BERONTAK

Karin mematikan ponselnya, dia merasa amat kesal dengan Ardi yang berdekatan dengan wanita lain, selama ini dia berkata suka pada pemuda itu dan gencar menggodanya ia pikir hanya sebagai bahan bercandaan saja, dia pun tahu abang angkatnya itu tidak pernah serius menanggapinya, tapi kenapa melihat Ardi didekati wanita lain ia jadi merasa takut, apa dia benar-benar menyukai pemuda itu?

 

 

Karin jadi pusing sendiri, dia masuk ke dalam ruangan kamar mandi dan mencuci wajahnya di sana, ia melihat pantulan dirinya di cermin, tanpa senyum, tanpa tawa, dan tanpa ke berisikan yang selama ini dia bawa-bawa.

 

 

hanya pada cermin dia bisa jujur dengan dirinya sendiri, karena berisik adalah cara nya untuk melarikan diri dari perasaan sepi yang selalu datang menghantui.

 

 

Mami, Karin kangen Mami, batinnya. Mami selalu bilang jika Karin ingin membuat seseorang mencintai Karin adalah dengan berusaha membuatnya tertawa, tapi setiap dia tertawa, malah Karin yang jadi suka.

 

 

Sayup-sayup Karin mendengar obrolan dari arah luar, dan sialnya saat dia akan pergi, gadis itu malah berpapasan dengan geng nya Ratu di ambang pintu.

 

 

"Eh, ada si tukang cari gara-gara." Ratu mendorong Karin hingga gadis itu kembali masuk ke dalam ruangan.

 

 

Karin masih diam saja, untuk merasa takut, dia tidak sepengecut itu, beberapa anak lain yang baru keluar dari bilik kamar mandi mereka usir, dan beberapa yang ingin masuk mereka cepat tolak, kemudian menutup pintu dan hanya ada Karin, Ratu dan kedua temannya itu.

 

 

"Mau apa lo?" Tanya Karin berani, menghilangkan panggilan kakak sebagai tanda penghormatan yang selama ini dia berikan. Ratu tampak syok.

 

 

"Wah, berani lo ya," ucapnya, kemudian menyuruh salah satu temannya untuk menampung air di wastafel, Karin tahu untuk apa air itu.

 

 

"Ada hubungan apa lo sama Kak Ardi, sampe dia bisa belain lo?"

 

 

Karin merasa tidak perlu menjawab pertanyaan gadis berrambut panjang itu, hingga kedua temannya memegangi tangan Karin dan menguncinya ke belakang. Sialan, mereka main keroyokan. Pikirnya.

 

 

"Ok kalo itu lo nggak mau jawab, selama ini gue diemin lo yang deketin Dewa bukan berarti gue nggak berani ngasih ancaman lagi buat lo ya, gue lagi nyari tau aja tentang siapa sih lo sebenernya."

 

 

Kawanan Ratu mulai mendorong Karin mendekati wastafel yang penuh dengan air, kemudian mulai mencelupkan secara paksa kepala gadis itu ke sana.

 

 

Hanya beberapa menit saja dan cukup membuat rambut sebahu Karin basah kuyup, gadis itu mengatur napas yang sempat ia tahan barusan. Ratu mencengkram dagunya, membuatnya mendongak.

 

 

"Ternyata lo cuman seorang anak kriminal, nyokap lo dipenjara kan?" Ucap Ratu.

 

 

Karin membelalakkan matanya, terkejut, untuk yang satu ini dia tidak bisa diam saja, "kalo lo nggak suka sama gue, ya gue aja, nggak usah bawa-bawa nyokap gue."

 

 

"Udah berani ngomong lo ya." Ratu kembali mendorong paksa kepala Karin ke dalam air, cukup kuat hingga gadis itu merasa keningnya membentur permukaan wastafel yang terasa  keras.

 

 

Ratu kembali mencengkram dagu Karin kemudian berkata, "lo cuman nggak lebih dari seorang anak kriminal," kalimat kasar yang tidak patut untuk diucapkan oleh seorang pelajar, Karin dengar, terus keluar dari mulut seorang Ratu.

 

 

"Berenti bawa-bawa nyokap gue!" Karin berteriak marah, melepaskan diri dari kedua teman Ratu yang memegangi tangannya, setelah mendorong mereka hingga membentur pintu, Karin mendekati Ratu yang tampak ketakutan dan menampar wajahnya. Merasa tidak terima, gadis itu balik menampar dan keduanya terlibat perkelahian.

 

 

***

 

 

"Mau jadi apa kalian, perempuan berkelahi di kamar mandi, sudah merasa jagoan?" Ibu Lusi selaku guru bk terus mengomel. Di seberang meja, Ratu juga Karin tampak menunduk memegangi kedua telinganya masing-masing.

 

 

"Karin duluan Bu, yang nampar saya." Ratu membela diri.

 

 

"Kamu Ratu, kamu itu harus kasih contoh yang baik sebagai kakak kelas," omelnya pada Ratu yang sontak menunduk, "dan Kamu Karin, kamu itu masih baru bersekolah di sini, tapi sudah mencari masalah. Mau jadi apa kalian berdua."

 

 

Karin terus menunduk, tidak berusaha mencari pembelaan meski jelas-jelas dirinyalah yang paling terlihat mengenaskan di antara keduanya, rambut dan seragam yang ia kenakan tampak basah kuyup, tulang pipinya memar akibat dibenturkan ke wastafel.

 

 

"Ibu sudah memanggil wali kalian berdua, tetap di sini jangan kemana-mana," ucap Ibu Lusi kemudian melangkah keluar meninggalkan mereka.

 

 

Ratu menurunkan tangannya dari telinga, "bokap gue bentar lagi dateng, dan lo bakalan tamat," berkata seperti itu, Ratu beringsut menjauh saat Karin menolehkan kepala menatapnya. Gadis itu merasa takut dengan sifat asli Karin saat mengamuk, selama ini belum pernah ia mendapat perlawanan dari siswi yang pernah ia bully.

 

 

Karin tidak memikirkan apa-apa selain walinya yang katanya akan datang menemui dirinya, siapa? Tidak mungkin mami kan, dan membayangkan sang papi yang datang menjemputnya membuatnya panas dingin, mati lah dia dipukuli oleh papinya nanti, Karin hanya berharap, semoga yang datang adalah Ibu Marlina.

 

 

"Di mana anak saya." Seorang bapak paruh baya memasuki ruangan dengan tampang galak, Ratu menghambur pada pria itu kemudian menangis tersedu-sedu, mengadukan setiap luka yang ia dapat dari Karin yang membuat pria yang ternyata papanya itu jadi murka.

 

 

"Berani kamu menyentuh putri saya," bentak papa Ratu yang membuat Karin sedikit terlonjak, tapi dia sama sekali tidak merasa taku, dia tidak bersalah, pikirnya.

 

 

"Maaf, Pak, tolong jangan berbuat kasar, di sini keduanya salah." Bu Lusi mencoba jadi penengah.

 

 

"Tidak mungkin anak saya salah, Ratu ini anak yang baik, Bu," belanya, kemudian pergi membawa putrinya keluar ruangan setelah berpesan ingin dikabari saat wali dari Karin sudah datang, dia bilang ingin membuat perhitungan.

 

 

Karin yang masih menunduk berdiri di dalam ruang bk tidak pernah tahu dengan kehebohan di luar. Terparkirnya mobil mewah sembarangan di depan sekolah membuat para murid melongok, mengintip lewat jendela, mereka menjerit histeris, hot daddy, pekiknya.

 

 

Justin dengan penampilan yang masih rapi selepas menghadiri rapat penting melangkah dengan tergesa menuju ruangan tempat Karin berada, mengikuti Ibu Lusi yang dengan kikuk melangkah lebih dulu.

 

 

"Silahkan masuk, Pak."

 

 

Karin mendongak, sedikit terkejut mengetahui bahwa abang angkatnya lah yang datang, pria itu melangkah menghampirinya, sedikit membungkuk ketika gadis remaja di hadapannya itu menunduk menyembunyikan wajahnya.

 

 

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Justin yang sontak membuat Karin menggeleng cepat. Justin menyentuh  pundak Karin, menyuruhnya untuk mendongak. "Ayo kita berobat," ajaknya setelah melihat keadaan gadis itu.

 

 

"Sebentar, Pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak," ucap Bu Lusi, kemudian melangkah keluar dengan tergesa.

 

 

"Maafin Karin. Bang." Karin kembali menunduk.

 

 

Belum sempat Justin menjawab, kedatangan William dengan tas ransel pink di salah satu bahunya masuk tanpa permisi membuat keduanya menoleh. Setelah membuat kehebohan di dalam kelas Karin untuk mencari tas gadis itu, dia kini menghampiri Karin dan mengacak rambutnya. Sahabat abang angkatnya ini memang kadang setidak terduga itu.

 

 

"Sudah jadi jagoan sekarang," ucapnya dengan tawa, yang membuat Karin mencebikkan bibirnya.

 

 

Dari arah luar terdengar seorang bapak tampak marah-marah.

 

 

"Mana wali anak itu, biar dia tahu seberapa pentingnya saya, dan jika waktu saya ini diukur dengan uang, seberapa besar kerugian saya sudah membuang-buang waktu untuk membuat perhitungan denga orang itu."

 

 

Mendengar hal itu Justin menoleh ke arah pintu, dan yang terkejut malah Papa Ratu.

 

 

"Pak Justin? Anda di sini?" Tanyanya bingung, dan lebih terkejut lagi saat melihat atasan bulenya di kantor tengah merangkul gadis yang sejak tadi ia marah-marahi. "Pak William juga?"

 

 

Justin melangkah mendekati papa Ratu yang tampak pucat, "sepertinya adik saya punya masalah dengan putri anda," ucapnya.

 

 

Papa Ratu yang berubah jadi ramah berusaha tertawa, "ah, anak remaja, Pak. Berkelahi biasa, Ratu ayo cepat minta maaf."

 

 

Ratu yang terkejut jadi tidak terima, "Papi kok gitu," rengeknya yang langsung mendapat pelototan dari papinya itu.

 

 

"Anda tentu lebih tahu seberapa pentingnya waktu saya, dan seberapa banyak kerugian yang saya dapatkan dari kehilangan waktu untuk meladeni tuntutan Anda," tutur Justin yang semakin membuat Papa Ratu merasa terpojok, karirnya di ujung tanduk, begitu pikirnya.

 

 

"Maaf, Pak Justin, anggap saja urusan ini bukan apa-apa, hanya kenakalan remaja, saya janji akan lebih mengajari putri saya dalam bersikap."

 

 

"Itu bagus, jika anda bisa lihat keadaan adik saya yang lebih kacau, anda bisa menilai siapa korbannya di sini," ucap Justin yang membuat Papa Ratu sontak mengangguk, "dan saya tahu adik saya, dia tidak akan menyerang putri anda, jika putri anda itu tidak mengganggunya lebih dulu."

 

 

Perdebatan di ruang bk itu diakhiri dengan minta maafnya Ratu yang dipaksa oleh sang papa untuk mengaku bersalah, dan Ratu yang memang bersalah mau tidak mau meminta maaf pada Karin yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

 

 

Justin kembali melangkah cepat di koridor sekolah, di belakangnya, Karin yang berjalan diapit rangkulan William tampak menjadi tontonan.

 

 

"Bang Bule, nggak usah rangkul-rangkul si, Bang. Malu nih." Karin menurunkan tangan William dari pundaknya.

 

 

"Memangnya kamu punya rasa malu juga?" Tanya pria bule itu yang membuat Karin berdecak sebal.

 

 

Setelah mengacak rambut Karin, William kembali merangkulkan tangannya dan menyeret gadis itu hingga masuk ke dalam mobil.

 

 

Karin jadi merasa menyesal sudah menjadi fans nomor satu pria bule yang menyebalkan itu.

 

 

***

 

 

Di rumah, Karin yang disambut dengan kekhawatiran Bu Marlina yang dengan sigap mengompres wajah lebam Karin membuat gadis itu menjadi malu, dia lebih banyak diam.

 

 

"Dulu juga aku sering dibully, tapi bagus kalo kamu mau lawan," ucap Nena, memberikan segelas air putih yang mendapat ucapan terimakasih dari gadis itu.

 

 

"Ah aku ingat, dia dibully karena terlalu cantik," ucap William yang memang dulu satu Sma dengan Nena.

 

 

Justin menoleh, "memangnya ada seperti itu," ucapnya.

 

 

"Tentu saja ada, dan kau tahu siapa yang menjadi pahlawan untuknya?" Goda William yang membuat Justin melirik tidak suka. "Tentu saja aku," lanjutnya dengan menaikan alis tebalnya yang membuat Justin bertambah keki. Setahu Karin hubungan mereka bertiga itu cukup rumit. Dan yang membuat Karin salut, ketiganya tampak saling menyayangi.

 

 

Karin melihat suami mbak Nena  melempar bantal sofa pada pria bule sahabatnya itu,  namun tidak berkata apa-apa, dan hal itu malah membuat William semakin tertawa. Berada di antara mereka terkadang Karin merasa lebih dimanusiakan dari pada dengan ayah kandungnya sendiri.

 

 

"Pahlawan kesiangan, aku udah lemes satu jam ke kunci di kamar mandi dia baru dateng, apa-apaan," olok Nena ikut melempar bantal sofa pada William kemudian bergelayut manja pada sang suami di sebelahnya.

 

 

Karin beranjak berdiri yang membuat semuanya menoleh, Ibu Marlina sudah pergi ke dapur lebih dulu setelah menempelkan plester di kening anak angkatnya yang tampak sedikit luka.

 

 

"Karin ke kamar dulu, maaf buat kekacauan hari ini," ucapnya kemudian beranjak ke kamar setelah mendapat beberapa nasihat kurang penting dari ketiganya.

 

 

Ardi yang sedari tadi mengamati di ruangan terpisah ikut beranjak berdiri, mengetuk pintu kamar Karin kemudian melangkah masuk saat gadis itu mengizinkannya.

 

 

Pemuda itu mengambil handuk yang tersangkut di balik pintu, menggosok rambut Karin yang sudah setengah kering, gadis itu duduk di pinggir ranjang, mendongak menatap pergerakannya.

 

 

"Kenapa rambut lo basah?" Tanya Ardi, menyeret kursi belajar dan duduk berhadapan dengan gadis itu.

 

 

"Dilelepin di wastafel," jawab Karin.

 

 

"Bisa napas?"

 

 

Karin menggeleng, "enggak, Bang. Pas napas airnya masuk ke idung, cobain deh."

 

 

Ardi sedikit tertawa, menyampirkan handuk di tangannya ke pundak gadis di hadapannya itu, "kenapa lo berantem?"

 

 

Karin terdiam, menunduk, "salah Karin ya, Bang, Karin marah pas mami dibilang kriminal, padahal kan emang kenyataannya gitu."

 

 

Ardi menghela napas, menatap gadis yang sedikit bersikap berbeda di hadapannya itu dengan iba, "justru aneh kalo lo nggak marah," ujarnya yang sontak membuat Karin mendongak.

 

 

Beberapa saat kemudian suasana berubah hening, tiba-tiba saja Ardi merasa lebih suka dengan Karin yang berisik. Seperti ini malah membuatnya menjadi canggung, entah kenapa, dia merasa belum mengenal dengan baik gadis di hadapannya itu.

 

 

"Bang Ar."

 

 

"Hn?"

 

 

"Abang udah suka belum sama Karin?"

 

 

Ardi tertegun, kemudian berdehem, "kenapa emang?"

 

 

"Kalo Bang Ar udah suka sama Karin tolong bilang ya, Karin takut nggak sadar, terus sikap Karin malah nyakitin abang."

 

 

Ardi tertawa mendengus. "Kalo ternyata gue sukanya sama orang lain?"

 

 

Kini giliran Karin yang tertegun, menatap pemuda di hadapannya tanpa ekspresi, "ya abang bilang juga, seenggaknya nanti Karin bisa memulai rasa suka Karin sama orang lain juga," ucapnya yang entah kenapa membuat Ardi terdiam.

 

 

Karin tidak akan pernah tahu kapan pemuda di hadapannya itu sudah mulai menyukainya, sebab Ardi sudah terlanjur menolak sadar dengan perasaannya sendiri terhadap gadis remaja itu. Tapi tanpa ia pungkiri hatinya selalu merasa berbeda.

 

 

"Cewek tadi siapa Bang?"

 

 

"Temen."

 

 

Karin mengangguk, "dia suka sama abang tuh."

 

 

"Masa?"

 

 

"He'm, Karin juga suka sama abang, kalo dia punya duit seratus terus dikasih ke abang limapuluh, dan karin yang cuman punya duapuluh ribu cuman bisa ngasih abang segitu, Bang Ar pilih yang mana?"

 

 

Ardi tersenyum. "Ya limapuluh lah, gedean," jawabnya dengan nada bercanda.

 

 

"Tapi asal abang tau ya, dia ngasih gedean tapi cuman setengah, sedangkan Karin ngasih semua duit yang Karin punya."

 

 

Ardi mengacak rambut gadis di hadapannya itu gemas, "jadi kesimpulannya, jangan pernah ngasih semua yang lo punya buat orang lain, sisain buat diri lo sendiri."

 

 

"Bisa gitu ya, Bang."

 

 

Ardi jadi tertawa, gadis remaja di hadapannya ini benar-benar polos sekali, pikirnya.

 

 

"Udah dong Bang, ketawanya."

 

 

"Kenapa?"

 

 

"Mami Karin pernah bilang, kalo kita ingin membuat seseorang jatuh cinta, kita harus bisa membuat dia tertawa,"  ucap Karin dan Ardi jadi merapatkan bibir, "tapi setiap abang ketawa, malah Karin yang jadi suka."

 

 

Ardi kembali tertawa, membuat Karin tahu, pemuda itu memang tidak pernah serius menanggapi setiap  ucapannya, "boleh nggak si, lo gue lelepin lagi, di bak ya sekalian."

 

 

"Mati dong Karinnya."

 

 

**iklan**

 

 

Author: nulis ini gue tiba-tiba denger lagu ungu. 🎵 baiknya ku pergi tinggalkan dirimu sejauh mungkin untuk melupakan 🎵

 

 

Netizen; Jan lagu ungu lah thor gue jadi inget sinetron azab 🎵 Sesungguhnya manusia takkan bisa menikmati surga tanpa ikhlas di hatinya🎵

 

 

Author; nggak nyambung lah goblo 🎵entah apa yang merasukimu hingga kau tega menyakiti aku yang tulus mencintaimu🎵

 

 

Netizen : goyang dua jari thor.

 

 

Author : beda lagu Sukimin.

 

 

Netizen; Kenapa jadi tiktokan si nggak jelas lu thor.

 

 

Author; Bodo amat dah ah.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

هيران زكري عزيزة

هيران زكري عزيزة

hhahahaha senam mulut tour jadinya ngakak mulu

2023-03-04

0

Naviah

Naviah

😭😭😭

2022-12-11

0

neng beth

neng beth

Baru mampir dapet rwkomendasi dari temen...
dan aku sukaaaa donk....
lope lope sekebon...

2022-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 PERKENALAN
2 DUNIA KARIN
3 NGGAK PEKA
4 RIBET
5 SEPIK
6 BERONTAK
7 ACARA
8 TRUTH OR DRINK
9 MELELEH
10 ADA RASA
11 JADIAN
12 MY FIRST LOVE
13 RENCANA
14 MALAM MINGGU
15 JUJUR
16 BOLOS
17 CAST PEMAIN
18 MAHLUK KECIL
19 SEPI
20 PUTUS
21 DUNIA MANTAN
22 MASIH SAYANG
23 PATAH HATI
24 PACAR
25 MALAM MINGGU 2
26 LUKA
27 COBA TEBAK
28 CURHAT
29 MENGHINDAR
30 PERTEMUAN
31 JANJI
32 KENYATAAN
33 KESEPAKATAN
34 LIBURAN
35 LIBURAN 2
36 LIBURAN 3
37 SEANDAINYA
38 CANDU
39 GAME
40 AMAN
41 PERTANYAAN
42 SADAR DIRI
43 INGKAR
44 PILIHAN
45 DUNIA JUSTIN, NENA
46 TERSENYUM
47 MOMEN
48 MOMEN 2 (HARI IBU)
49 MOMEN 3 (KANGEN)
50 TAKUT
51 SAKIT
52 MARAH
53 GRUP WA
54 (MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55 TUGAS DADAKAN
56 MAMI
57 DUNIA IPANG
58 PULANG
59 SALES BAPER
60 AYAH 2
61 PERGI
62 KEHILANGAN
63 PROSES
64 PULANG
65 CANDU 2
66 PERMAINAN
67 KACAU
68 PEMILIK HATI
69 MENGHINDAR
70 CURIGA
71 KEMBALI
72 PESTA
73 CEMBURU
74 DUNIA IPANG 2
75 MAAF
76 TERUNGKAP
77 SUSUN STRATEGI
78 BERKUNJUNG
79 TERNYATA
80 NUNGGUIN YA?
81 TENTANG MAYA
82 OH NINO
83 AGUNG—ALYA
84 TRIK
85 LULUS
86 DERITA MAYA
87 JUJUR
88 DUNIA SI KEMBAR
89 SAH?? SAH!!
90 RENCANA
91 CANDU BARU
92 ADAPTASI
93 DILEMA
94 CINTA MAYA
95 ADAPTASI 2
96 HARAPAN
97 IPANG - LISA
98 CANDU BARU 2
99 NASIHAT
100 SENDIRI
101 TAMU
102 AGUNG-ALYA 2
103 Memulai
104 DUNIA SI KEMBAR 2
105 BERANI
106 CEMBURU
107 TAMU BULANAN
108 UDAH BELUM?
109 MASA LALU
110 PANIK
111 BERITA BAHAGIA
112 DUNIA AGUNG 1
113 DUNIA AGUNG 2
114 KALUT
115 UNGKAPAN
116 DISKUSI
117 PENDAPAT
118 DUNIA AGUNG 3
119 DILEMA
120 KEPUTUSAN
121 PILIHAN 2
122 KELUARGA
123 OBROLAN
124 MANIS
125 UJIAN
126 LIBURAN
127 GAME
128 PANTAI
129 MALAM
130 DUA GARIS
131 STATUS
132 AKHIR BAHAGIA
133 Boncap. NGIDAM
134 Bonchap. Buronan mitoha
135 Bonchap. KELUARGA
136 Bonchap. Makhluk kecil 2
137 Bonus foto
138 Info Giveaway di Instagram
139 Po Kaos
140 Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141 Buronan Mitoha Reborn
142 Bonus chapter Ng
143 Promo novel gratis
144 KAIRAN
145 p r o m o novel gratis
Episodes

Updated 145 Episodes

1
PERKENALAN
2
DUNIA KARIN
3
NGGAK PEKA
4
RIBET
5
SEPIK
6
BERONTAK
7
ACARA
8
TRUTH OR DRINK
9
MELELEH
10
ADA RASA
11
JADIAN
12
MY FIRST LOVE
13
RENCANA
14
MALAM MINGGU
15
JUJUR
16
BOLOS
17
CAST PEMAIN
18
MAHLUK KECIL
19
SEPI
20
PUTUS
21
DUNIA MANTAN
22
MASIH SAYANG
23
PATAH HATI
24
PACAR
25
MALAM MINGGU 2
26
LUKA
27
COBA TEBAK
28
CURHAT
29
MENGHINDAR
30
PERTEMUAN
31
JANJI
32
KENYATAAN
33
KESEPAKATAN
34
LIBURAN
35
LIBURAN 2
36
LIBURAN 3
37
SEANDAINYA
38
CANDU
39
GAME
40
AMAN
41
PERTANYAAN
42
SADAR DIRI
43
INGKAR
44
PILIHAN
45
DUNIA JUSTIN, NENA
46
TERSENYUM
47
MOMEN
48
MOMEN 2 (HARI IBU)
49
MOMEN 3 (KANGEN)
50
TAKUT
51
SAKIT
52
MARAH
53
GRUP WA
54
(MOMEN) MALAM TAHUN BARU
55
TUGAS DADAKAN
56
MAMI
57
DUNIA IPANG
58
PULANG
59
SALES BAPER
60
AYAH 2
61
PERGI
62
KEHILANGAN
63
PROSES
64
PULANG
65
CANDU 2
66
PERMAINAN
67
KACAU
68
PEMILIK HATI
69
MENGHINDAR
70
CURIGA
71
KEMBALI
72
PESTA
73
CEMBURU
74
DUNIA IPANG 2
75
MAAF
76
TERUNGKAP
77
SUSUN STRATEGI
78
BERKUNJUNG
79
TERNYATA
80
NUNGGUIN YA?
81
TENTANG MAYA
82
OH NINO
83
AGUNG—ALYA
84
TRIK
85
LULUS
86
DERITA MAYA
87
JUJUR
88
DUNIA SI KEMBAR
89
SAH?? SAH!!
90
RENCANA
91
CANDU BARU
92
ADAPTASI
93
DILEMA
94
CINTA MAYA
95
ADAPTASI 2
96
HARAPAN
97
IPANG - LISA
98
CANDU BARU 2
99
NASIHAT
100
SENDIRI
101
TAMU
102
AGUNG-ALYA 2
103
Memulai
104
DUNIA SI KEMBAR 2
105
BERANI
106
CEMBURU
107
TAMU BULANAN
108
UDAH BELUM?
109
MASA LALU
110
PANIK
111
BERITA BAHAGIA
112
DUNIA AGUNG 1
113
DUNIA AGUNG 2
114
KALUT
115
UNGKAPAN
116
DISKUSI
117
PENDAPAT
118
DUNIA AGUNG 3
119
DILEMA
120
KEPUTUSAN
121
PILIHAN 2
122
KELUARGA
123
OBROLAN
124
MANIS
125
UJIAN
126
LIBURAN
127
GAME
128
PANTAI
129
MALAM
130
DUA GARIS
131
STATUS
132
AKHIR BAHAGIA
133
Boncap. NGIDAM
134
Bonchap. Buronan mitoha
135
Bonchap. KELUARGA
136
Bonchap. Makhluk kecil 2
137
Bonus foto
138
Info Giveaway di Instagram
139
Po Kaos
140
Novel Satu Atap (Nino Nakula)
141
Buronan Mitoha Reborn
142
Bonus chapter Ng
143
Promo novel gratis
144
KAIRAN
145
p r o m o novel gratis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!