Martini semakin tidak tahan lagi dengan ucapan pria itu terhadap Isabella.
"Coba buktikan jika buruan itu memang milikmu, apa kau bisa?" tantang Martini pada pria itu.
"Bukannya sudah jelas terlihat dari peralatan dan pakaianku, hah? aku jauh lebih baik dari kesatria bayaran yang amatir itu," balasnya menatap Isabella dengan tatapan merendah, "Lihatlah, dia pergi berburu hanya memakai pisau dapur karatan saja, mana bisa dibandingkan denganku yang memakai peralatan lengkap serta mahal. Apalagi aku punya saksi bersamaku," jawab pria itu dengan sombongnya.
"Pisau karatan katamu? coba berikan pedangmu yang mahal itu padaku, aku bisa mengetahui siapa yang berbohong dan siapa yang tidak," kesal Martini. Ia tidak terima jika pisau peninggalan ayahnya dihina begitu saja.
Pria itu dengan angkuhnya memberikan pedangnya pada Martini seraya berkata, "Periksa dengan baik agar kau puas,"
Martini mengambil pedang itu. Ia mencium pedang itu, dan mencium pisaunya sendiri secara bergantian.
"Apa yang coba kau buktikan dengan hidungmu itu? saksi ku ada di sini dan semua orang sudah tau siapa yang berbohong hanya dengan melihatnya," ucap pria itu yang tidak berhenti mengoceh.
"Apa kau sempat ke sungai tadi?" tanya Isabella. Ia seperti sudah tau apa yang coba Martini jadikan sebagai bukti.
"Untuk apa aku pergi sungai? setelah bangun aku cemas dengan buruanku yang hilang, lalu gadis ini datang dan mengatakan semuanya padaku," jawabnya.
"Benarkah? lalu jika memang benar goblin itu buruanmu yang dicuri olehku, kenapa tidak ada noda darah di pedangmu?" desak Isabella.
"Benar. Bau darah goblin itu sangat menyengat bahkan tidak akan hilang walau di cuci, perlu ramuan khusus untuk menghilangkan baunya. Lalu kenapa pedangmu tidak berbau sama sekali? bahkan baunya lebih menyengat dalam pisau milikku yang dipinjam oleh pria amatir ini," timpal Martini.
"Kau … aku ini adalah anak penguasa kota, kau berani menuduhku yang tidak-tidak? jika aku bilang itu buruan ku maka itu milikku, atas dasar apa anak miskin sepertinya dengan pisau jelek itu bisa memburu 3 goblin sekaligus. Aku adalah tentara bayaran tingkat perak, aku jauh lebih layak memiliki goblin itu dari pada dirinya," sergah pria itu.
Bugh!
March mengayunkan tinjunya ke wajah pria tersebut, "Sudah mencuri, menuduh, dan menghina orang sembarangan. Tapi kau masih saja sombong, apa kau pikir guild milikku ini adalah tempat di mana kau bisa menggunakan statusmu untuk menindas orang lain, hah?"
"Ka-kau … apa kau tau akibat dari menyinggungku? aku akan membuat desa ini berhenti menerima bantuan dari penguasa kota," ancamnya.
"Lalu bagaimana ceritanya jika aku mengatakan pada kaisar untuk mencabut gelar bangsawan ayahmu."
"Hahahaha, memangnya kau siapanya kaisar? dasar sok hebat!"
March dan Martini saling tatap lalu mereka mengeluarkan lencana emas dengan simbol kelinci, melihat lencana itu semua orang terkejut. Lencana itu adalah sepasang lencana milik Komandan serta Wakil komandan pasukan kesatria bayaran kelinci.
Isabella terkejut karena ia tidak mengenali pasangan yang sering disebutkan dalam novel. Awalnya mereka adalah kesatria biasa, lalu karena mereka banyak menuai prestasi atas jasa mereka dalam perang dan dalam membunuh monster.
Kaisar pun akhirnya mengakui keberadaan mereka yang telah mendirikan guild kelinci, dengan jumlah anggota guild yang tidak sedikit. Kaisar membentuk mereka menjadi satu pasukan yakni pasukan kelinci sesuai nama guild mereka guild kelinci. Walau pun bukan pasukan kesatria kekaisaran, mereka tetaplah pasukan yang dihormati oleh kaisar.
Tatapan orang yang merendahkan Isabella berpindah pada pria itu, pria itu kehilangan muka didepan umum. Ia yang tidak tahan atas tekanan semua orang, dengan cepat meninggalkan guild kelinci bersama para bawahannya.
Awalnya Isabella ingin membuat perhitungan dengan pria itu. Tapi baguslah karena Martini dan March berada dipihaknya, mereka tidak ikut menyalahkan Isabella hanya karena perbedaan status diantara mereka.
"Maaf telah membuatmu mengalami hal buruk di guild kami, dan juga kau sangat hebat bisa membunuh 3 goblin sekaligus," ucap Martini diantara rasa bersalah dan kagum.
"Ini bukan salah nyonya, pria itu yang salah jadi nyonya tidak perlu meminta maaf. Lagipula nyonya dan tuan membelaku, aku sangat berterima kasih," balas Isabella.
March mendekati Isbaella lalu memasang sesuatu di bajunya. Saat ia melihat apa yang March pasang, ternyata yang di pasang oleh March adalah bros tembaga berbentuk bintang. Jujur Isabella sangat terkejut, karena mendapat bros ini bukanlah hal yang mudah, butuh waktu lama bagi seorang kesatria bayaran untuk mendapatkannya.
"Aku akan membuat kartu identitasmu besok, jadi bisa katakan siapa namamu nak?" tanya March.
Mendengar pertanyaan March, Isabella terdiam. Hampir saja ia menjawab namanya Isabella sementara penyamarannya adalah seorang pria. Isabella berfikir keras mencari nama apa yang cocok untuknya, dan terlintaslah nama pimpinannya. Ia tidak punya pilihan lain selain menggunakan nama itu.
Isabella menghela nafas pelan lalu menjawab, "Allred, nama ku Allred."
"Kau bisa datang mengambil kartumu besok dan …" March memberikan kantung berisi kepingan yang Isabella tidak tau apa itu.
"Hasil dari buruanmu, 3000 koin emas," lanjutnya.
Isabella melongo mendengar nominal uang yang ia dapatkan. Dalam hidupnya kali ini Isabella tidak percaya akan mendapatkan uang sebanyak ini, jika setiap hari dapat begini maka ia bisa kaya pikirnya. Isabella mata uditan memang sangat mencintai uang.
"Te-terima kasih. saya pergi dulu." Isabella menerima uang itu dan pergi dengan perasaan senang.
Belum juga sampai di rumahnya, ia sudah memikirkan berbagai jenis makanan yang enak-enak, dan terlintas dipikirannya tentang sebuah perayaan jadi ia memutuskan malam ini ia harus makan daging untuk merayakan hari pertama bekerja.
Sesampainya di rumah Isabella langsung menyimpan uang itu dan melepas cincin magisnya, ia harus mandi terlebih dahulu sebelum keluar membeli makan malam.
Malam ini adalah malam terbaik pertama Isabella di dunia ini, ia membeli banyak masakan dari daging serta bir untuk berpesta. Tapi walau pun demikian, ia tidak lupa menyisihkan uang tabungan untuk rencana yang telah ia susun dengan sangat rapi.
"Dari mana kau malam-malam begini? apa pergi mencari pria yang bisa menghangatkan ranjangmu untuk tidur nanti?" tanya Aretha yang secara kebetulan berpapasan dengannya.
Isabella memasang ekspresi datar saat melihat Aretha, ia tidak bisa percaya jika wanita yang baru saja ia tadi pagi kini datang lagi. Memang semua tokoh antagonis selalu merepotkan.
"Tunggu sebentar!" Aretha malah mencekal tangan Isabella, saat Isabella ingin berlalu pergi.
"Apa masalahmu denganku? huh! siang kau ada, malam kau tetap ada. Sebenarnya kapan kau akan menghilang? aku hanya ingin melalui malam dengan tenang dan damai, paham?" kesal Isabella.
"Tutup mulutmu dasar wanita miskin," ucap Aretha seraya melepas tangan Isabella dengan kasar. "Kau pasti sengaja bertingkah begini karena kau habis melecehkan pria tampan lagi, katakan padaku siapa lagi yang kau ganggu malam ini."
Isabella sekarang benar-benar kesal. Memang benar Isabella yang asli sikap seperti itu, tapi Isabella yang sekarang berdiri didepannya bukanlah Isabella yang itu. Ingin sekali Isabella mengatakan hal itu pada Aretha.
"Apa yang kau bawa dalam kantung besar itu? itu pasti pakaian dalam pria yang kau curi, iya 'kan?" tanya Aretha yang sengaja meninggikan suaranya agar terdengar oleh orang-orang di sekitar mereka.
Tatapan semua orang membuat Isabella cukup tertekan, reputasi Isabella yang asli sangat jelek dan ucapan wanita ini pasti langsung dibenarkan oleh semua orang yang ada di sini. Isabella merasa sangat tidak beruntung, sekali pun isinya bukan yang ia tuduhkan. Namun ini tetap bukan pertanda baik, tokoh antagonis memang sangat merepotkan. Ia sangat benci semua tokoh antagonis.
*****
Bersambung.
Silahkan tinggalkan jejak dan dukung selalu author karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
R@3f@d lov3😘
hmm..dasar licik🤨🤨km Aretha
2022-12-01
1