ingin
ditemuinya.
Bunyi pintu dibuka pelan membuat Kai melebarkan mata lelahnya, sosok jangkung dibalut piyama berwarna merah berjalan tergesa.
“Apa kau tidak tahu jam bertamu yang sopan ?” gerutu Shadow mendekat
Kai menegakkan tubuh dan bergerak menyambut sosok yang membuat semua lelahnya hilang.
“Maafkan aku, Shaw. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Harusnya aku kembali ke rumah, malah kesini.” Ucap Kai lalu mendekap Shadow, erat.
Shadow mencium wangi maskulin khas Kai yang bercampur bau anyir. Tangannya meraba bagian depan suit pria mendekapnya.
Di keremangan lampu taman Shadow menaikkan tangannya yang memerah.
“Kai ! kau terluka !” seru Shadow mengurai paksa pelukan pria itu. Dengan cepat ia menarik tangan Kai menuju beranda. Memeriksa tubuh Kai di bawah lampu.
“Shaw, aku tidak terluka.” Ucap Kai menahan tangan Shadow.
Dengan mimik heran Shadow menatap wajah rupawan temannya “Tapi ini penuh darah.”
“Bukan darahku.” Sahutnya kembali menarik tubuh Shadow dalam pelukannya. Keduanya terlumuri cairan merah dan anyir.
“Terus ini darah siapa ?” cicit Shadow
Kai terkekeh ringan “Aku habis memotong ayam.”
Shadow mendongak “Seberapa besar ayam yang kau potong hingga darahnya mengotori suitmu seperti ini ?”
“Cukup besar, Shaw. Bisa menenangkan satu pulau Bali.”
Shadow menatap bingung “Siapa sebenarnya dirimu ?”
Mata keduanya beradu dengan dalam, manik biru seperti lautan itu tidak melepaskan pandangan dari gadis berwajah menenangkan.
“Aku hanyalah pria biasa yang sedang merindukanmu, Shaw. Ya itu aku.”
###
alo kesayangan 💕,
how's your weekend ?? happy or flat ?
yang flat, Kai datang menghibur kalian 😂
see you on monday,
Axel or Summer ??
love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
ehm...
romansa dini hari...
2021-05-27
0
santiezie
lanjut, aku suka dengan cerita ny Thor...
2020-10-31
0
Farid Fenti FaMaulana
up nya lama banget thor
2020-07-13
1