Sesaat kemudian Audrey tersadar kembali, ia tidak bisa terpesona pada rumah Isabella karena tujuannya adalah menggoda dan membawa Isabella ke atas ranjang.
"A-anu … apa anda punya secangkir teh? saya sangat kedinginan," ucap Audrey dengan nada centil.
"Aku sampai lupa tentang itu, tunggu sebentar." Bukannya mendekat Isabella malah berlalu pergi ke lantai atas.
Tak lama kemudian ia kembali, nampak Isabella membawa setelan pakaian di tangannya. Audrey tidak mengerti pakaian untuk apa itu karena ia harus fokus pada tujuannya.
"Silahkan kenakan ini," ucap Isabella sembari memberikan pakaian itu pada Audrey, "Buatlah dirimu tetap hangat agar tidak masuk angin."
"Te-terima kasih," balasnya sedikit gugup.
Audrey pun berbalik membelakangi Isabella lalu ia melepaskan jubah yang di kenakannya, sehingga terlihat jelas pakaian Audrey yang transparan dan sexy. Dia yakin pasti Isabella telah terpesona dengan kulit putih, dan lekuk tubuhnya yang indah. Audrey tau sikap Isabella yang mungkin saat ini sedang melototi tubuhnya dari belakang.
Tapi ini saja tidak cukup, Audrey menutup mata lalu menoleh sedikit dengan wajah tersipu malu. Jika sudah begini maka Isabella pasti akan langsung panas, begitu Audrey mendekat sedikit saja mereka akan langsung ketahap selanjutnya. Pikir Audrey.
Karena tidak ada tanda-tanda Isabella akan memeluknya, Audrey pun membuka mata dan apa yang ia lihat? ia melihat Isabella bahkan tidak meliriknya sedikit saja, ia malah sangat fokus memotong rempah-rempah. Entah sejak kapan ia berjalan ke sana, tapi Audrey tidak peduli. Saat ini ia sangat kesal karena seharusnya respon Isabella tidak begini padanya, jika kali ini gagal maka Audrey takut ia akan hidup menderita lagi.
"Nyo-nyonya," Aretha berjalan menghampiri Isabella lalu berdiri didepannya dengan pose menggoda "Anda sedang memasak apa?"
Isabella terkejut melihat Audrey, Audrey menduga jika Isabella telah termakan dogaannya. Dengan jarak sedekat ini Isabella tidak mungkin tidak akan tergoda. Keyakinan Audrey semakin besar saat Isabella melepaskan pisaunya dan mendekat kearah Audrey.
Namun, bukannya menyentuh Audrey Isabella malah menutup pundak Audrey dengan jubahnya, tanpa sadar jantung Audrey berdegup kencang. Spontan ia menatap mata Isabella dan dari mata itu, ia bisa melihat tidak ada ketertarikan dari Isabella akan dirinya, padahal ia sudah memakai pakaian se-sexy ini.
"Malam sangat dingin, pakailah pakaian yang aku berikan tadi. Setelah itu kita akan makan malam bersama, kau pasti lapar habis perjalanan jauh." Isabella tersenyum manis dan meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Ada sedikit perasaan hangat didalan hatinya saat mendengar ucapan Isabella. Biasanya bersama dengan Aretha, Audrey selalu memakai pakaian sexy, tak perduli cuaca dingin sekali pun ia tetap memakainya karena itu perintah.
Keinginan Audrey untuk menggoda Isabella kini hilang tak bersisa, bahkan jika ia menggodanya sampai 1000 kali pun hanya akan sia-sia. Tatapan itu adalah tatapan yang pertama kali ia lihat dalam hidupnya, itu murni dan menghangatkan.
Setelah itu mereka makan malam bersama. Sejenak Audrey ingin melupakan kebenciannya akan Isabella. Isabella adalah wanita yang sangat berbeda dengan yang ia lihat dulu, Isabella bicara banyak hal agar Audrey nyaman saat bersamanya.
Masakannya juga sangat enak, Audrey telah lupa entah sudah berapa lama ia makan sesuatu yang enak dengan suasana yang penuh warna seperti saat ini.
Saat waktu tidur tiba, Isabella tak lupa menyalakan perapian agar Audrey tidak kedinginan. Lalu setelah ia keluar dari kamar Audrey, wajah Aretha yang kesal terlintas dikepala Audrey. Saat ini itu tidak jadi masalah baginya, karena ia idak ingin menyakiti hati nuraninya dengan menjebak orang sebaik Isabella. Ia tidak pantas mendapatkan perlakuan yang tidak adil, bahkan jika Audrey harus menjadi budak lagi itu tidak masalah selama ia tidak menyakiti hati Isabella.
*****
Keesokan harinya Isabella keluar dari rumah saat hari masih gelap, tak lupa ia melakukan penyamaran. Jika saja nanti ia pergi setelah matahari terbit, sudah pasti ia akan terjebak dalam rencana busuk Aretha.
Ia sengaja berpura-pura tidak mengenal Audrey karena ia tau apa rencana Aretha membuat selirnya datang malam hari, hampir saja Isabella termakan godaan pria cantik itu semalam.
"Selamat pagi, tuan." Isabella menyapa March yang terlihat masih sedikit mengantuk.
"Kenapa kau aktif sekali hingga datang sepagi ini? padahal aku mau tidur sejenak sebelum hari terang," ketus March, dia masih sama seperti kemarin.
"Aku ingin mengambil kartu identitasku dan misi baru," balas Isabella.
"Haommmm, tunggu sebentar." March menguap lalu berdiri dari tempatnya dan masuk ke dalam, tak lama kemudain ia kembali lalu menyerahkan kartu identitas Isabella.
"Misi yang tingkat berapa kau mau?" tanya March seraya duduk kembali pada tempatnya.
"Apa bisa memilih sendiri? jika aku ambil misi tingkat tinggi bisa?"
"Tentu saja bisa, yang akan mati 'kan kau bukan aku jadi terserah padamu."
Jawabannya parah sekali, aku memang butuh uang yang banyak. Tapi jika misinya mengancam nyawa, itu tidak akan bagus.
"Berikan saja aku misi sesuai tingkatanku," pinta Isabella terpaksa.
March mengangguk lalu memberikan selembar kertas padanya. Saat Isabella membaca isi kertas itu, nyawanya seakan melayang. karena bayaran dari permintaan ini hanya 200 koin emas saja.
"Apa bayarannya tidak bisa lebih sedikit?" tanya Isabella.
March menatapnya dengan tatapan tajam lalu menjawab, "Tentu saja bisa, lebihkan dengan uangmu sendiri saja. Kau dapat banyak uang kemarin, 'kan?"
"Mana bisa begitu, aku ingin tukar misi. Aku ingin misi dengan bayaran setidaknya 1000 koin emas," keluhnya.
"Jangan serakah. Kau mungkin perlu banyak uang saat ini, hanya karena ingin dapat bayaran banyak tidak akan menjamin nyawamu aman."
"Katanya tadi terserah padaku, yang mati 'kan aku bukan tuan."
"Kau ini benar-benar menyebalkan, jika kau bisa menyelesaikan misi yang aku berikan sebelum hari terang, aku akan memberimu misi tingkat berlian," teriak March.
"Dasar! menganggu bisnisku saja," lanjutnya.
"Baiklah aku tidak akan mengeluh lagi. Tapi tuan, bisakah aku meminjam pisau yang kemarin?"
March menjawab dengan cepat, "Itu milik istriku, tidak bisa."
"Aku hanya akan meminjamnya sekali ini saja, ku mohon," pinta Isabella. Namun March malah acuh tak acuh, Isabella tidak tau harus bagaimana lagi, untuk membeli senjata baru diwaktu sepagi ini mana mungkin bisa. Selain guild, tidak ada kedai yang buka di waktu sepagi ini.
Isabella tidak punya pilihan lain selain berakting, ia pernah melihat adegan ini di drama dan 100% persen berhasil.
Isabella membuat airmata palsu untuk menarik simpati March, lalu ia duduk tersimpuh dilantai. Sambil menatap langit ia berkata, "Oh ayahku di surga, hari ini aku sangat sedih. Kenapa kau tinggalkan aku seorang diri ditempat yang asing ini? tidak ada perduli pada anak miskin sepertiku, tidak ada tempat untukku bersandar di sini. "
"Ayah aku sangat merindukanmu. Dari pada tersiksa di sini lebih baik mati saja, dengan begitu aku bisa bertemu denganmu lagi. Selamat tinggal dunia," lanjutnya seraya berdiri dan berlari hendak membentukan kepalanya ke tembok. Namun March dengan cepat menarik Isabella menjauh, wajahnya terlihat kesal. Isabella menjadi takut, March bisa saja memukulnya karena ia telah mempermainkan maut
****
Bersambung ....
Silahkan tinggalkan jejak dan dukung author selalu karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Siti Masithoh
sungguh terhura😂😂😂
2022-12-17
1
R@3f@d lov3😘
🤣🤣akting yang memuaskan dan lucu😁😁
2022-12-01
2
AbC Home
😁😆😅😂🤣
2022-11-12
2