ACARA

Kedatangan Karin di kelasnya pagi itu disambut heboh oleh teman-temannya, terutama Maya, yang sengaja menunggu kedatangan gadis itu dengan menggebu-gebu.

 

 

"Gimana ceritanya Rin kemarin lo bisa lawan si Ratu?"

 

 

"Eh Rin yang dateng siapa tuh kemarin?"

 

 

"Papanya Ratu bawahan keluarga lo ya, Rin?"

 

 

Karin hanya tersenyum menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dia bingung kenapa teman-temannya ini haus sekali akan berita, gadis itu duduk di kursinya dan berkata tidak ingin diganggu yang membuat teman-temannya itu mendesah kecewa.

 

 

"Lo udah nggak apa-apa, Rin?" Tanya Maya, melirik kening sebelah kiri teman sebangkunya itu yang masih ber plester, namun pipi lebamnya sudah hilang.

 

 

"Nggak papa, May." Karin menjawab sembari menyimpan tas ranselnya ke atas meja, kemudian menoleh pada Maya yang tampak menunggu sesuatu. "Kenapa?" Tanyanya.

 

 

"Gue boleh nanya enggak, kemaren yang ngambil tas lo siapa si? Gila Riin ganteng banget, gue berasa liat Shawn mendes, tu kan jadi kebayang adegan panas lagu senorita dah."

 

 

Karin melongo, ternyata bukan cuma dirinya yang dibutakan oleh penampilan Bang Bulenya itu, si Maya belum tau aja kelakuan asli tu abang satu, pikir Karin yang kemudian menjawab, "temen abang gue."

 

 

"Rin, kok gue baru tau sih abang-abang lo tuh ganteng-ganteng banget gila daah, gue jadi lo mimisan mulu kali."

 

 

Mimisan sih nggak, baper mulu iya, terus ujung-ujungnya sakit ati, "udah ah, May, gue lagi males bahas itu," tukas Karin yang membuat Maya jadi terdiam.

 

 

"Nggak asik lo, Ah, eh tapi pan kapan ajak gue main ke rumah lo ya."

 

 

"Hmm," jawab Karin dengan malas, menempelkan kepalanya pada meja dan memejamkan mata, rutinitas di pagi hari sebelum jam pelajaran pertama.

 

 

***

 

 

Hari ini Karin pulang agak sore, karena ada tugas tambahan yang harus ia kerjakan di sekolah, gadis itu berlari keluar gerbang, menemui Ardi yang menunggunya di warung Kang Edi seperti biasa.

 

 

"Kok ganteng si?" Tanya Karin saat Ardi menghampiri motor dan menaikinya selepas membayar uang kopi pada pemilik warung.

 

 

"Lagi kapan si gue pernah jelek." Ardi menanggapi, sembari memasangkan helm di kepalanya sendiri.

 

 

Karin mencebik, bukan apa-apa, abangnya ini tumben sekali terlihat rapi, wangi pula, jadi inget lagu att kan, biasanya nggak pernah pake minyak wangi dia, kecuali mau kuliah. "Mau kemana?"

 

 

Ardi mengerutkan dahi, anak ini radarnya kuat sekali pikirnya, "ada acara, temennya Edo ulang tahun, ada Ipang sama Agung juga, ikut yuk."

 

 

Karin jadi girang, "diajak, Bang?" Tanyanya memastikan.

 

 

"Iya, ayo buruan naik."

 

 

"Kenapa abang mau ngajak Karin?"

 

 

"Karena gue males nganterin lo pulang dulu, buruan jangan banyak nanya."

 

 

Karin berdecak sebal, "kirain mau dipamerin, ini loh Karin yang cantik jelita," ucapnya memperagakan suara abangnya yang dibuat ngebas.

 

 

"Iya, ini loh Karin yang kemaren abis nyakar-nyakar anak orang," olok Ardi yang mendapat decakan sebal dari gadis itu.

 

 

"Atulah, Bang. Nggak etis banget."

 

 

"Lo mau ikut apa gue pesenin ojol nih."

 

 

"Ikut."

 

 

Dengan cepat, Karin menaiki motor gede abangnya, yang katanya akan menuju sebuah Restoran tempat temannya Bang Edo ulang tahun. Tapi malah berhenti di pusat perbelanjaan, Karin jadi bingung.

 

 

"Mau apa sih, Bang?" Tanya Karin saat mereka memasuki pintu kaca yang terbuka sendiri.

 

 

"Beli kado."

 

 

"Temennya Bang Edo cewek apa cowok?"

 

 

"Cewek."

 

 

Karin menghentikan langkah, "Mba Nadia?" Tanyanya, kemudian melangkah lagi, kemarin Ardi sempat bercerita tentang Nadia dan Edo saat Karin bertanya, jadilah gadis itu sedikit tau tentang kisah mereka.

 

 

"Beliin boneka, Bang?" Saran Karin.

 

 

Ardi menoleh sekilas pada gadis remaja yang berjalan di sebelahnya, "terlalu romantis," tolaknya, kembali melihat-lihat barang yang ingin dia beli.

 

 

"Gimana kalo bunga?"

 

 

"Baper dong anak orang."

 

 

"Eh iya, bunga deposito Bang."

 

 

"Sekalian aja seperangkat alat solat dibayar tunai."

 

 

"Nggak sah!"

 

 

"Lah, ngapa?" Tanya Ardi menahan senyum.

 

 

Karin menepuk-nepuk dadanya sendiri, "bini pertama nggak setuju," ucapnya yang membuat Ardi tertawa.

 

 

"Banyak dong bini gue," olok Ardi yang membuat Karin melengos, jadi melirik konter hp dengan asesoris yang lucu-lucu.

 

 

Ardi bergumam sendiri, "beli apa ya, bingung gue."

 

 

"Beliin kond*m aja, Bang."

 

 

"Hah? apaan?"

 

 

Karin mengerjap bingung, reaksi abangnya kenapa gitu? Pikirnya. "Itu loh yang buat pelindung hp," ucapnya, menunjuk konter hp di ujung sana.

 

 

"Softcase?"

 

 

"Iya, kond*m yang bentuk boneka."

 

 

"Hardcase, Karin."

 

 

"Apa bedanya si, Bang? Temen-temen Karin aja nyebutnya pada ko—"

 

 

Ardi jadi reflek merangkul kan lengannya dan menutup mulut gadis itu dari belakang, para pengunjung lain yang tidak sengaja mendengar jadi menoleh sinis. Bersa lagi ngeloby anak di bawah umur kan, batinnya.

 

 

"Udah kita jangan beli itu," ucap Ardi.

 

 

Karin menurunkan tangan abangnya, kemudian berkata. "Lucu banget, Bang. Apalagi yang bentuk boneka, warnanya pink, mauuu," rengeknya, dan entah kenapa membuat seorang Ardi tidak berdaya.

 

 

"Yaudah iya beli."

 

 

"Asik beli—"

 

 

"Hardcase," sambung Ardi cepat, memotong ucapan gadis itu.

 

 

"Hardcase," ucap Karin yang membuat Ardi mengangguk, kemudian gadis itu berlari ke arah conter. "Bang beli kond*m hp!" teriaknya yang seketika membuat Ardi ingin menggali kuburannya sendiri.

 

 

***

 

 

Selepas membeli kado Ardi menghentikan motornya di depan restoran dengan pelataran yang amat  luas untuk parkir kendaraan pengunjung, katanya tempat ini masih milik keluarga dari Nadia si empunya acara.

 

 

"Kenapa kita nggak pulang dulu si, Bang." Karin memperhatikan penampilannya yang masih dengan seragam putih abu-abu, "kucel en de kumel dong Karinnya," keluhnya kemudian.

 

 

Ardi melepaskan helm dari kepala gadis itu, kemudian ikut membantu merapikan rambut Karin, jika gadis lain bisa baper dengan perlakuan pemuda itu, seorang Karin malah biasa saja.

 

 

Gadis polos itu sibuk merapikan baju kemeja putihnya yang sedikit terkena noda es cream di mall tadi.

 

 

"Pake jaket gue." Ardi membantu memasangkan jaket di tubuh Karin yang tampak kebesaran, "nggak kucel-kucel amat lah, masih keliatan mukanya," hiburnya.

 

 

Karin ini tipe remaja yang tanpa make up pun tetap cantik, dan tanpa lipstik pun bibirnya itu tetap merah, bibir? kenapa Ardi jadi mikir ke situ. Kira-kira ni anak udah dapet referensi  ciumannya belum ya, eh?

 

 

"Kenapa, Bang? Ada bekas es cream, ya?" Tanya Karin sembari mengusap mulutnya sendiri.

 

 

"Nggak, ayo masuk."

 

 

Mereka memasuki restoran yang ternyata di dalamnya malah mirip dengan cafe cukup modern dan istagram-able, sangat luas hingga mereka bingung harus melangkah ke arah mana, di sebelah kiri tampak kursi dengan meja yang berjejer rapi dan sebelah kanan hanya terdapat meja pendek untuk menaruh makanan, teman-temannya tampak duduk lesehan di sana, tidak jauh dengan peralatan band yang mungkin untuk mengisi acara jika tamu sudah mulai ramai.

 

 

"Kaariin!" Ipang berlari dengan gerakan slowmotion menyambut kedatangan gadis yang berjalan di sebelah temannya.

 

 

"Bang Ipaang!" Karin yang sama gilanya mulai maju ke depan yang kemudian mendapat tarikan di kerah baju dari abangnya, membuat langkah gadis itu menggantung di udara.

 

 

Dan pelukan seorang Ipang di terima dengan baik oleh Ardi yang mendapat decakan sebal dari pemuda bertopi itu. "Lo sirik aja dah," omel Ipang.

 

 

"Masih dalam pengawasan Kak Seto." Ardi mendorong pemuda itu yang kembali ingin memeluk adiknya.

 

 

"Bang Ipang apa kabar, nggak pernah main ke rumah." Karin yang memang akrab dengan teman-teman Ardi mulai berbasa-basi.

 

 

"Abang banyak tugas, Karin kangen ya?"

 

 

"He'em." Karin menganggukkan kepala dengan polosnya, membuat Ipang tertawa, melepas topi kemudian memasangkan di kepala gadis itu.

 

 

Ni anak kapan dewasanya ya? Pikir Ipang yang selalu gemas dengan jawaban jujur dari gadis itu, dipikir seorang Irfani azis nggak bisa baper apa.

 

 

"Ikut yuk, abang kenalin sama gebetan baru." Ipang merangkulkan lengannya pada Karin yang pasrah saja.

 

 

"Cewek, Bang?"

 

 

"Ya cewek lah, mana bisa sih abang belok," ucap Ipang sembari menarik gadis di rangkulannya menjauh meninggalkan Ardi yang masih berdiri di tempatnya.

 

 

Melihat keakraban itu Ardi jadi menghela napas kesal, entah kenapa.

 

 

"Hay Ar?" Sapa Nadia, yang membuat Ardi menoleh.

 

 

"Hay, met ultah ya." Ardi menyerahkan paper bag di tangannya.

 

 

"Apaan nih?" Tanya Nadia, sedikit mengintip isi paper bag yang sudah berpindah tangan kepadanya.

 

 

"Buka aja," ucap Ardi, mengalihkan pandangan pada Karin yang tampak seru berdiri di depan papan kalimat dan entah menulis apa dengan Ipang juga teman-temannya yang lain, Ardi hendak ikut bergabung saat gadis di sampingnya kembali meminta perhatiannya.

 

 

"Makasih ya, lo udah dateng," ucap Nadia.

 

 

Ardi mengangguk, dia ingin berkata bahwa Edo yang menyuruhnya untuk datang tapi ia urungkan. "Yang lain mana?"

 

 

"Sebagian belum pada dateng si, Edo juga belum dateng," jawab Nadia. "Makasih ya, buat kadonya, lo udah mau dateng juga gue udah seneng."

 

 

Ardi kembali mengangguk, "kasih do'a, apa nggak usah?" Tanyanya.

 

 

"Boleh dong, do'anya yang baik-baik buat gue."

 

 

"Do'a nya biar lo peka aja lah, kasian temen gue," ucap Ardi yang malah mendapat cubitan di perutnya, pemuda itu reflek menghindar.

 

 

Saat tertawa, Nadia yang memang sudah menarik semakin berlipat ganda kecantikannya, siapapun pasti akan suka dengan gadis ini, tapi saat Ardi memilih memalingkan pandangannya, dan melihat Karin yang berjalan menghampirinya, pemuda itu merasa berbeda, sesuatu yang tidak ia rasakan saat ia mengagumi Nadia.

 

 

Sebuah perasaan yang selama ini ia anggap dengan kata terbiasa.

 

 

Ardi sudah terbiasa dengan Karin, dan gadis lain tidak lagi membuatnya merasa tertarik. Hanya sudah biasa, sesederhana itu kah?

 

 

"Bang Ar, ada papan kalimat yang boleh kita tulis-tulis sendiri, Bang." Mengucapkan itu mata Karin tampak berbinar, yang reflek mencetak senyum di bibir pemuda itu. Nadia yang memperhatikannya jadi terdiam.

 

 

"Itu emang khusus buat pengunjung, kita bisa menulis apa saja di sana."

 

 

Karin yang seolah baru menyadari ada Nadia di samping abangnya sontak mengerjap. "Mba Nadia cantik banget, beda deh," pujinya yang membuat gadis bergaun selutut itu tampak tersipu. Setelah berbasa-basi mengucapkan selamat ulang tahun dan membocorkan isi kado yang membuat Nadia tertawa, Karin kembali mengalihkan perhatiannya pada Ardi.

 

 

"Ayo Bang tulis sesuatu di sana, Karin udah tulis, baca ya."

 

 

Ardi pasrah saja saat Karin menariknya menghampiri papan kalimat yang nyaris penuh dengan coretan di sudut resto, menepuk pundah Agung yang tampak memperhatikan Ipang yang tengah menulis sesuatu.

 

 

"Nulis apaan lo Pang?"

 

 

"Nomor Wa, sapa tau ada yang nyangkut."

 

 

"Bang Ipang norak ih, tulisnya di tiang listrik aja si."

 

 

"Saingan dong sama sedot wc." Ipang menyerahkan spidol di tangannya pada Ardi.

 

 

"Gue nulis apaan." Menerima spidol di tangannya, Ardi jadi bingung.

 

 

"Tulis Karin lope aja, Bang," saran Karin yang mendapat decakan dari pemuda itu.

 

 

Ardi membaca sekilas, tulisan-tulisan di papan kalimat itu.

 

 

Kalo kamu mau main ke hati aku boleh kok, tapi plis, jangan diberantakin, bertamu harus sopan.

 

 

Ardi sedikit tertawa, sereceh itu?

 

 

Cowok ganteng dilarang tebar pesona, pliss jangan ngrepotin perasaan gue.

 

 

Dari aku, buat lampu ijo di jalanan, pas gue ngebut kenapa jadi merah, tolong, ngerem mendadak nggak seremeh itu.

 

 

Jangan cuma minum kopi, sekali-kali minum vodka, biar tau, hidup itu nggak cuma pahit, tapi puyeng juga.

 

 

Aku di matamu bagaikan nun sukun bertemu dengan idgham bilaghunnah, terlihat tapi tak dianggap.

 

 

"Bang, disuruh nulis malah baca novel." Karin menegur.

 

 

Setelah menoleh dan berkata iya pada gadis itu, Ardi mulai menulis.

 

 

Buat lo yang gampang banget baper, pliss gue cuman senyum, gitu doang masa sayang.

 

 

"Yhaaa, coba coba senyum." Karin menarik dagu Ardi hingga menghadap pada dirinya, pemuda itu tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih bersih. "Iih jadi sayang," ucapnya yang disambut tawa oleh Ipang  dan teman-temannya tidak terkecuali Nadia, interaksi adik kakak di hadapannya ini selalu saja mengundang tawa.

 

 

"Tulisan lo yang mana?" Tanya Ardi.

 

 

Karin menunjuk tulisan di pojok kiri papan, "bagus kan?"

 

 

Ardi membacanya. "Kalo suka bilang dong jangan kasih kode doang, tiga kali salah kode, perasaan lo bisa keblokir." Ardi jadi mengernyit. "Apaan, nggak jelas."

 

 

"Buat yang merasa aja." Ipang menyenggol lengan Ardi, melirik Edo yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Nadia.

 

 

"Apaan si." Edo jadi salah tingkah.

 

 

Karin mengambil spidol dari tangan Ardi dan mengacungkannya pada Nadia. "Ayo Mba, tulis juga," bujuknya.

 

 

Nadia yang menerima spidol jadi maju ke depan papan, berpikir sejenak. Kemudian mulai menulis sesuatu yang membuat Karin juga Ardi sama-sama membatu.

 

 

Mendung tidak pernah membuatku merasa bahagia, sebab kenangan selepas hujan selalu menimbulkan rasa ingin yang terbang jauh terbawa angin. Aku rindu.

 

 

"Lo baca tulisan Kanjeng Ribet juga?" Pertanyaan dari Agung sontak membuat Karin dan Ardi menoleh.

 

 

Nadia tertawa, "yah, ketauan deh, gue copas karya orang, gue suka banget sama tulisan kanjeng ribet, ada yang tau nggak si dia itu siapa."

 

 

"Namanya aja Kanjeng ribet, udah pasti ribet tu orang," ucap Ardi melipat kedua tangannya di depan dada melirik Karin yang entah sejak kapan juga memandangnya. "Kenapa? Lo kenal sama kanjeng ribet?"

 

 

Karin jadi kelabakan, "yang pasti orangnya cantik," jawabnya yang entah kenapa malah membuat Ardi tertawa, alih-alih memikirkan memangnya Ardi tau kanjeng ribet itu siapa. Dia malah berpikir ternyata kanjeng ribet tenar juga.

 

 

***Iklan***

 

 

Author: buat Netizen yang nagih-nagih tulisan beneran dah gue seneng malah ditagih-tagih.

 

 

Netizen: jiwa tukang ngutangnya keluar ya thor.

 

 

Author: atulah masa ngutang. Monmaap ya ini kelamaan soale author sibuk ngurusin dunia nyata.

 

 

Netizen: readers pada nungguin konflik thor.

 

 

Author; konflik itu kan identik dengan penyelesaian, dan selesai itu mendekati ending jadi tolong ya ini masih episode baru, masa udah minta konglik author mumet lah. Nikmatin aja dulu.

 

 

Netizen; jadi ini cerita mau dibawa kemana thor.

 

 

Author: gue cuman fokusin ke keseharian Karin Ardi aja, ya semoga lu nggak pada bosen dah.

 

 

Netizen;munculin Bang Will apa thor biar ada hotnya dikit.

 

 

Author : ya kali, kalo di Noisy girl ini ada pembaca baru yang nggak tau seluk beluk si bule itu. Tiba tiba gue munculin part ene-ena tu bule sama ceweknya situ waras. Yang ada author dikira sarap.

 

 

Netizen; lah emang udah sarap kan ya.

 

 

Author; terserah bodo amaat.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Debby Deborah

Debby Deborah

endi g yg gw bisa tebak adalah ending iklan dari novel ini kalimat autor atau netize. yg khas "bodo amat" 😁

2019-11-15

3

Dyah Saja

Dyah Saja

🤣🤣🤣🤣🤣🤣baper lah bang

2024-02-28

0

Dyah Saja

Dyah Saja

🤣🤣🤣🤣

2024-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 PERKENALAN
2 DUNIA KARIN
3 NGGAK PEKA
4 RIBET
5 SEPIK
6 BERONTAK
7 ACARA
8 TRUTH OR DRINK
9 MELELEH
10 ADA RASA
11 JADIAN
12 MY FIRST LOVE
13 RENCANA
14 MALAM MINGGU
15 JUJUR
16 BOLOS
17 CAST PEMAIN
18 MAHLUK KECIL
19 SEPI
20 PUTUS
21 DUNIA MANTAN
22 MASIH SAYANG
23 PATAH HATI
24 PACAR
25 MALAM MINGGU 2
26 LUKA
27 COBA TEBAK
28 CURHAT
29 MENGHINDAR
30 PERTEMUAN
31 JANJI
32 KENYATAAN
33 KESEPAKATAN
34 LIBURAN
35 LIBURAN 2
36 LIBURAN 3
37 SEANDAINYA
38 CANDU
39 GAME
40 AMAN
41 PERTANYAAN
42 SADAR DIRI
43 INGKAR
44 PILIHAN
45 DUNIA JUSTIN, NENA
46 TERSENYUM
47 MOMEN
48 MOMEN 2 (HARI IBU)
49 MOMEN 3 (KANGEN)
50 TAKUT
51 SAKIT
52 MARAH
53 GRUP WA
54 (MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55 TUGAS DADAKAN
56 MAMI
57 DUNIA IPANG
58 PULANG
59 SALES BAPER
60 AYAH 2
61 PERGI
62 KEHILANGAN
63 PROSES
64 PULANG
65 CANDU 2
66 PERMAINAN
67 KACAU
68 PEMILIK HATI
69 MENGHINDAR
70 CURIGA
71 KEMBALI
72 PESTA
73 CEMBURU
74 DUNIA IPANG 2
75 MAAF
76 TERUNGKAP
77 SUSUN STRATEGI
78 BERKUNJUNG
79 TERNYATA
80 NUNGGUIN YA?
81 TENTANG MAYA
82 OH NINO
83 AGUNG—ALYA
84 TRIK
85 LULUS
86 DERITA MAYA
87 JUJUR
88 DUNIA SI KEMBAR
89 SAH?? SAH!!
90 RENCANA
91 CANDU BARU
92 ADAPTASI
93 DILEMA
94 CINTA MAYA
95 ADAPTASI 2
96 HARAPAN
97 IPANG - LISA
98 CANDU BARU 2
99 NASIHAT
100 SENDIRI
101 TAMU
102 AGUNG-ALYA 2
103 Memulai
104 DUNIA SI KEMBAR 2
105 BERANI
106 CEMBURU
107 TAMU BULANAN
108 UDAH BELUM?
109 MASA LALU
110 PANIK
111 BERITA BAHAGIA
112 DUNIA AGUNG 1
113 DUNIA AGUNG 2
114 KALUT
115 UNGKAPAN
116 DISKUSI
117 PENDAPAT
118 DUNIA AGUNG 3
119 DILEMA
120 KEPUTUSAN
121 PILIHAN 2
122 KELUARGA
123 OBROLAN
124 MANIS
125 UJIAN
126 LIBURAN
127 GAME
128 PANTAI
129 MALAM
130 DUA GARIS
131 STATUS
132 AKHIR BAHAGIA
133 Boncap. NGIDAM
134 Bonchap. Buronan mitoha
135 Bonchap. KELUARGA
136 Bonchap. Makhluk kecil 2
137 Bonus foto
138 Info Giveaway di Instagram
139 Po Kaos
140 Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141 Buronan Mitoha Reborn
142 Bonus chapter Ng
143 Promo novel gratis
144 KAIRAN
145 p r o m o novel gratis
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PERKENALAN
2
DUNIA KARIN
3
NGGAK PEKA
4
RIBET
5
SEPIK
6
BERONTAK
7
ACARA
8
TRUTH OR DRINK
9
MELELEH
10
ADA RASA
11
JADIAN
12
MY FIRST LOVE
13
RENCANA
14
MALAM MINGGU
15
JUJUR
16
BOLOS
17
CAST PEMAIN
18
MAHLUK KECIL
19
SEPI
20
PUTUS
21
DUNIA MANTAN
22
MASIH SAYANG
23
PATAH HATI
24
PACAR
25
MALAM MINGGU 2
26
LUKA
27
COBA TEBAK
28
CURHAT
29
MENGHINDAR
30
PERTEMUAN
31
JANJI
32
KENYATAAN
33
KESEPAKATAN
34
LIBURAN
35
LIBURAN 2
36
LIBURAN 3
37
SEANDAINYA
38
CANDU
39
GAME
40
AMAN
41
PERTANYAAN
42
SADAR DIRI
43
INGKAR
44
PILIHAN
45
DUNIA JUSTIN, NENA
46
TERSENYUM
47
MOMEN
48
MOMEN 2 (HARI IBU)
49
MOMEN 3 (KANGEN)
50
TAKUT
51
SAKIT
52
MARAH
53
GRUP WA
54
(MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55
TUGAS DADAKAN
56
MAMI
57
DUNIA IPANG
58
PULANG
59
SALES BAPER
60
AYAH 2
61
PERGI
62
KEHILANGAN
63
PROSES
64
PULANG
65
CANDU 2
66
PERMAINAN
67
KACAU
68
PEMILIK HATI
69
MENGHINDAR
70
CURIGA
71
KEMBALI
72
PESTA
73
CEMBURU
74
DUNIA IPANG 2
75
MAAF
76
TERUNGKAP
77
SUSUN STRATEGI
78
BERKUNJUNG
79
TERNYATA
80
NUNGGUIN YA?
81
TENTANG MAYA
82
OH NINO
83
AGUNG—ALYA
84
TRIK
85
LULUS
86
DERITA MAYA
87
JUJUR
88
DUNIA SI KEMBAR
89
SAH?? SAH!!
90
RENCANA
91
CANDU BARU
92
ADAPTASI
93
DILEMA
94
CINTA MAYA
95
ADAPTASI 2
96
HARAPAN
97
IPANG - LISA
98
CANDU BARU 2
99
NASIHAT
100
SENDIRI
101
TAMU
102
AGUNG-ALYA 2
103
Memulai
104
DUNIA SI KEMBAR 2
105
BERANI
106
CEMBURU
107
TAMU BULANAN
108
UDAH BELUM?
109
MASA LALU
110
PANIK
111
BERITA BAHAGIA
112
DUNIA AGUNG 1
113
DUNIA AGUNG 2
114
KALUT
115
UNGKAPAN
116
DISKUSI
117
PENDAPAT
118
DUNIA AGUNG 3
119
DILEMA
120
KEPUTUSAN
121
PILIHAN 2
122
KELUARGA
123
OBROLAN
124
MANIS
125
UJIAN
126
LIBURAN
127
GAME
128
PANTAI
129
MALAM
130
DUA GARIS
131
STATUS
132
AKHIR BAHAGIA
133
Boncap. NGIDAM
134
Bonchap. Buronan mitoha
135
Bonchap. KELUARGA
136
Bonchap. Makhluk kecil 2
137
Bonus foto
138
Info Giveaway di Instagram
139
Po Kaos
140
Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141
Buronan Mitoha Reborn
142
Bonus chapter Ng
143
Promo novel gratis
144
KAIRAN
145
p r o m o novel gratis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!