Malu Tapi Mau

Malu Tapi Mau

MTM #3 Latihan Akting

" iya iya !" Cetus Kiki jengkel

Di sudut ruangan ada seperangkat alat komputer bersama laptop lengkap berjajar, dia begitu tertuju dengan layar yang sejak tadi menyala. Kiki memberanikan diri memajukan langkahnya sedikit demi sedikit.

Semoga besok aku masih bisa hidup !

Gumam Rizky Alatas dalam hatinya. Kakinya melangkah ke depan, menoleh lagi kebelakang karena kurang yakin. Elli dan Gara menyemangati pelan Kiki, kembali lagi menoleh ke depan dan berjalan. Sudah hampir sangat dekat.

"Agh !" Teriak Fikran secara mendadak. Membuat langkah Kiki kembali dari awal, tadi sempat berlari terbirit-birit karena kaget.

Mampus Gila ! Jantung hampir lepas !. Elli

Buset. Tu Dokter Abu-abu kagetin orang ! Keberadaan tipis, sekali bersuara bikin merinding ! Gara

Selamat nyawa ku ! Kiki

Kiki belum berani melangkah, mereka bertiga yang kaget secara bersamaan. Merasa nyawa yang hampir hilang dalam sekejap. Sejak tadi Fikran tidak menimbulkan gerak atau sapaan saat mereka bertiga di bawa ke ruangan. Diam, saat giliran memperkenalkan diri suaranya pelan tatapan datar, seperti nyawa tersisa satu persen.

" Padahal sesama Dokter dan bernyawa, kenapa kita ketakutan begini?" Tanya Gara mengelus pelan dadanya

" Sudah sana Ki,tadi tanggung !" Sambung Elli

" Iya tanggung, tanggung mau copot jantung ku !" Balas Kiki berwajah takut. Masih terbujur kaku menopang kepala nya di atas meja bundar.

Elli dan Gara sudah tidak memikirkan ketakutan Kiki yang menjadi, tolehan di arahkan pada mereka bertiga. Senyum seram di persembahkan untuk mereka ditambah lagi aura keluar dari belakang berwarna gelap menyeramkan.

Tidak ingin membalas tatapan, kini mereka tengah berunding di meja bundar. " lihat tidak, masa manusia punya senyum menakutkan begitu ?!" Cetus Kiki

" Hush ! Jangan gitu. Kalau dia tahu, kita gak bakal bernafas !" Sahut Elli dengan nada cemas.

" Aku tidak yakin dengan ucapan Bu Caca tadi. Ayolah Ki, bentar lagi waktu pulang " merayu Kiki untuk menanyakan perihal pasien yang hendak mereka kunjungi

Cukup lama Kiki mengumpulkan keberanian hanya menyapa Fikran. Fikran Mathin nama lengkapnya, Fikran adalah dokter umum. Sebagai Dokter, dia senang berada di sudut ruangan. Namun kemampuannya tidak bisa di remehkan. Keberadaan jiwa yang tipis, kadang terlihat kadang tidak di sadari orang sekitar nya. ( Kasihan ! )

Sebuah Nama yang masih menjadi misteri, isu yang mengatakan kalau sosoknya kerap berbicara sendiri di tempat sepi bahkan di beberapa tempat yang tak lazim, toilet bahkan kamar mayat rumah sakit.

( Padahal ini bukan cerita horor , ini hanya kisah sehari-hari ).

Jam berdetik terus hingga jarum menunjuk kan  pukul 2 siang. Kiki dan Gara masih terus berusaha mencari cara menyapa Fikran yang diam menatap laptop entah lagi apa, tidak terlihat lagi bermain game sih. Sedangkan Elli tidak ingin mengambil pusing, dia keluar sebentar untuk melepas rasa takutnya lalu memberanikan diri menghadap Dokter Fikran nanti. Saat keberanian itu sudah terkumpul dan makin menggunung.

Elli duduk di kursi tunggu lantai bawah, suasananya tidak juga sepi. Ada saja keluarga pasien datang menjenguk atau pulang. Elli mengambil handphone di saku nya dan menekan tombol handphone untuk menelepon sang Kakak.

" Kenapa dek?" Jawab sang Kakak yang jauh

" Kak. Bagaimana cara nya menghadapi orang sangat-sangat pendiam, wajah datar tapi menyeramkan?"

" Memang nya kenapa? "

" kakak jawab aja cepet !"

" Kamu ih, kakak lagi Nemani Behzad berenang. Cari di internet aja dulu "

" Elli nanya kak ! Kan kakak biasa baca manga yang selalu muncul dengan karakter begitu?" Elli berusaha meminta petunjuk dari Kakaknya yang menurut dirinya berpengalaman.

" Iya tapi Kakak sibuk Dek. Ntar aja deh, nanti hp kakak nyemplung ni "

" kakak mah gitu. Ya sudah deh !" Berdecak kesal.

__________

Reijal bersama Fani berduaan di dalam lift menuju lantai satu. Lumayan ada perdebatan di dalam ruangan kecil tersebut. Sifat Fani sungguh bertolak belakang jika di sandingkan dengan Reijal. Kali ini, dia begitu agresif menghadapi dokter tampan di depannya.

" Aku kangen !" Memainkan jari dari leher hingga turun ke bawah.

Reijal memang tidak nyaman di goda saat jam kerja nya kali ini. Apalagi dalam lift terdapat cctv yang merekam aksinya. " Cukup ! Apa mau ku patahkan jari mu?" Memegang telunjuk Fani erat.

" Apa kau berani dengan ku?" Perkataan itu membuat Reijal menghempaskan jari Fani kembali menatap depan lift yang belum juga terbuka.

Kampret ! Mengumpat dalam hati

Fani menarik kerah baju kekasihnya agar pandangan mereka semakin mendekat. Lift sedikit terbuka, Reijal menatap ke arah pintu ingin segera rasanya mengembalikan pintu lift agar tertutup, tapi niatan itu tidaklah sampai. Jarinya jauh dari jangkauan tombol. Begitu cepat Fani melorotkan sedikit baju yang sudah nampak pundak putih nya.

Pintu pun terbuka. Kedua bola mata telah melihat sepasang kekasih lagi bermesraan di dalam lift.

" Ahh !" Fani berpura-pura mendesah

Refleks, Elli menutup wajahnya menggunakan telapak tangan sembari menunduk kepala berkali-kali.

" Maafkan saya, saya tidak melihat nya. Sungguh ! Maafkan saya Pak Dokter !" Menundukkan kepala berulang kali.

" Hei !!!-" satu kata baru sempat di keluarkan dari Reijal yang mengerang keras

" Maafkan saya ! Maafkan saya !" Tanpa sadar,Elli memotong pembicaraan Reijal .

Elli masih melakukan hal yang sama. Kalimat maaf terus dia ucapkan karena merasa sudah mengganggu aktivitas mereka berdua ( terciduk ). Reijal tidak bisa berkata, kalimat tadi masih Elli ucapkan sambil berlari bersama bayangannya. Membatalkan niat naik lift, naik tangga saja akan lebih mudah.

Mampus Gila !!! Dokter itu ternyata lebih mesum, aku tertipu sama wajahnya yang seperti orang baik-baik.

Merasa puas dengan permainan drama nya hari ini, Fani meninggalkan kecupan di pipi pacarnya lalu keluar dari kawasan rumah sakit. Melambai manja pada sang Kekasih. Reijal merasa sangat kesal, dirinya sudah di cap pria mesum oleh pekerja baru hari ini.

Kampret !

Membenarkan kemeja nya sambil terus mengusap pipi bekas ciuman Fani. Kembali menekan tombol lift menuju lantai atas. Dalam benak Reijal, dia harus membersihkan namanya sebagai pimpinan Rumah Sakit yang menjadi contoh nomor satu. Kali ini tindakan yang harus dia lakukan adalah menemui Elli.

Harus kah aku ke bagian pengamanan untuk mendelete seluruh rekaman tadi ?! Cih !!!! Menyebalkan si kampret itu, aku harus membersihkan semua kelakuan kotornya !!!

Masih di dalam lift menelepon pihak pengamanan untuk segera menghapus seluruh rekaman cctv di lift. Sebagai pimpinan mana bisa sih, orang-orang rendah dari nya melawan, kalau tidak di tendang secara tidak hormat dari rumah sakit. Apalagi di tambah dengan suasana hati yang memburuk, bisa saja dia diam-diam mencabut jabatan tiap pekerjanya.

__________

Entah berapa anak tangga sudah dia naiki. Dengan terus di hantui kejadian beberapa menit yang lalu, di dalam benak nya saat ini . Menggeleng kan kepala tiap detik agar seluruh kejadian tadi terlepas keluar dari otaknya. Sungguh kejadian yang membuat tubuhnya merinding, bagaikan keciduk di siang bolong. Dia yang merasa malu bukan sepasang kekasih tadi.

Menapaki bayangan di tangga sembari mengingat tujuan dia keluar dari ruangan. Langkah kaki yang di percepat untuk menuju lift di lantai dua.

" Aku harus cepat !" Ucap Elli yang sudah di puncak anak tangga, berjalan mendekati pintu lift.

Ketika pintu lift tersebut terbuka lebar. Lagi, dia bertemu Pimpinan tempat dia bekerja lagi berdiri kokoh dalam lift. Dalam hati Elli, dia sudah mengumpulkan cukup niat untuk meminta maaf. Membuka cela sedikit bibir tipis nya tapi belum sempat berucap, Reijal sudah memberi isyarat dengan sorotan mata tajam.

" Masuk !" Perintah nya dengan nada keras

Apa ini uji nyali? Ah.. kalau aku tidak kuat. Aku lambaikan saja tangan ku di kamera cctv. Mungkin Kiki dan Gara bisa tahu kejadian terakhir yang menimpa ku

Gumaman dalam hati tidak membuat gugupnya kian pergi. Melangkah memasuki lift yang hanya berisi dokter Reijal ditambah dirinya. Ruangan kecil itu bagaikan terbagi dua. Sudut sebelah kiri Elli dan di sudut sebelah kanan Reijal berdiri memandang dirinya. Kacau bercampur cemas, kesalahan fatal mungkin saja akan mempengaruhi kerjanya yang baru di mulai.

Benaknya sungguh menyesal, kenapa harus dia yang di terkam satu hari ini. Sial ! Dia lupa kalau harus melakukan pengajian terlebih dahulu sebelum mulai pekerjaan baru, agar dirinya terhindar dari malapetaka yang ganas. Suasana hening hingga pintu lift tertutup rapat.

" Hei !!!" Sapa awalnya. Karena belum mengingat semua nama dokter baru. Tapi yang di depannya saat ini, selalu saja dia temui dengan berbagai kejadian unik.

Mampus Gila !

Kaget bukan kepalang, tubuh Elli sedikit terlonjak kaget. Melirik orang yang berada di sudut 45 derajat dari nya. Melipat kedua tangan didepan dada, matanya membesar.

" Kejadian tadi jangan di ingat, itu hanya sekedar latihan akting ! Jangan sebar berita itu kemana-mana !" Ancamannya membuat tubuh Elli sudah melemah. Tertunduk diam dan mengangguk.

Akting apaan? Jelas-jelas itu pamer !!

" Pasang telinga mu, aku tidak akan pamer kemesraan dengan wanita. Jadi, kalau ada satu orang saja yang tahu tentang kejadian tadi. Leher mu akan ku gigit !" Kata terakhir terucap dari Reijal yang bersamaan terbukanya pintu lift.

Jadi dia jelmaan vampir yang ganteng-ganteng di tv?

Masih diam tidak bergeming. Hanya menganggukkan kepala tanda dirinya sudah paham dengan ancamannya. Elli sudah siap melangkah kan kakinya. Di depan pintu dia membalikkan tubuh. Kembali anggukkan kepala sebagai tanda hormat atau minta maaf agar masalah cepat selesai.

Pintu perlahan tertutup, Dokter Reijal masih dengan posisi sama sejak tadi. Matanya tidak terlihat berkedip memandang Elli tajam. Ketika pintu sudah tertutup rapat, tubuh Elli lunglai. Tangan menyentuh tembok untuk menopang lemahnya menghadapi pimpinan sendiri.

" Dokter Elli !" Panggil seseorang dari arah belakang nya. Kiki melambai

Menoleh cepat " iya. Kalian?" Elli kaget melihat Kiki dan Gara berhasil

" Buruan ! Nanti ketinggalan !" Sambung Gara yang memegang jas putih milik Elli.

Elli mendekat dan mengambil jas lalu dia kenakan dengan rapi. " Ayok !"

Dokter Fikran sudah berada di depan mereka bertiga. Masih sama, berjalan sedikit membungkuk memasuki lift kembali. Menyenggol lengan Gara untuk sedikit menjelaskan kejadian saat dirinya tidak ada di ruangan. Di dalam lift, mereka saling berbisik membicarakan Fikran.

Kenyataan nya, tidak ada salah satu dari mereka berani mengajak bicara meskipun sudah berjam-jam mengumpulkan keberanian. Justru malah,Dokter Fikran sendiri yang menyapa dan sekarang membawa Elli dkk berkunjung ke ruangan mawar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!