Isabella merasa sangat beruntung dengan sisa uang yang ada, ia bisa membeli sebuah cincin yang dilengkapi dengan kekuatan magis. Awalnya ia sama sekali tidak ingat jika didalam novel ini masih banyak orang yang menggunakan sihir, salah satunya sihir penyamaran.
Dengan begitu Isabella tidak perlu bersusah payah membuat penyamaran sedetail mungkin, karena dengan cincin ini ia hanya perlu membayangkan penyamaran seperti apa yang di inginkannya dan itu akan langsung terwujud. Tapi sayangnya, dalam satu cincin setiap orang hanya bisa menyamar dalam satu penyamaran saja.
Setelah semua penyamaran selesai, Isabella langsung bergegas kembali ke Guild kelinci itu. Seingatnya jika ingin menjadi kesatria bayaran, semua orang harus mendaftar sebagai kesatria bayaran terlebih dahulu, entah itu berlaku dalam novel ini atau tidak.
"Permisi, apa aku bisa mengambil satu misi di sini?" tanya Isabella pada pria yang duduk dimeja penerima tamu.
"Tunjukan kartu identitasmu dulu," jawab pria itu dengan ketusnya.
"Aku belum punya kartu."
"Yang benar saja, kesatria bayaran mana yang tidak punya kartu, huh?"
"Hei, nak. Jika ku lihat dari tinggi badanmu, kau ini pasti belum dewasa. Alangkah baiknya kau pergi dari sini dan carilah pekerjaan lain, pekerjaan ini terlalu berbahaya untukmu," ejek seorang pria yang baru saja datang. Ia terlihat cukup hebat dari postur tubuh dan juga bros emas berbentuk bintang dibajunya.
Bros emas berbentuk bintang itu menandakan tingkatannya, tentara bayaran memiliki banyak tingkatan mulai dari, besi, tembaga, perak, emas, permata, ruby sampai tingkatan berlian. Bros tingkat berlian umumnya hanya dimiliki oleh para kesatria bayaran elit. Itu lah yang pernah dijelaskan dalam novel.
"Filton, katakan kau ingin mengambil misi yang mana?" tanya pria itu beralih pada Filton. Yang menarik perhatian Isabella adalah sikap ketusnya yang tidak berubah, sikapnya itu bisa membuktikan jika dia bukanlah seorang penjilat yang membeda-bedakan status orang lain.
"Kau masih saja tidak berubah, March. Kalau begitu tolong berikan aku misi yang sedikit lebih tinggi, aku berniat naik tingkat lagi," jawab pria itu.
Pria bernama March itu dengan cepat mengambil selembar kertas lalu diberikan pada Filton, Filton membaca kertas itu selama beberapa saat lalu beranjak pergi.
"Jika aku ingin memiliki kartu identitas, aku harus melakukan apa?" tanya Isabella lagi pada March.
"Tentu saja berburu. Tapi bagaimana kau bisa berburu, jika belati saja kau tidak punya," jawab March.
Isabella baru sadar karena terlalu sibuk memikirkan penyamaran, ia sampai lupa membeli pisau atau belati. Tapi ia bingung harus bagaimana karena sekarang Isabella sudah tidak punya uang lagi, jika saat ini tidak menghasilkan uang maka ia sendiri tidak bisa makan nanti malam.
"Jangan bingung begitu." March mengeluarkan sebuah pisau dapur dari lacinya dan memberikan pisau itu pada Isabella, "Kau boleh bawa pisau itu dan kembalikan sebelum jam makan malam, karena istriku harus menggunakan pisau itu untuk memotong daging."
Isabella tidak menyangka jika pria bernama March itu akan sebaik ini padanya. Walau pun begitu, berburu dengan pisau dapur sebenarnya agak mengherankan. Tapi menggunakan pisau dapur jauh lebih bagus, dari pada tidak membawa apa-apa.
*****
Isabella sudah berjalan hampir 2 jam. Tapi, tidak menemukan tanda-tanda monster disekitar hutan ini. Dari alur novel yang pernah ia baca, warga desa ini sering diganggu oleh monster serigala merah yang besarnya 2 kali lipat dari serigala biasa.
"Kya ...." Suara teriakan seorang wanita terdengar jelas tidak jauh dari tempatnya berdiri, tanpa berfikir panjang ia pun langsung bergegas mencari lokasi teriakan itu.
Sesampainya di sana ia melihat ada 3 goblin yang sedang menggoyang pohon, sementara di atas pohon itu ada seorang gadis berusia kisaran 8 tahun. Di novel aslinya jarang sekali ada goblin yang berkeliaran seperti ini, dan sekarang mereka bukan hanya berkeliaran saja. Padahal Isabella sangat membenci goblin karena wajah mereka itu sangat jelek.
Namun, Isabella cukup beruntung saat ini, karena ia hanya bertemu dengan goblin yang tidak cerdas. Jika mereka adalah goblin yang cerdas, maka seharusnya jika ingin berburu setidaknya mereka membawa peralatan berburu.
Karena telah tenggelam dalam pikirkannya sendiri Isabella sampai tidak sempat memperhatikan gadis itu, guncangan yang semakin kencang berhasil membuat pegangan gadis itu lepas. Saat gadis itu terjatuh, Isabella dengan cepat berlari mendekat dan hap! ia berhasil menangkapnya. Setelah itu Isabella menurunkan gadis kecil itu di tempat yang tidak jauh dari para goblin.
"Larilah ke desa," perintah Isabella pada gadis itu, gadis itu mengangguk dan langsung berlari menjauh.
Lalu Isabella mengayunkan pisau yang ada ditanganbya dengan cepat ke arah para goblin yang bodoh itu, dan siapa sangka pisau dapur itu sangat tajam, dalam sekali tebas saja kepala goblin itu langsung terlepas dari badannya. Bau darahnya sedikit tidak sedap, dan ini membuat Isabella mendadak mual. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus bertahan sampai semua goblin ini mati.
Membunuh 3 goblin bodoh itu tidak membutuhkan waktu lama, karena saking bodohnya mereka sama sekali tidak menghindar dari serangan Isabella. Setelah semuanya selesai Isabella yang mata duitan itu kembali berfikir, akan berapa banyak uang yang akan ia dapatkan dengan 3 goblin bodoh ini.
*****
"Apa? kau meminjamkan pisau seharga 5.000 koin emas itu pada seorang kesatria bayaran amatir, apa kau gila? bagaimana jika dia menjual pisau itu setelah tau dia nilai jualnya, huh?" kesal Martini kepada suaminya, March.
"Aku tidak pernah salah dalam menilai orang, jelas sekali jika pria itu adalah anak yang baik. Percayalah padaku." March berusaha menyakinkan sang istri.
"Hmph!" Martini yang kecewa, langsung mengalihkan pandangannya dari March.
Tak terasa hari sudah petang dan Isabella yang menyamar masih belum menampakan diri, March mulai diselimuti perasaan gelisah karena sang istri sudah sejak tadi mengabaikannya. Jauh didalam hatinya, March mulai meragukan Isabella. Tapi, tatapan mata Isabella tadi membuat March tidak bisa untuk tidak percaya padanya.
"Aku kembali," ucap Isabella yang baru saja kembali dengan nafas yang tidak teratur, jelas sekali ia terlihat sangat kelelahan.
"Terima kasih atas pisaunya, saya sudah membersihkannya di sungai sebelum kembali," lanjut Isabella seraya meletakan pisau Martini di atas meja.
Baru saja pisau itu diletakan, Martini dengan cepat mengambil pisau tersebut dan memeriksanya dengan seksama, "Kenapa pisaunya sebau ini?"
"Aku menggunakannya untuk berburu," jawab Isabella salah tingkah.
"Memangnya apa yang ka …."
"Itu dia!" teriak seorang pria lain menunjuk Isabella. "Dia adalah orang yang mencuri buruanku."
Perhatian semua orang yang ada di guild itu tertuju pada Isabella, kecuali March, ia menatap tajam kearah pria yang menuduh Isabella tersebut.
"Apa maksud dari perkataanmu itu? jelas-jelas aku tidak mencuri buruanmu bahkan aku tidak mengenalmu," balas Isabella.
"Penjahat mana yang mau mengakui kejahatannya. Jelas sekali jika aku yang menebas para goblin itu dengan pedangku sendiri, lalu sementara aku tertidur karena kelelahan, kau dengan cepat langsung mengambil buruanku sebelum aku terbangun," sanggah pria itu.
"Bagaimana kau bisa tau aku yang mengambilnya sementara kau tertidur?"
"Bawa dia kemari," perintah pria itu pada bawahannya, tak lama bawahannya kembali bersama seorang gadis. Isabella mengenal wajah gadis itu dengan baik, karena gadis itu adalah gadis yang ia selamatkan dari para goblin.
"Dia adalah saksinya," jawab pria itu merangkul gadis tersebut. Gadis itu terlihat ketakutan, ia seperti diancam untuk memberikan kesaksian palsu.
"Benar saja, pria itu bahkan tidak memiliki peralatan berburu sama sekali."
"Ia terlihat seperti bukan kesatria bayaran, rasanya sulit dipercaya dia adalah kesatria bayaran bahkan bros tingkat rendah saja dia tidak punya, lalu bagaimana dia bisa membunuh goblin?"
"Pria itu terlihat miskin, dia pasti benar-benar mencuri."
Semua tentara bayaran di sekitar mereka mulai menjelek-jelekan Isabella, sementara Isabella yang bahkan tidak bisa membuktikan jika goblin itu benar-benar diburu olehnya mulai dilanda merasa cemas.
****
Bersambung ...
Silahkan tinggalkan jejak, dan selalu dukung author karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Lia Prilia
msh agak bingung, kok Isabela dipanggil pria itu apa kyk laki2
2024-11-18
0
R@3f@d lov3😘
aq sukaaaaaaaa 😘😘 kak
2022-12-01
2
AbC Home
like
2022-11-12
1