BOLOS

Karin menuruni mobil baru abangnya saat mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

 

 

"Heh, anak setan, lo masih marah sama gue."

 

 

Karin yang hendak melangkah pergi jadi menoleh. "Pokoknya ya, Bang. Karin males ngomong sama abang," tegasnya.

 

 

"Itu lo lagi ngomong sama gue."

 

 

"Kan cuma sekedar pemberitahuan."

 

 

"Yaudah iya gue udah tau." Ardi mengulurkan tangan, melewati kaca jendela mobil yang sedari tadi ia buka. "Gue minta maaf," ucapnya, mencoba mengalah karena tidak tahan juga selama perjalanan berangkat tadi, gadis itu selalu mengabaikannya.

 

 

Karin mendekat ragu, meraih jemari abangnya untuk berjabat tangan, namun saat akan menariknya kembali, pemuda itu menggenggamnya dengan erat, dan menariknya mendekat.

 

 

"Apa sih, Bang. Lepasin nggak tangan Karinnya, nggak dimaafin nih," ancam gadis itu yang membuat Ardi tertawa pelan.

 

 

"Cium dulu."

 

 

Karin mengerjap gugup, "apanya?"

 

 

"Tangan gue lah, lo mau yang lain emang?"

 

 

"Dih, ogah Karin cium tangan abang."

 

 

"Kalo yang lain mau ya?"

 

 

"Abang niat minta maaf nggak si?" Karin jadi mengomel.

 

 

"Tinggal cium tangan doang susah amat, sini tangan lo aja gue cium."

 

 

"Yaudah iya, Karin aja," tolak gadis itu, kemudian menarik tangan abangnya dan menyatukan dengan keningnya sendiri.

 

 

"Bibir lo pindah ke jidat," komentar Ardi.

 

 

Karin menggeram kesal, lalu dengan tampang terpaksa mencium punggung tangan sang abang dengan bibirnya.

 

 

Ardi yang tersenyum melepaskan tangan gadis itu kemudian mengacak rambutnya, "nanti lo ada ekskul kan? Pulangnya jam berapa kabarin, ntar gue jemput."

 

 

"Sama Mbak Nadia?"

 

 

Ardi menggeleng. "Nggak," ucapnya kemudian mengecup punggung tangannya sendiri, pada bekas ciuman gadis itu.

 

 

Dan tidak ada yang lebih menggila dari detak jantung Karin saat mengiringi lambaian tangan abangnya yang mulai beranjak pergi.

 

 

Gadis itu menghentakkan kaki, "sialaan, hati gue udah kaya oky jelly, lembek banget," umpatnya pada diri sendiri.

 

 

Karin memasuki kelasnya, duduk di kursi kemudian meraba kolong meja, seperti biasa gadis itu selalu mendapatkan banyak makanan di sana.

 

 

"Buset dah, Rin. Kolong meja lo udah kaya warung Madura, apa aja ada." Maya yang baru saja datang langsung berkomentar.

 

 

Karin memberikan sebatang coklat  pada gadis itu. "Gue juga bingung, siapa si yang naroin di sini?" Herannya, karena selain sebatang coklat, terkadang juga banyak cemilan, minuman kaleng, sampai permen lolipop. Nama pengirimnya pun berbeda-beda. Dan Karin malas untuk mencari tahunya.

 

 

Maya menduduki kursinya, "ini dari Kak Dewa, Rin," ucapnya, menunjukkan tulisan nama di kertas kecil yang menempel di badan coklat.

 

 

Karin menoleh, "serius, Kak Dewa ketua osis?" Tanyanya.

 

 

"Emangnya ada lagi yang namanya Dewa?"

 

 

"Ya siapa tau."

 

 

"Dia bukannya udah lo tolak ya." Maya mulai membuka bungkus coklat kemudian memakannya.

 

 

"Makanya itu," ucap Karin sembari memasukkan makanan yang lain ke dalam kantong keresek yang ia bawa.

 

 

"Gue saranin Rin itu makanan jangan lo makan."

 

 

"Emang kenapa?"

 

 

"Abis makan coklat ini, gue bayangin Kak Dewa jadi ganteng banget sumpah, mengandung pelet nih kayaknya."

 

 

Karin tertawa, "lah, dia mah emang udah ganteng, May."

 

 

"Eh, iya ya." Maya ikut tertawa.

 

 

Satu notif dari hpnya membuat Karin merogoh isi tasnya.

 

 

Netizenmahabenar: gimana hari ini, di kolong meja lo masih banyak sampah.

 

 

Karin tersenyum, tentang masalah ini dia memang menceritakan pada teman onlinenya yang sudah beberapa bulan ini akrap dengannya.

 

 

"Bukan sampah woy." Karin mengetikkan balasan.

 

 

Netizenmahabenar: jangan dimakan.

 

 

Kanjeng Ribet: kenapa?

 

 

Netizenmahabenar: lo tau siapa yang ngirim.

 

 

Kanjeng Ribet: Ada namanya sih, tapi gue males nyari taunya.

 

 

Netizenmahabenar: kirimin ke gue nama-namanya.

 

 

Kanjeng Ribet: ngapain, kaya lo bakal kenal aja.

 

 

Netizenmahabenar: mau gue santet online.

 

 

Kanjeng Ribet: ngaco. Lo sebenernya siapa si? Penasaran gue.

 

 

Netizenmahabenar: kan gue udah pernah bilang, gue itu penggemar lo.

 

 

Kanjeng Ribet: emangnya lo tau gue.

 

 

Netizenmahabenar: tau, tau banget malah.

 

 

Karin mengerutkan dahi, mulai berpikir, dia jadi curiga pada seseorang.

 

 

Kanjeng Ribet: Siapa sih lo?

 

 

Netizenmahabenar: Tebak.

 

 

Kanjeng Ribet: Kak Dewa.

 

 

Netizenmahabenar: kenapa harus Dewa.

 

 

Kanjeng Ribet: Karena Kak Dewa yang ngenalin gue sama aplikasi ini, dia juga yang bantu bikin akunnya. Lo beneran kak Dewa.

 

 

Netizenmahabenar: Bukan.

 

 

Kanjeng Ribet: Terus siapa?

 

 

Karin berdecak, pesannya itu tidak lagi mendapat balasan, padahal dia amat penasaran.

 

 

"Kenapa Rin?" Tanya Maya.

 

 

"Tau, nggak jelas, orang gila."

 

 

****

 

 

Dan orang gila yang dimaksud gadis itu kini membanting hpnya ke atas meja, "anak setan," umpatnya yang membuat Ipang yang sibuk bermain tiktok jadi menoleh.

 

 

"Kesambet lo, Ar?" Tanya Agung yang menghentikkan permainan game di hpnya.

 

 

Ardi mengambil hpnya lagi, menghapus percakapan dan memasukan benda itu ke saku kemejanya.

 

 

"Lo dari tadi chat siapa si?" Tanya Edo yang membuat Ardi menoleh, "Nadia chat gue katanya lo nggak bales-bales Wa dia."

 

 

"Gue nggak online di Wa," jawab Ardi, kemudian mengambil hp dan memeriksa pesan dari pacarnya, hanya pertanyaan sudah sarapan apa belum, dia pun menutupnya kembali. "nggak penting," ucapnya kemudian.

 

 

"Ya seenggaknya lo bales lah, Ar. Kasian dia nunggu-nunggu."

 

 

Ardi memberikan tatapan tak terbaca pada Edo, membuat pemuda itu mengerutkan dahi. "Gue nggak bisa sebasa-basi itu sama siapapun, lo tau sendiri lah," ucapnya, kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

 

 

"Tapi ini kan cewek lo, Ar, bedain dikit dong, gue aja bisa cuman sekedar bales kalo dia nanya lagi apa, lagi di mana, lagi sama siapa, gue aja yang bukan pacarnya bisa nyempetin diri, lo sebagai pacarnya seharusnya bisa lebih peduli."

 

 

Ardi tertawa sumbang,"lo bisa karena lo suka," ucap Ardi, kembali menegakkan tubuhnya, "tapi gue nggak suka."

 

 

Sejenak Edo terdiam, bingung harus berkata apa. "Apa susahnya sih mencintai Nadia, dia baik, cantik pinter, apa lagi? Lo nyari cewek yang kaya gimana sih?"

 

 

Ardi memilih bungkam, dia malas jika selalu membahas hal yang sama dengan pemuda itu.

 

 

"Kalo boleh gue ikut campur nih ya." Agung angkat suara. "Perasaan itu emang nggak bisa dipaksain, Do," ucapnya mengarahkan tatapan secara bergantian pada kedua teman di hadapannya, sejak muncul masalah ini, Agung merasa keduanya jadi sering berselisih. "Sama kaya perasaan lo yang nggak bisa dipaksain buat nggak mencintai Nadia."

 

 

"Bener tuh." Ipang ikut Nimbrung, "apa susahnya sih tinggal bilang Nat, gue suka sama lo, masalah nanti ditolak toh matahari masih bakalan terbit di tempatnya."

 

 

Edo menoleh pada Ardi. "Salah nggak sih gue pengen liat Nadia bahagia dengan nyuruh  lo macarin dia, cuma lo yang dia mau bukan gue."

 

 

"Ya salah lah!" Ucap ketiga temannya secara bersamaan. Edo sedikit terkesiap.

 

 

"Sekarang gini aja deh, Do. Lo kan deket sama Nadia, dan setelah tu cewek jadi pacar Ardi, apa lo pernah liat dia bahagia." Agung memberikan pertanyaan.

 

 

Edo tertegun, selama ini yang dia tau sahabat wanitanya itu selalu mengeluhkan sikap Ardi yang cuek padanya, mengeluhkan pesan-pesan  yang diabaikan pemuda itu, "tapi dia selalu keliatan seneng banget kalo lagi ceritain tentang lo secara langsung," ucap Edo , membayangkan saat Nadia menceritakan tentang temannya dengan menggebu-gebu, meskipun hatinya sakit namun melihat itu, Dia ikut senang juga.

 

 

Ardi menghela napas," terserah lah," pasrahnya.

 

 

Namun tanpa mereka sadari, seseorang tengah menguping percakapan ke empatnya.

 

 

***

 

 

Karin dengan malas memasuki kelas ekskul musik dengan beberapa temannya yang memilih ekskul yang sama, bukan apa-apa, gurunya ini yang katanya sudah menguasai hampir semua alat musik setiap pertemuan pasti selalu menyuruhnya untuk menulis kunci.

 

 

Dia memang berminat pada gitar, namun saat mengharapkan praktek memetik alat itu, sudah dua kali pertemuan dan pria berkacamata itu selalu menyuruh muridnya untuk menuliskan kunci gitar . Sungguh sangat membosankan.

 

 

"Rin, males gue, palingan disuruh gambar kunci gitar lagi, bolos aja yuk." Maya yang kebetulan duduk di sebelahnya mulai menghasut.

 

 

Karin menoleh sinis, "wah, parah lo. Hayulah buruan."

 

 

Keduanya beranjak berdiri, berhubung guru pun belum datang jadi mereka memutuskan untuk pergi.

 

 

"Woy, mau kemana lo?" Tanya teman yang lain.

 

 

"Balik lah, males gue."

 

 

"Wah parah. Nggak ngajak-ngajak."

 

 

Dan akhirnya beberapa dari mereka malah ikut bolos ekskul bersama. Suasana sekolah memang sudah lumayan sepi, sebagian murid yang ikut ekskul lain pasti sudah masuk kelas masing-masing. Dan sebagian lagi pasti sudah pulang ke rumahnya.

 

 

"Kita tunggu di kantin aja Rin, kalo balik ke kelas pasti guru pada curiga." Maya berucap setelah memesan mi goreng dan sekantong plastik es teh manis pada penjaga kantin.

 

 

"Ya tapi nggak usah beli makan juga kali, May. Kita tuh lagi bolos bukannya istirahat."

 

 

"Laper gue, sekalian aja lah, mumpung lagi di sini."

 

 

"Woy kalian ngapain?" Beberapa murid lain yang juga memasuki kantin menyapa keduanya.

 

 

"Bolos ekskul lo ya, yaah sama."

 

 

"Males gue sama gurunya."

 

 

"Lo enak ada gurunya, kita mah gurunya kakak angkatan, mana judes banget lagi," ucap salah satu murid berhijab yang Karin kenal.

 

 

"Emang lo ekskul apaan?" Tanya Karin.

 

 

"Dance, tapi disuruh buka hijab, sebenernya nggak harus sih cuman anak yg lain pada dibuka, terus nyuruh kita buka juga, enggak dah."

 

 

"Wah punya pendirian lo berarti salut gue," ucap Karin bangga.

 

 

"Iya, makasih hehe, bukannya apa-apa sih, kalo buka hijab rambut gue awut-awutan, soalnya kriting-kriting gitu."

 

 

"Astagfirullah," ucap Karin, gadis itu ingin mengumpat tapi ia tahan.

 

 

"Kiki juga sama ya, rambutnya kriting jadi kaga buka hijab," komentar Maya di sela mengunyah makanannya.

 

 

"Alhamdulillah enggak, Kiki mah emang nggak bisa buka hijab, soalnya nggak biasa. Malu," ucap gadis itu yang memang jebolan pesantren waktu Smp.

 

 

Maya menyikut lengan Karin yang duduk di sebelahnya. "Tuh dengerin, malu nggak lo," sindirnya.

 

 

"Lo aja dulu May, entar nama lo gue ganti jadi Siti Solehah."

 

 

"Buset segitunya gue tobat, ampe ganti nama." Maya jadi tertawa.

 

 

Sedang asik mengobrol tentang keluahan masing-masing beberapa murid laki-laki berlarian dari arah pintu utama.

 

 

"Woy, ada Pak Muklis mau ke sini."

 

 

"Mampus."

 

 

Semua murid yang bolos di kantin berlarian kabur, Karin, Maya dan kedua temannya yang lain memisahkan diri dari rombongan. Ke empat gadis itu bersembunyi di dalam kelas yang sudah kosong. Berjongkok di belakang ruangan itu.

 

 

"Rin, bantuin gue makan kek ini." Maya menyodorkan mi goreng dalam wadah styrofoam pada temannya.

 

 

"Lagian bukannya dibuang aja," ucap Lisna yang ikut bersembunyi dengan mereka.

 

 

Satu teman lagi yang bernama Isti malah sibuk dengan ponselnya. Namun beberapa detik kemudian gadis itu mendadak berlari yang membuat ketiganya kocar kacir mengikutinya.

 

 

"Ada apaan si?" Tanya ketiganya saat sampai di ambang pintu, namun Isti malah berbalik dan berjoget-joget di depan ponselnya dengan lagu Alan walker.

 

 

"Sialaan dia malah main tiktok." Lisna melemparkan sepatunya pada gadis itu yang kemudian tertawa-tawa.

 

 

"Mumpung lagi tegang sekalian gue kerjain."

 

 

Karin berdecak sebal, untung temen, pikirnya. "Keluar yuk, kayaknya udah aman."

 

 

Mereka keluar kelas dengan mengendap-endap, Karin merutuk dalam hati, gara-gara mengikuti saran Maya dia jadi terperangkap dalam suasana semendebarkan ini, bukan apa-apa, masalahnya dia sudah beberapa kali masuk Bk, belum lagi kasus terakhir perkelahiannya dengan Ratu yang sampai melibatkan abangnya. Dia jadi gelisah.

 

 

"Eh, gue ke kamar mandi dulu deh," ucap Karin.

 

 

"Gue tunggu di bawah tangga ya." Maya berucap setelah membuang bekas makanan ke tong sampah di dekatnya.

 

 

"Kalo pas lo keluar kita nggak ada berarti udah kabur ke taman belakang." Isti menambahkan.

 

 

"Yaudah entar gue nyusul," ucap Karin, kemudian masuk ke kamar mandi.

 

 

Dan beberapa saat kemudian saat dia keluar, benar saja teman-temannya sudah tidak ada di bawah tangga. Karin hendak berlari ke taman belakang sebelum derap sepatu dari atas tangga membuatnya menoleh.

 

 

Bu Lusi selaku guru Bk tengah menuruni anak tangga, Karin yang panik jadi bingung harus bagaimana, namun seseorang entah siapa, menariknya ke sudut tembok dan membungkam mulutnya dengan telapak tangan.

 

 

Setelah derap sepatu Ibu guru yang terkenal galak itu menghilang, Karin jadi tau bahwa seseorang yang membungkam mulutnya dari arah depan adalah Dewa.

 

 

Dewa menurunkan tangannya dari mulut Karin,  jarak pemuda itu yang begitu dekat membuat Karin menolehkan kepala.

 

 

"Kak Dewa."

 

 

"Hn?"

 

 

"Kaki aku keinjek."

 

 

"Eh, sory, sory." Dewa reflek memundurkan tubuhnya, tertawa pelan .

 

 

Karin yang masih canggung dengan penolakan nya beberapa hari yang lalu hanya mengangguk, kemudian pamit pergi setelah berterimakasih.

 

 

"Tunggu." Dewa mencekal lengan gadis itu.

 

 

Karin menoleh, "ada apa, Kak?"

 

 

"Lo lupa gue siapa?"

 

 

"Nggak, Kak Dewa kan?"

 

 

Dewa terkekeh pelan, "maksudnya jabatan gue di sekolah."

 

 

Set dah belagunya, pikir Karin sebelum tersadar, "eh, iya ketua osis." Karin merutuk dalam hati. Tidak mungkin ketua penegak disiplin ini akan meloloskan dirinya yang kedapatan bolos ekskul. Mati saja lah.

 

 

"Kak Dewa itu hatinya terbuat dari apa si, baik banget sampe kirimin coklat ke kolong meja?" Karin mencoba merayu saat pemuda di hadapannya itu melangkah kan kaki entah ke mana, Dewa hanya menyuruh Karin untuk mengikutinya.

 

 

"Udah lo makan?"

 

 

"Udah, dan sekarang nyesel." Karin mulai berbohong.

 

 

"Nyesel kenapa?" Tanya Dewa tanpa menghentikan langkah kakinya.

 

 

"Kayaknya tu coklat mengandung pelet ya, soalnya Kak Dewa jadi keliatan ganteng banget hari ini." Karin menjiplak ucapan Maya. Gadis itu sejenak menghentikan langkah saat pemuda di hadapannya itu membalikkan tubuhnya.

 

 

"Jangan mulai deh, Karin, entar gue baper." Dewa memberi peringatan.

 

 

"Aku nggak niat baperin Kak Dewa kok, cuman muji aja biar ditraktir beli minum, aus nih dari tadi lari-lari mulu."

 

 

Dewa tertawa, kemudian membelokan langkahnya menuju kelas Karin. Membuat gadis itu mengerutkan dahi.

 

 

"Kok ke sini, Kak, katanya mau dihukum?"

 

 

"Iya, hukumannya lo gue anter pulang, tapi temenin jalan dulu."

 

 

"Hah, enak amat."

 

 

"Mau nggak?"

 

 

"Ya mau lah."

Ardi: yang gombalnya sama anak setan doang.

Karin: yang mulai cari mangsa baru.

***iklan***

 

 

Author: Kenapa kalian pada benci sama kelakuan Ardi ya karena gue dari kemaren nulis ceritanya pake sudut pandang Ardi jadi yang kalian tau cuman kelakuan Ardi. Dan sekarang gue ceritain kelakuan Karin di sekolah. Biar kalian pada Dilema mau menghujat siapa. Intinya jangan menilai orang dari satu sisi.

 

 

Netizen: Bang Ar biarpun mantannya setiap tikungan ada tapi nggak pernah gombalin cewek thor, jangankan cewek lain, Nadia aja yg jadi pacarnya dianggurin.

 

 

Author:Makanya jangan benci-benci sama Bang Ar, dia itu begitu karena terpaksa.

 

 

Netizen: yaudah thor jangan banyak-banyak iklannya ntar diomelin.

 

 

Author: ini gue mau cuap-cuap nulis ungkapan terimakasih buat readers gimana dong.

 

 

Netizen:nggak usah thor nggak penting.

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

putri bungsu 28

putri bungsu 28

ngebayangin ekspresi nya pasti lucu🤣🤣🤣

2024-01-31

0

Winar hasan

Winar hasan

untung agung waras😂😂😂😂

2023-02-13

0

...sus@nt!

...sus@nt!

😂😂 ...

2022-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 PERKENALAN
2 DUNIA KARIN
3 NGGAK PEKA
4 RIBET
5 SEPIK
6 BERONTAK
7 ACARA
8 TRUTH OR DRINK
9 MELELEH
10 ADA RASA
11 JADIAN
12 MY FIRST LOVE
13 RENCANA
14 MALAM MINGGU
15 JUJUR
16 BOLOS
17 CAST PEMAIN
18 MAHLUK KECIL
19 SEPI
20 PUTUS
21 DUNIA MANTAN
22 MASIH SAYANG
23 PATAH HATI
24 PACAR
25 MALAM MINGGU 2
26 LUKA
27 COBA TEBAK
28 CURHAT
29 MENGHINDAR
30 PERTEMUAN
31 JANJI
32 KENYATAAN
33 KESEPAKATAN
34 LIBURAN
35 LIBURAN 2
36 LIBURAN 3
37 SEANDAINYA
38 CANDU
39 GAME
40 AMAN
41 PERTANYAAN
42 SADAR DIRI
43 INGKAR
44 PILIHAN
45 DUNIA JUSTIN, NENA
46 TERSENYUM
47 MOMEN
48 MOMEN 2 (HARI IBU)
49 MOMEN 3 (KANGEN)
50 TAKUT
51 SAKIT
52 MARAH
53 GRUP WA
54 (MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55 TUGAS DADAKAN
56 MAMI
57 DUNIA IPANG
58 PULANG
59 SALES BAPER
60 AYAH 2
61 PERGI
62 KEHILANGAN
63 PROSES
64 PULANG
65 CANDU 2
66 PERMAINAN
67 KACAU
68 PEMILIK HATI
69 MENGHINDAR
70 CURIGA
71 KEMBALI
72 PESTA
73 CEMBURU
74 DUNIA IPANG 2
75 MAAF
76 TERUNGKAP
77 SUSUN STRATEGI
78 BERKUNJUNG
79 TERNYATA
80 NUNGGUIN YA?
81 TENTANG MAYA
82 OH NINO
83 AGUNG—ALYA
84 TRIK
85 LULUS
86 DERITA MAYA
87 JUJUR
88 DUNIA SI KEMBAR
89 SAH?? SAH!!
90 RENCANA
91 CANDU BARU
92 ADAPTASI
93 DILEMA
94 CINTA MAYA
95 ADAPTASI 2
96 HARAPAN
97 IPANG - LISA
98 CANDU BARU 2
99 NASIHAT
100 SENDIRI
101 TAMU
102 AGUNG-ALYA 2
103 Memulai
104 DUNIA SI KEMBAR 2
105 BERANI
106 CEMBURU
107 TAMU BULANAN
108 UDAH BELUM?
109 MASA LALU
110 PANIK
111 BERITA BAHAGIA
112 DUNIA AGUNG 1
113 DUNIA AGUNG 2
114 KALUT
115 UNGKAPAN
116 DISKUSI
117 PENDAPAT
118 DUNIA AGUNG 3
119 DILEMA
120 KEPUTUSAN
121 PILIHAN 2
122 KELUARGA
123 OBROLAN
124 MANIS
125 UJIAN
126 LIBURAN
127 GAME
128 PANTAI
129 MALAM
130 DUA GARIS
131 STATUS
132 AKHIR BAHAGIA
133 Boncap. NGIDAM
134 Bonchap. Buronan mitoha
135 Bonchap. KELUARGA
136 Bonchap. Makhluk kecil 2
137 Bonus foto
138 Info Giveaway di Instagram
139 Po Kaos
140 Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141 Buronan Mitoha Reborn
142 Bonus chapter Ng
143 Promo novel gratis
144 KAIRAN
145 p r o m o novel gratis
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PERKENALAN
2
DUNIA KARIN
3
NGGAK PEKA
4
RIBET
5
SEPIK
6
BERONTAK
7
ACARA
8
TRUTH OR DRINK
9
MELELEH
10
ADA RASA
11
JADIAN
12
MY FIRST LOVE
13
RENCANA
14
MALAM MINGGU
15
JUJUR
16
BOLOS
17
CAST PEMAIN
18
MAHLUK KECIL
19
SEPI
20
PUTUS
21
DUNIA MANTAN
22
MASIH SAYANG
23
PATAH HATI
24
PACAR
25
MALAM MINGGU 2
26
LUKA
27
COBA TEBAK
28
CURHAT
29
MENGHINDAR
30
PERTEMUAN
31
JANJI
32
KENYATAAN
33
KESEPAKATAN
34
LIBURAN
35
LIBURAN 2
36
LIBURAN 3
37
SEANDAINYA
38
CANDU
39
GAME
40
AMAN
41
PERTANYAAN
42
SADAR DIRI
43
INGKAR
44
PILIHAN
45
DUNIA JUSTIN, NENA
46
TERSENYUM
47
MOMEN
48
MOMEN 2 (HARI IBU)
49
MOMEN 3 (KANGEN)
50
TAKUT
51
SAKIT
52
MARAH
53
GRUP WA
54
(MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55
TUGAS DADAKAN
56
MAMI
57
DUNIA IPANG
58
PULANG
59
SALES BAPER
60
AYAH 2
61
PERGI
62
KEHILANGAN
63
PROSES
64
PULANG
65
CANDU 2
66
PERMAINAN
67
KACAU
68
PEMILIK HATI
69
MENGHINDAR
70
CURIGA
71
KEMBALI
72
PESTA
73
CEMBURU
74
DUNIA IPANG 2
75
MAAF
76
TERUNGKAP
77
SUSUN STRATEGI
78
BERKUNJUNG
79
TERNYATA
80
NUNGGUIN YA?
81
TENTANG MAYA
82
OH NINO
83
AGUNG—ALYA
84
TRIK
85
LULUS
86
DERITA MAYA
87
JUJUR
88
DUNIA SI KEMBAR
89
SAH?? SAH!!
90
RENCANA
91
CANDU BARU
92
ADAPTASI
93
DILEMA
94
CINTA MAYA
95
ADAPTASI 2
96
HARAPAN
97
IPANG - LISA
98
CANDU BARU 2
99
NASIHAT
100
SENDIRI
101
TAMU
102
AGUNG-ALYA 2
103
Memulai
104
DUNIA SI KEMBAR 2
105
BERANI
106
CEMBURU
107
TAMU BULANAN
108
UDAH BELUM?
109
MASA LALU
110
PANIK
111
BERITA BAHAGIA
112
DUNIA AGUNG 1
113
DUNIA AGUNG 2
114
KALUT
115
UNGKAPAN
116
DISKUSI
117
PENDAPAT
118
DUNIA AGUNG 3
119
DILEMA
120
KEPUTUSAN
121
PILIHAN 2
122
KELUARGA
123
OBROLAN
124
MANIS
125
UJIAN
126
LIBURAN
127
GAME
128
PANTAI
129
MALAM
130
DUA GARIS
131
STATUS
132
AKHIR BAHAGIA
133
Boncap. NGIDAM
134
Bonchap. Buronan mitoha
135
Bonchap. KELUARGA
136
Bonchap. Makhluk kecil 2
137
Bonus foto
138
Info Giveaway di Instagram
139
Po Kaos
140
Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141
Buronan Mitoha Reborn
142
Bonus chapter Ng
143
Promo novel gratis
144
KAIRAN
145
p r o m o novel gratis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!