Dalam perjalanan pulang Aretha merasa sangat kesal atas perlakuan yang ia terima tadi, ditambah dengan para selirnya yang terus menggerutu tiada henti membuat kepala terasa ingin pecah.
Begitu sampai di rumah, Aretha langsung duduk dan memijat kepalanya yang pusing. Tapi karena para selir masih tidak berhenti bicara, Aretha memukul meja dengan sangat keras seraya berkata, "Mau sampai kapan kalian bicara? kita sudah sampai di rumah, jadi seduhkan aku teh."
Mendengar perintah Aretha ketiga selirnya ia hanya saling tatap satu sama lain, tidak ada yang bergerak sama sekali.
"Apa yang kalian lakukan? bawakan aku teh!" bentak Aretha.
"Nyo-nyonya itu kan tugasnya pe-pelayan, kenapa ha-harus kami?" tanya Yuda yang gemetar ketakutan.
Brak!
Lagi-lagi Aretha memukul meja seraya berteriak, "Lalu apa gunanya kalian semua? kalian semua adalah pria. Tapi tidak ada yang membelaku saat para kesatria kotor itu berlaku kasar padaku, kalian hanya bisa merengek seperti wanita. Benar-benar tidak berguna, aku akan membuang kalian semua ke rumah bunga dan jadilah pria penghibur di sana."
"Bagaimana bisa anda berkata seperti itu pada kami, nyonya? kami adalah selir anda bukan pengawal anda, jadi kenapa anda malah berteriak seperti itu kepada kami? anda … hiks …." Lucian yang tidak bisa menahan airmata, hingga akhirnya terisak dan bersandar dipundak Yuda.
"Apa yang dikatakan adik itu memang benar Nyonya. Kami tidak bersalah dan anda malah melampiaskan semua amarah anda pada kami, yang membuat anda dihina seperti itu adalah Audrey. Seharusnya anda marah padanya, jika saja dia menurut pada anda maka ini semua tidak akan pernah terjadi," ucap Rion membela kedua selir Aretha.
Aretha yang bodoh akhirnya termakan ucapan Rion, ia mendapatkan ide yang licik untuk membalas dendam pada Audrey. Aretha pergi meninggalkan para selirnya lalu tak berselang lama, ia kembali untuk mengajak para selirnya menuju ke kamarnya.
"Nyonya, apa yang anda lakukan?" tanya Lucian saat melihat Aretha mengeluarkan jarum perak.
"Anda tidak berniat menyerang Audrey kan? jika Audrey terluka maka akan terjadi hal buruk pada kita, terutama dalam kamar Aretha ada seekor suni," cemas Rion.
"Kalian pikir aku ini bodoh? aku punya rencana yang bagus, jadi kalian ikut denganku dan jangan mengatakan apapun," ucap Aretha di setujui oleh para selirnya.
Aretha berjalan pelan-pelan sampai di depan pintu kamar Audrey, lalu ia memasukan jarum yang tadi ia bawa ke dalam bambu yang berukuran kecil.
"Kau siap?" tanya Aretha pada Rion, Rion hanya mengangguk dengan cepat. "Dalam hitungan ketiga bukan pintu."
"Satu, dua, tiga," ucap Aretha, dengan cepat Rion langsung membuka pintu tersebut.
Begitu pintu kamar terbuka dengan keras dari luar, Audrey dan suni itu terkejut hingga sang suni spontan langsung berdiri dengan posisi siap menerjang kearah Aretha dan para selirnya. Namun sayangnya, suni itu terlambat sedetik saja dari Aretha yang telah lebih dulu meniup bambu ditangannya yang berisi jarum perak, sebelumnya jarum itu telah Aretha diolesi dengan obat bius dan saat jarum tersebut menancap dikaki suni jaguar itu, seketika ia merasa pusing dan langsung jatuh tak sadarkan diri lagi.
"Anda sangat hebat nyonya," puji Rion melihat suni itu sudah tidak berdaya tersebut.
"Ka-kalian a-apa ya-yang kalian lakukan? kalian te-telah membuat kesa-kesalahan besar," ucap Audrey terbatah-batah.
Aretha tidak menghiraukan ucapan Audrey, ia berjalan mendekati Audrey lalu menjambak rambut Audrey dan menyeretnya keluar dari kamar menuju kamarnya.
Bugh!
Aretha menghempaskan Audrey begitu saja ke lantai seraya berkata, "Kenapa kau melakukan ini padaku? kau sudah menghina aku dua kali lalu kau telah mengkhianati aku juga, sebelumnya aku sudah menghukum dirimu untuk pengkhianatan mu itu, tapi kali ini aku akan menghukum mu lagi atas penghinaan yang ku dapatkan karena mu."
Audrey yang kesakitan hanya bisa mengangkat kepalanya saja, luka sebelumnya yang masih belum sembuh kini terasa sangat menyakitkan lagi karena perlakuan kasar Aretha. Audrey dibuat kesulitan karenanya bahkan hanya untuk bergerak saja, ia tidak bisa bangkit saat ini apalagi untuk melarikan diri.
"Kenapa kau diam saja? apa yang kau pikirkan? tidak ada yang bisa menyelamatkan dirimu lagi kali ini," ucap Aretha.
"Nyonya jika dia pria itu melihat ada luka baru ditubuhnya, maka kita akan tiada. Tolong jangan sakiti dia demi keselamatan kita semua," pinta Lucian.
"Hahahaha, dia benar. Saya bukan lagi milik anda, maka anda tidak berhak menghukum saya. Penghinaan dan pengkhianatan yang anda terima itu pantas anda dapatkan karena an …."
Plak!
Tamparan keras dari Aretha membuat ucapan Audrey terpotong. Aretha yang terlihat sangat percaya diri itu berkata, "Kau bangga sekali rupanya, jika aku menyakitimu dengan menusukkan jarum ke tubuhmu maka siapa yang bisa tau? tidak akan ada yang tau bahkan jika kau menangis darah."
"Apa lagi yang kalian tunggu?" Aretha menatap ketiga selirnya, "Tusuk bagian mana saja di tubuhnya dengan jarum, maka kita tidak akan kena masalah."
Audrey yang semula ingin mengulur waktu dengan perdebatan malah mendapatkan akhir yang buruk, ia tidak bisa melakukan apa pun selain menangis menahan rasa sakit yang memenuhi sekujur tubuhnya.
*****
Saat hari telah petang Isabella datang menjemput Audrey, saat itu keadaan Audrey tak sadarkan diri sampai Isabella harus menggendongnya. Bahkan suni jaguar sendiri keadaannya tidak terlihat bagus, ia menghindari tatapan Isabella jika mata mereka bertemu. Isabella tau ada yang tidak beres diantara mereka, dan itu sangat jelas terlihat dari senyum Aretha serta keadaan Audrey dan suninya.
"Apa yang terjadi sesuatu saat aku pergi?" tanya Isabella pada suni tersebut saat mereka telah berada jauh dari kediaman Aretha. Suni itu terlihat tidak ada tanda-tanda mengangguk atau menggeleng-geleng.
Karena tidak tau harus berbuat apa Isabella membawa suni tersebut ke kediaman March untuk diperiksa ingatannya, March tidak bertanya apapun tentang Audrey yang digendong oleh Isabella atau pun alasan Isabella ingin tahu ingatan dari suni tersebut.
"Suni ini dibius oleh wanita yang datang mengacau tadi siang di depan guild, setelah itu tidak ada ingatan apapun selama 3 jam kedepan," ucap March setelah ia memeriksa ingatan suni tersebut.
"Bagaimana dengan ingatan pria ini?" tanya Isabella menatap Audrey yang tidak sadarkan diri.
"Akan susah melihat ingatan orang yang sedang tidak sadarkan diri," jawab March.
Isabella tidak mengatakan apapun selain berterima kasih, lalu ia pergi ke penginapan terdekat mengingat keadaanya saat ini yang masih tidak memungkinkan untuk kembali ke rumah.
"Jika Aretha berani mengabaikan peringatanku, maka aku tidak akan memaafkannya jika itu benar terjadi. Tunggu sampai Audrey sadar maka aku akan mengetahuinya segalanya," batin Isabella mengepal erat kedua tangannya.
Suni yang melihat raut wajah Isabella penuh amarah mulai merasa tidak nyaman, ia telah gagal menjaga Audrey bahkan ia tidak tau apa yang terjadi pada Audrey saat ia pingsan. Bahkan saat ia sadar, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ia tidak tau apa terjadi. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Audrey saat itu, maka ia berniat akan membuat Aretha menyesal seumur hidup.
*****
Bersambung ....
Silakan tinggalkan jejak dan dukung author selalu karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Oi Min
lanangan e do koyo jelly kakean banyu
2023-04-28
0
R@3f@d lov3😘
hajar Aretha 😤😤karena melukai Suni dan Audrey
2022-12-01
1
AbC Home
next like
2022-11-12
1