PUTUS

Karin berlarian di koridor sekolah menuju kelasnya yang terletak di ujung seberang lapangan, gadis itu nyaris kesiangan karena ulah sang abang.

 

 

Beruntung saat pemuda itu menurunkannya di depan gerbang sekolah, Pak satpam yang entah pergi kemana belum sempat menguncinya.

 

 

Karin sampai di kelasnya dengan terengah. "Untung nggak kedualuan Pak Tyo,  gue," adunya pada Maya yang sudah duduk di kursinya.

 

 

"Apaan, orang dia hari ini nggak masuk ," ucap Maya setelah mengalihkan perhatian dari hpnya.

 

 

"Kampret, tau gitu tadi gue jalan santai aja nyampe sini." Karin mengumpat kesal, setelah itu mendudukkan dirinya di kursi sebelah Maya.

 

 

"Rin kerjaan lo ngapain aja si di rumah?" Tanya Maya yang membuat Karin menoleh. Ditanya kerjaannya apa dia jadi ingat kejadian tadi pagi.

 

 

"Kenapa emang?"

 

 

"Kenapa tulisan lo nggak update-update, gue penasaran ini sumpah, mana scen terakhir bikin gue sesek napas lagi buruan apa nulisnya."

 

 

"Dipikir nulis cerita segampang ngomongin orang apah, ya sabar lah, gue kan juga butuh referensi," ucap Karin sembari meraba kolong meja dan menemukan beberapa surat dan makanan di sana.

 

 

"Sebenernya lo itu udah banyak referensi tau Rin, mahluk-mahluk penghuni rumah lo kan malaikat semua, mana katanya ditambah dua lagi kembar ya. Wah, cocok itu dibikin cerita, buruan apa rilis."

 

 

"Masih bayi woy, ya entar lah nunggu yang ini tamat dulu gue nulis satu cerita aja ditagih sehari tiga kali, gimana gue nulis dua cerita, bisa demo pembaca gue gara-gara updatenya ngalahin pertapaan si buta dari gua hantu." Karin jadi mengomel, sembari mengembalikan kertas-kertas surat yang isinya nomor WA itu ke kolong mejanya.

 

 

"Eh iya, lupa gue," ucap Maya, kemudian mengambil sebatang coklat dari dalam tasnya. "Ini dari Kak Dewa, tadi dia nungguin lo kelamaan jadi dititipin ke gue." Maya menyodorkan coklat itu pada Karin yang kemudian menerimanya.

 

 

"Tumben nggak ditaro di kolong meja," ucap Karin sembari memperhatikan coklat di tangannya

 

 

"Kayaknya ada pesan pentingnya deh, dia takut nggak ketauan kali."

 

 

Karin mengambil lipatan kertas yang terselip di bungkusan coklat yang ia pegang, kemudian membacanya. Selain mendesah pasrah, dia bisa apa.

 

 

"Apaan isinya, Rin?"

 

 

"Dia nembak gue lagi." Karin berucap sembari mengembalikan coklat di tangannya pada Maya, yang reflek ia terima. "buat lo aja," ucapnya.

 

 

"Gue bingung, emang lo nggak tuker-tukeran nomor hp, sampe kirim surat gini kaya jaman emak gue aja."

 

 

Setelah melihat teman sebangkunya itu menggeleng, Maya berucap lagi. "Udah terima aja Rin, lumayan buat bahan referensi tulisan lo," hasutnya, kemudian tertawa.

 

 

Karin menoleh, kemudian menyentuh dadanya sendiri. "Perasaan gue itu bukan instagram ya May. Ngasih hati nggak segampang klik dua kali."

 

 

"Yaelah, udah si dari pada lo jadi jomblo sengketa mulu."

 

 

"Apaan jomblo sengketa?"

 

 

"Jomblo yang nggak jelas status kepemilikannya, dibilang sodara tapi nggak ada ikatan darah, dibilang pacar statusnya adek-abang, prihatin gue lama-lama," ucap Maya yang mendapat tabokan di punggung tangannya. Karin memang menceritakan tentang hubungan anehnya dengan sang abang pada gadis itu.

 

 

"Bisa banget nyindir gue lo, eh tau nggak May, akun Netizenmahabenar lo tebak siap coba?"

 

 

"Beneran Kak Dewa?" Tanya Maya.

 

 

"Bukan, lo pasti nggak percaya, dia abang gue, May!" Karin menceritakan itu dengan memeluk teman sebangkunya guna menyembunyikan wajah merahnya di pundak gadis itu.

 

 

"Hah, serius?" Tanya Maya cengo, namun setelah itu tawanya meledak juga, dan membuat beberapa teman kelasnya jadi menoleh, Karin yang reflek menjauh jadi memukul lengan gadis itu. "Astagfirullah, jadi lo selama ini curhatin tentang Bang Ar langsung sama dianya?" Tanya Maya.

 

 

Karin mengangguk, "makanya gue malu banget, mana setiap curhat gue berasa bucin banget lagi sama tu orang, muka gue May, ya ampun muka gue mau ditaro dimana."

 

 

Maya kembali tertawa, "ngenes banget si hidup lo Rin Ya Allah, udah kaya pemeran utama cerita novel tau nggak. Sedih gue, eh tapi bagus Rin, biar dia tau perasaan lo," celotehnya lagi dengan kembali tertawa.

 

 

Karin berdecak sebal, kemudian merebahkan kepalanya ke atas meja, "dia mulu yang tau perasaan gue, gue nggak pernah tau perasaan dia yang sebenernya." Gadis itu bergumam sendiri, hingga kemudian  Maya mengguncang lengannya yang membuat ia mendongakkan kepala.

 

 

"Kak Dewa lewat tuh," ucap Maya menunjuk jendela dengan dagunya.

 

 

Karin menoleh ke arah yang sama, sambil terus berjalan dengan teman-temannya, pemuda bernama Dewa itu sempat menoleh,  mengacungkan ibu jari dan kelingkingnya membentuk telepon yang didekatkan ke telinga. Karin hanya bisa tersenyum untuk membalasnya.

 

 

Diam-diam gadis itu membuka lipatan kertas yang ia masukkan ke saku kemeja, dan kembali membacanya.

 

 

Belajar dari penolakan pertama, gue percaya, kalo dapetin hati lo itu nggak semudah mengacungkan dua jari ke depan kamera.

Gue nggak perlu jawaban segera, tapi pliss gue juga nggak mau denger penolakan, selama lo belum ada yang punya, dan perasaan gue masih tetep sama, gue bakalan terus berusaha. Save nomor gue ya.

 

 

***

 

 

"Jadi menurut lo berdua, gue beneran suka sama tu anak apa cuma kasian?" Ardi yang beberapa saat tadi menceritakan tentang kedekatannya dengan Karin pada kedua sahabatnya kemudian bertanya. Pemuda itu juga tidak lupa menceritakan sekilas tentang hidup gadis itu yang tampak menyedihkan.

 

 

Berbeda dengan Agung yang menyandarkan punggungnya, Ipang malah mencondongkan tubuhnya mendekat. "Akhirnya lo sadar juga Nyet, kalo selama ini lo ada rasa sama tu anak. Tapi gobloknya, kenapa lo macarin Nadia?"

 

 

Ardi berdecak, memilih tidak menjawab, toh mereka sudah tau alasannya kenapa.

 

 

"Nih, yang kaya begini nih, Gung." Ipang menepak pundak Agung di sebelahnya, kemudian kembali menoleh pada Ardi. "Kelakuan lo tuh dijadiin bahan ghibah dosa, nggak dighibahin mubazir. Lo pacaran sama Nadia tapi ngasih perhatiannya buat orang lain. Luar biasa."

 

 

"Sepatu gue kendor nih, sekali lempar kena jidat lo Pang." Ardi jadi kesal. "Coba aja lo ada di posisi gue."

 

 

"Kalo gue ada di posisi lo ni yah, gue adilin, gue kasih perhatian dua-duanya." Ipang berapi-api.

 

 

"Emang keluaran lubang buaya mah susah, buaya darat dasar." Ardi mengomel sebal.

 

 

"Set nggak nyadar diri, lo juga buaya, buaya buntung tapi." Ipang balik menyela.

 

 

Agung yang mendengar perdebatan tidak berfaedah dari kedua temannya itu jadi berdecak kesal. "Udah lah, kalian berdua itu sama-sama peranakan buaya. Berisik tau nggak," omelnya.

 

 

"Peranakan buaya," ulang Ipang.

 

 

"Kok kesannya lo jadi nyela emak gue dah." Ardi berlagak tersinggung.

 

 

"Makanya lo berdua itu yang bener jadi orang, biar emak lu nggak pada malu udah nglahirin anak buaya."

 

 

Keduanya jadi kicep, saling melirik.

"Iya Pak Ustadz." Ardi berucap membuat Ipang menahan tawa.

 

 

"Kita itu bukan buaya, lo nya aja yang terlalu bersih, makanya move on, cari pacar dong." Ipang menasihati.

 

 

"Jangankan nyari pacar, si Agung gue suruh nyari ujung selotip aja nggak ketemu," ucap Ardi yang mendapat lemparan botol air mineral yang sigap ia tangkap.

 

 

"Sialan, kenapa lo berdua jadi kompak nyudutin gue si." Agung mengomel kesal.

 

 

"Yaudah ini masalah gue gimana? Menurut lo gue harus gimana?" Tanya Ardi nyaris frustrasi.

 

 

"Jadi selama ini, mantan lo banyak itu lo macarin pake apaan? Masa tentang perasaan kaya gitu aja lo nggak ngerti," ucap Agung, menegakkan tubuhnya untuk meraih air mineral dari tangan temannya yang ia lempar barusan.

 

 

"Gue juga nggak tau, dari mantan-mantan gue selama ini, perasaan gue buat Karin tuh beda, apa karena gue serumah aja ya, jadi gue merasa deket sama tu anak?"

 

 

"Jadi lo menyimpulkan kalo perasaan lo itu sebatas kasian?" Agung bertanya.

 

 

"Ya enggak juga, gue tuh sayang sama tu anak, tapi–"

 

 

"Gampang aja sih Ar kalo lo mau meyakinkan perasaan lo," sela Ipang, memotong ucapan pemuda itu. "Lo liat dia jalan sama cowok lain aja, kalo lo sakit hati berarti lo emang udah cinta."

 

 

Ardi jadi mengingat kedekatan gadis itu dengan Dewa, dan saat dia ketiduran di kamarnya dengan pikiran tidak tenang, dia sadar bahwa perasaannya untuk gadis remaja itu sudah terlalu jauh.

 

 

"Sekarang tuh masalahnya bukan lo beneran suka sama tu anak atau nggak, tapi gimana caranya lo bisa lepas dari Nadia tanpa nyakitin perasaannya." Agung mengingatkan.

 

 

"Gue maunya dia yang mutusin gue," ucap Ardi.

 

 

"Atas dasar apa? Dengan sikap lo yang secuek ini pun udah nyakitin dia, tapi tetep aja lo nggak diputusin." Agung berucap setelah meminum air di botolnya.

 

 

"Sekarang gini aja, kita sadarin Nadia dulu bahwa yang selama ini ada buat dia itu si Edo," ucap Ipang yang tumben sekali idenya lumayan bisa diterima. "Gimana kalo kita suruh si Edo deketin cewek lain dulu, biar Nadia merasa kehilangan."

 

 

"Tapi cewek yang mana dulu nih, mau nggak dia diajak kerja sama?" Tanya Agung.

 

 

"Gimana kalo si Karin aja." Ipang memberi ide.

 

 

"Gue setuju," balas agung dengan semangat.

 

 

"Setan!! Gue nggak terima." Ardi menolak mentah-mentah, membuat kedua temannya jadi tertawa.

 

 

"Nggak usah liat tu anak jalan sama cowok lain, dari sini aja lo udah ketauan bakat bucinnya." Ipang mengolok.

 

 

Agung yang sempat berpikir kemudian berucap. "Tapi boleh juga kalo kita suruh Karin aja, lo bilang kan Nadia paling cemburu sama tu anak," ucapnya. Ardi memang pernah bercerita saat Nadia marah ketika melihat foto adik angkatnya itu menjadi walpeper di hpnya.

 

 

"Jangan lah, dia masih anak-anak," ucap Ardi.

 

 

"Anak-anak tapi lo pacarin," omel Agung.

 

 

"Si Karin biarpun masih bocah tapi auranya kuat, pesonanya kenceng banget, gue juga nggak yakin kalo tu anak nggak diapa-apain sama ni buaya." Ipang menunjuk Ardi yang entah kenapa jadi gugup sendiri.

 

 

Pemuda itu mengambil air di botol agung dan meminumnya, "ngapain lo berdua ngliatin gue sampe segitunya, gue nggak ngapa-ngapain," omelnya saat lirikan kedua temannya itu seolah menghakimi.

 

 

"Nggak percaya gue," ucap Ipang.

 

 

"Ati-ati Ar, satu rumah gitu, si Karin masadepannya masih panjang." Agung menasihati.

 

 

"Astagfirullah, dikit doang," aku Ardi yang mendapat tabokan dari Ipang yang entah sejak kapan sudah berpindah di sebelahnya. Keduanya jadi bergulat, saling menghujat buaya mana yang paling bejat.

 

 

Setelah melerai perkelahian dua buaya di hadapannya, Agung mengajak mereka untuk pulang, pemuda itu menarik kerah baju Ipang  dan membuat Ardi beranjak mengikutinya.

 

 

"Si Edo kemana dah, nggak keliatan dari tadi." Agung bertanya pada Ardi yang tampak sibuk dengan hpnya.

 

 

"Tadi dia cuman nanyain Nadia kenapa, terus nggak ada kabar."

 

 

Agung menghentikan langkahnya, "emang Nadia kenapa?" Tanyanya.

 

 

Ardi mengangkat bahu, "nggak tau kenapa pesan wa gue juga nggak dibales, seharian ini malah nggak ngasih kabar," ucapnya.

 

 

"Yaudah lah, mungkin dia lelah," ucap Ipang sok dramatis dengan sesekali menyapa beberapa siswi yang mereka lewati.

 

 

Agung kembali melangkah, "lo ada salah kali Ar," tebaknya.

 

 

"Gue si emang salah mulu di mata wanita," ucapnya asal yang membuat Agung berdecak sebal.

 

 

"Ar!" Edo yang entah datang dari mana tiba-tiba sudah berada di antara mereka. "Gue udah berkali-kali hubungin Nadia tapi nggak bisa, pesan-pesan gue nggak ada yang dibales," ucapnya panik.

 

 

"Masih ada kelas kali."

 

 

"Enggak Gung, gue tau banget jadwal dia." Edo kembali menoleh pada Ardi, "lo nggak bikin masalah kan?" Tanyanya dengan mendorong kasar pemuda itu.

 

 

"Wey, santai dong." Ardi jadi emosi.

 

 

"Udah dong udah, kalo ada masalah kan bisa diomongin baik-baik." Agung bertindak melerai. Parkiran yang sedikit sepi membuat perdebatan mereka kian nyaring.

 

 

Dari kejauhan tampak Nadia berjalan menghampiri mereka yang membuat Edo berubah tenang.

 

 

"Ya ampun Nat, kamu kemana aja si, kenapa nggak ada kabar." Edo langsung menghujani gadis itu dengan beberapa pertanyaan.

 

 

Nadia yang tampak lesu tidak banyak memberi tanggapan, gadis itu malah menepis tangan Edo dari pundaknya.

 

 

"Edo, Ardi, aku mau ngomong," ucap Nadia yang membuat mereka saling berpandangan.

 

 

"Perlu tempat?" Tanya Ardi yang mendapat gelengan dari gadis itu.

 

 

"Nggak usah di sini aja, kalian juga nggak usah pergi," ucap Nadia pada Agung dan Ipang yang hendak beranjak menjauh.

 

 

"Ada apa sih Nat, jangan bikin aku bingung." Edo kembali menyentuh pundak gadis itu, lagi-lagi ditepis olehnya. Edo semakin bingung.

 

 

"Ada apa?" Tanya Ardi, namun Nadia malah menangis.

 

 

"Kalian tuh tega banget yah sama aku, dari Mita aku tau, kamu macarin aku cuman atas dasar permintaan Edo kan."

 

 

Ardi tertegun, melirikkan matanya pada Edo yang tampak sama terkejutnya.

 

 

"Mita?"

 

 

"Iya, Dia nggak sengaja denger obrolan kalian di kantin beberapa hari yang lalu. Jadi semua itu bener kan?"

 

 

"Aku bisa jelasin, Nat." Edo hendak meraih tangan gadis itu yang malah menghindar.

 

 

"Jawab Ar!" Bentak Nadia.

 

 

Ardi tampak diam saja, memang kenyataannya seperti itu, dia harus bagaimana menyangkal nya.

 

 

Dia tau hal ini pasti akan tetjadi, dan dia memang sudah sangat menantikannya, tapi tidak dengan cara yang seperti ini juga.

 

 

Melihat gadis di hadapannya menangis, sumpah dia tidak tega.

 

 

"Nat–,"

 

 

"Udah lah Ar, aku nggak butuh penjelasan juga, kamu tuh–," Nadia menggantungkan kalimatnya, tangan kanannya terangkat ke udara.

 

 

Ardi tau pasti gadis itu ingin menamparnya, dia tidak akan menghindar, bahkan sekedar mengernyit pun tidak, dia sudah siap untuk hal semacam ini.

 

 

Tapi melihat gadis di hadapannya itu malah terdiam dengan tatapan yang terluka, dia benar-benar merasa sangat berdosa.

 

 

Ardi meraih pergelangan tangan gadis itu yang sempat ia turunkan, "kalo dengan nampar gue lo bisa lega, gue nggak apa-apa," ucapnya dengan mengarahkan tangan gadis itu menuju pipinya.

 

 

Nadia menarik tangannya hingga terlepas, "aku nggak bisa," ucapnya dengan menahan air mata. "Denger ya Ar, meskipun aku tau kamu nggak ada rasa sama aku, tapi sampe kapan pun, aku nggak akan pernah mutusin kamu," ucapnya yang membuat Ardi jadi terdiam.

 

 

Nadia berbalik pada Edo, dan yang membuat semuanya terkejut, gadis itu malah menampar sahabat kecilnya."Jangan anggap aku sahabat kamu lagi, Do. Persahabatan kita putus, aku kecewa sama kamu," ucapnya kemudian berlari pergi. Dan edo mengejar nya, mencoba memberikan penjelasan.

 

 

Ardi menoleh saat Agung menepuk pundaknya, namun temannya itu tidak berkata apa-apa.

 

 

"Edo yang ditabok pipi gue yang kebas." Ipang berkomentar.

 

 

"Ini kenapa jadi gini si, Edo yang diputusin, hati gue yang sakit, kenapa dia nggak mutusin gue aja coba, apa si yang dia harepin dari gue?"

 

 

"Mungkin masih sayang." Agung angkat bicara.

 

 

Ardi memegang kepalanya yang ternyata masih ada, ini benar-benar di luar dugaannya, terus bagaimana cara dia menjelaskan pada Karin, gadis itu pasti sangat kecewa.

 

 

"Gue balik lah," ucap Ardi dengan melangkah ke motornya. Perasaannya jadi tidak karuan, beberapa sapaan selamat jalan dari teman-temannyapun ia abaikan.

 

 

Diperjalanan, ucapan Nadia yang berkata tidak akan mengakhiri hubungannya terus berputar-putar di kepala, bersahut-sahutan dengan ucapan Karin yang mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi orang ketiga.

 

 

Lalu ditambah lagi dengan ucapan abangnya beberapa hari lalu yang membuat kepalanya semakin bertambah pusing. Abangnya bilang.

 

 

Seorang laki-laki bisa dikatakan dewasa, saat dia tidak lagi menyakiti perasaan seorang wanita.

 

 

Dan Ardi sadar, dia memang belum bisa bersikap dewasa.

Ini yang katanya peranakan buaya.

Ini korbannya

***iklan***

 

 

Author: Seperti biasa, abis adegan yang manis-manis dikasih konflik, biar sedepnya berasa.

 

 

Netizen: Sudah kuduga, lo memang nggak semurah hati itu thor.

 

 

Author: hehehe, buat yang nagih-nagih cerita, nggak apa-apa gue jadi semangat baca antusias kalian. Tapi jangan cuma nagih dong, kasih ide kek gitu masukan sapa tau gue jadi tercerahkan.

Terimakasih buat koin yang semakin bertambah. Aku sayang kalian.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Erinda Dwi Wulandari

Erinda Dwi Wulandari

ternyata bang Ipang sahabat yg baik ya ..🤭😅 senasib sepenanggungan

2024-01-24

0

Erinda Dwi Wulandari

Erinda Dwi Wulandari

butuh perjuangan Gung...kayak mo buka kue lebaran yg di toples plastik bunder..yg masih ada selotipnya 🤭😂

2024-01-23

0

Diyah Saja

Diyah Saja

tuh kan ngaku😁

2023-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 PERKENALAN
2 DUNIA KARIN
3 NGGAK PEKA
4 RIBET
5 SEPIK
6 BERONTAK
7 ACARA
8 TRUTH OR DRINK
9 MELELEH
10 ADA RASA
11 JADIAN
12 MY FIRST LOVE
13 RENCANA
14 MALAM MINGGU
15 JUJUR
16 BOLOS
17 CAST PEMAIN
18 MAHLUK KECIL
19 SEPI
20 PUTUS
21 DUNIA MANTAN
22 MASIH SAYANG
23 PATAH HATI
24 PACAR
25 MALAM MINGGU 2
26 LUKA
27 COBA TEBAK
28 CURHAT
29 MENGHINDAR
30 PERTEMUAN
31 JANJI
32 KENYATAAN
33 KESEPAKATAN
34 LIBURAN
35 LIBURAN 2
36 LIBURAN 3
37 SEANDAINYA
38 CANDU
39 GAME
40 AMAN
41 PERTANYAAN
42 SADAR DIRI
43 INGKAR
44 PILIHAN
45 DUNIA JUSTIN, NENA
46 TERSENYUM
47 MOMEN
48 MOMEN 2 (HARI IBU)
49 MOMEN 3 (KANGEN)
50 TAKUT
51 SAKIT
52 MARAH
53 GRUP WA
54 (MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55 TUGAS DADAKAN
56 MAMI
57 DUNIA IPANG
58 PULANG
59 SALES BAPER
60 AYAH 2
61 PERGI
62 KEHILANGAN
63 PROSES
64 PULANG
65 CANDU 2
66 PERMAINAN
67 KACAU
68 PEMILIK HATI
69 MENGHINDAR
70 CURIGA
71 KEMBALI
72 PESTA
73 CEMBURU
74 DUNIA IPANG 2
75 MAAF
76 TERUNGKAP
77 SUSUN STRATEGI
78 BERKUNJUNG
79 TERNYATA
80 NUNGGUIN YA?
81 TENTANG MAYA
82 OH NINO
83 AGUNG—ALYA
84 TRIK
85 LULUS
86 DERITA MAYA
87 JUJUR
88 DUNIA SI KEMBAR
89 SAH?? SAH!!
90 RENCANA
91 CANDU BARU
92 ADAPTASI
93 DILEMA
94 CINTA MAYA
95 ADAPTASI 2
96 HARAPAN
97 IPANG - LISA
98 CANDU BARU 2
99 NASIHAT
100 SENDIRI
101 TAMU
102 AGUNG-ALYA 2
103 Memulai
104 DUNIA SI KEMBAR 2
105 BERANI
106 CEMBURU
107 TAMU BULANAN
108 UDAH BELUM?
109 MASA LALU
110 PANIK
111 BERITA BAHAGIA
112 DUNIA AGUNG 1
113 DUNIA AGUNG 2
114 KALUT
115 UNGKAPAN
116 DISKUSI
117 PENDAPAT
118 DUNIA AGUNG 3
119 DILEMA
120 KEPUTUSAN
121 PILIHAN 2
122 KELUARGA
123 OBROLAN
124 MANIS
125 UJIAN
126 LIBURAN
127 GAME
128 PANTAI
129 MALAM
130 DUA GARIS
131 STATUS
132 AKHIR BAHAGIA
133 Boncap. NGIDAM
134 Bonchap. Buronan mitoha
135 Bonchap. KELUARGA
136 Bonchap. Makhluk kecil 2
137 Bonus foto
138 Info Giveaway di Instagram
139 Po Kaos
140 Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141 Buronan Mitoha Reborn
142 Bonus chapter Ng
143 Promo novel gratis
144 KAIRAN
145 p r o m o novel gratis
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PERKENALAN
2
DUNIA KARIN
3
NGGAK PEKA
4
RIBET
5
SEPIK
6
BERONTAK
7
ACARA
8
TRUTH OR DRINK
9
MELELEH
10
ADA RASA
11
JADIAN
12
MY FIRST LOVE
13
RENCANA
14
MALAM MINGGU
15
JUJUR
16
BOLOS
17
CAST PEMAIN
18
MAHLUK KECIL
19
SEPI
20
PUTUS
21
DUNIA MANTAN
22
MASIH SAYANG
23
PATAH HATI
24
PACAR
25
MALAM MINGGU 2
26
LUKA
27
COBA TEBAK
28
CURHAT
29
MENGHINDAR
30
PERTEMUAN
31
JANJI
32
KENYATAAN
33
KESEPAKATAN
34
LIBURAN
35
LIBURAN 2
36
LIBURAN 3
37
SEANDAINYA
38
CANDU
39
GAME
40
AMAN
41
PERTANYAAN
42
SADAR DIRI
43
INGKAR
44
PILIHAN
45
DUNIA JUSTIN, NENA
46
TERSENYUM
47
MOMEN
48
MOMEN 2 (HARI IBU)
49
MOMEN 3 (KANGEN)
50
TAKUT
51
SAKIT
52
MARAH
53
GRUP WA
54
(MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55
TUGAS DADAKAN
56
MAMI
57
DUNIA IPANG
58
PULANG
59
SALES BAPER
60
AYAH 2
61
PERGI
62
KEHILANGAN
63
PROSES
64
PULANG
65
CANDU 2
66
PERMAINAN
67
KACAU
68
PEMILIK HATI
69
MENGHINDAR
70
CURIGA
71
KEMBALI
72
PESTA
73
CEMBURU
74
DUNIA IPANG 2
75
MAAF
76
TERUNGKAP
77
SUSUN STRATEGI
78
BERKUNJUNG
79
TERNYATA
80
NUNGGUIN YA?
81
TENTANG MAYA
82
OH NINO
83
AGUNG—ALYA
84
TRIK
85
LULUS
86
DERITA MAYA
87
JUJUR
88
DUNIA SI KEMBAR
89
SAH?? SAH!!
90
RENCANA
91
CANDU BARU
92
ADAPTASI
93
DILEMA
94
CINTA MAYA
95
ADAPTASI 2
96
HARAPAN
97
IPANG - LISA
98
CANDU BARU 2
99
NASIHAT
100
SENDIRI
101
TAMU
102
AGUNG-ALYA 2
103
Memulai
104
DUNIA SI KEMBAR 2
105
BERANI
106
CEMBURU
107
TAMU BULANAN
108
UDAH BELUM?
109
MASA LALU
110
PANIK
111
BERITA BAHAGIA
112
DUNIA AGUNG 1
113
DUNIA AGUNG 2
114
KALUT
115
UNGKAPAN
116
DISKUSI
117
PENDAPAT
118
DUNIA AGUNG 3
119
DILEMA
120
KEPUTUSAN
121
PILIHAN 2
122
KELUARGA
123
OBROLAN
124
MANIS
125
UJIAN
126
LIBURAN
127
GAME
128
PANTAI
129
MALAM
130
DUA GARIS
131
STATUS
132
AKHIR BAHAGIA
133
Boncap. NGIDAM
134
Bonchap. Buronan mitoha
135
Bonchap. KELUARGA
136
Bonchap. Makhluk kecil 2
137
Bonus foto
138
Info Giveaway di Instagram
139
Po Kaos
140
Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141
Buronan Mitoha Reborn
142
Bonus chapter Ng
143
Promo novel gratis
144
KAIRAN
145
p r o m o novel gratis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!