MTM #13 Rambut Lurus

Dini hari~

" aku rela bangun di pagi buta. Hanya untuk menata rambut ini !" Menarik rambutnya sendiri.

Pantulan cermin di subuh hari yang dingin membeku, mengingatkan pada seuntai memori lama tersimpan begitu rapi di benak Elli.

_________

Kembali ke Gedung sekolah SMK. Menampaki kaki yang berjalan di lorong-lorong sekolah. Berhenti di pertengahan karena menatap seseorang laki-laki begitu dekat dari jangkauan nya. Lalu bersembunyi di balik kerumunan siswa lain yang tengah asik duduk bercerita.

" Jadi tipe cewek yang gimana sih yang lu suka. Kasih tahu dong". Ucap Agil sahabat nya, mereka berdua lagi berdiri di dekat tembok dan mengobrol.

" Baik ajalah jangan seperti aku, nakalnya bikin emosi !". Balasnya

" Semua orang juga baik kali. Fisiknya bagaimana dan seperti apa? " 

" Baik, sayang sama aku dan keluargaku, setia sudah pasti. Em, apa lagi ya? Kalau fisiknya gak mau yang cantik. Imut aja kali ya, biar gak bosan. Terus rambutnya agak keriting gitu !" Jelas teman Agil di hadapannya kini

" Hah? Keriting?". Berbisik pelan mendengar kan percakapan dua sejoli di jam istirahat sekolah.

" Kenapa keriting?". Tanyanya heran

" Suka aja memegang nya. Ahh udah ah, jangan bahas itu lagi !". Menghentikan segala pertanyaan yang mengundang malu diri sendiri. Dia merangkul leher Agil dan menariknya berjalan menuju kelas.

Sedangkan Elli lagi bersandar di tembok mengamati , memantau dua sekawan berjalan pergi dari arah berlawanan, dirinya habis mendengarkan pembicaraan yang membuat hari ini seakan mendapatkan petunjuk dan entah kenapa sejak saat itu rambut lurus berubah menjadi keriting adalah kebanggaan tersendiri.

_____________

" Maaf, hari ini aja pengen sedikit dewasa. Ntar kalau masa percobaan dah selesai. Ku kembalikan ulang ya ?" Katanya sendiri masih duduk di depan meja hias sambil terus meluruskan rambutnya sedikit demi sedikit.

Matahari mulai menaiki langit pagi, cahaya nya silau memasuki ruangan kamar Elli. Keadaan diri sudah siap tidak ada lagi handuk yang melekat di kepala. Seluruhnya sudah beres dan menempel sempurna di tubuhnya. Mengambil tas lalu berjalan ke arah dapur.

" Bi. Sudah gak nasinya di bungkus sama lauk yang lain?" Teriaknya dari meja makan

Bagian kepala si Bibi nongol dari balik tembok dapur" Dikit lagi Non !"

Di hadapannya ini sudah tersedia nasi goreng dan roti tawar lengkap dengan berbagai jenis selai. Mencicipi roti diberi selai dan susu lanjut menyendok nasi goreng ke piring sedikit.

" Sudah Non. Ini !" Bibi memberikan bungkusan plastik putih pada Elli.

" Em. Makasih Bi" ucap Elli meletakan roti di piring nasi goreng nya. Mengintip dalam plastik ada 3 bungkus nasi hangat.

Ibunda tiba di dapur " buat apa sayang? Buat bekal kok dibungkus gitu?"

" Gak Bu. Buat Ibu Lastri pasien yang kemarin tidak di layani karena gak bawa kartu kesehatan. Jadi Elli bawa ke IGD anaknya Alhamdulillah sudah di tangani dokter !". Cetusnya di pagi hari

" Baguslah, jadilah dokter yang membantu sesama Nak tanpa terkecuali. Di dunia ini kalau Allah tidak membuat orang sakit, tidak akan ada namanya Dokter !" Nasehat si Ibu di sambut Elli dengan anggukan kepala dan senyuman manis.

Ketika makan selesai dan beres. Elli pamit kerja. Ibu mengantarkan dia hingga depan pintu depan. Mobil sudah di keluarkan dari bagasi mobil. Masih berdiri di samping pintu mobil menghalang silau di wajahnya memakai telapak tangan sendiri. Memandang arah depan , berdiri sosok Ibu dan Anak.

" Elli mau berangkat kerja ya?" Kata Bu Linah

" Iya Bu. Ini sudah mau berangkat. Elli pamit dulu !" Sudah di dekat Beliau seperti biasa sebagai tanda hormat, mencium tangan Ibu Linah

" Hati-hati ya. Ibu titip anak Ibu ini boleh gak? Mobilnya di bengkel !" Menepuk pundak Reijal yang dari tadi diam melongok entah kenapa.

Kemana rambutnya itu? Cih ! Pagi-pagi sudah menebar pesona kemana-mana? Untuk apa coba? Pasti dia sudah mau mengejar salah satu dokter di rumah sakit. Apa ini? Kenapa melihatnya jantungku makin berdebar. Sakit apa aku?  Reijal

Mampus Gila. Baru juga menghindari kesialan pagi ini. Cuma pagi ini aja. Malah nongol sih pria mesum ini. Agh ! Ya tahu dia atasan ku, tapi kesel aja !. Tapi ku benci memandang ketampanannya hari ini. YaAllah, hentikan jantung yang berdebar kencang ini !.  Elli

" Reijal ! Buruan sana ntar telat !" Mengguncang tubuh Reijal lalu tersadar dari lamunannya.

Selesai sudah, Reijal yang menyetir dan Elli duduk di sebelahnya. Mobil kembali membawa mereka berdua kejalan raya.

Ting !

Mendengar nada notif, bergegas mengambil handphone di bangku belakang, mengharuskan dia bergeliat di tengah membuat si supir risih.

" Heh Kunti, ngapain sih ! Diam-diam kek, nanti aja itu hp !" Sahutan Reijal begitu jelas di telinga Elli.

" Em !" Jawab singkat Elli. Tas belum dia gapai malah kian menjauh. Kesel juga akhirnya semakin tubuhnya memasuki ruang kecil di tengah. " Susah banget sih!" Keluhnya.

Atas keluhan tak seberapa membuat Reijal refleks membantu mengambil tas Elli. Tangannya dengan mudah sampai meraih ponsel Elli. Namun, keadaan lampu merah itu seakan membuat mereka berhenti bernafas. Sangat dekat entah sisa berapa Senti lagi tatapan itu. Tangan keduanya berada di ruang tengah. Debaran jantung mulai menguasai diri mereka bersama.

Seperdetik Elli tidak jelas merasakan rasa tidak karuan, mengigit bibirnya kelu. Reijal malah menatap aksi wanita didepannya membuat pandangan mata berubah ke bibir merah Elli. Reijal tidak tahu kenapa dirinya seakan dikuasi hal aneh dengan memajukan kepalanya dekat hingga kedua batang hidung sudah menempel, Elli menutup mata merasakan gugup luar biasa.

Tet ! Klakson mobil belakang berbunyi

Pak ! Hantukkan kepala mereka saling beradu, karena kaget. Duduk di posisi normal dengan tenang dan sesegera mungkin mobil melajukan kencang menghindari amukan supir dibelakang yang ingin melintas maju.

Apa aku tadi mau menciumnya? Kenapa bisa bibir ku kehasut sama setan sih ! Otakku mulai kagak waras. Penyakit apa lagi yang aku derita di jantung. Kenapa bisa kacau gini rasanya ! Agh ! Aku harus check up hari ini !!!! Reijal

Mengumpat dalam ruang hati sudah bercampur rasa yang berantakan. Mendongak ke arah Elli lagi duduk menatap arah jalan. Tiba-tiba kepalanya menoleh ke jendela mobil mengamati ruas tol dan pepohonan hijau.

Hati bodoh ! Jangan berdetak kencang dong, aku jadi gak tenang ini ! Kenapa juga mataku terpejam seolah menyetujui dia ingin me.... Agh !!! Gak boleh ! Jangan memikirkan hal gak jelas ! Elli

Menggerutu dalam hati. Kegelisahan terus menghujani benaknya bercampur malu. Dia lupa tujuan melihat pesan di ponsel tadi, padahal ponsel sudah di pangkuannya. Reijal masih menyetir, terlihat fokus namun didalam pikiran juga hati sudah mulai kacau. Mengambil nafas panjang lalu di hembuskan tidak menyembuhkan jantung berdegup kencang.

Mobil sudah memasuki gerbang rumah sakit lalu ke parkiran. Hari ini di jadwalkan pulang jam 12 siang. Kecuali ruangan UGD tetap pulang jam 4 sore. Reijal keluar dari mobil di susul Elli mengambil barang di bangku belakang.

Aku akan menghubungi Dokter Hans biar tahu di dalam diriku ini ada masalah apa! Reijal

Meninggalkan Elli di belakang nya, dia sudah berjalan memasuki lift. Sedangkan Elli memeriksa pesan di ponsel.

Wawan Negara : Dimana?

Wawan Negara : Kamu sama bos besar?

" Apa!!!!! Gara melihat ku? Dimana dia? Semoga dia tidak menceritakan hal aneh ke orang lain. Bisa mati aku !" Mengerang keras di area parkir untung tidak banyak orang

" Hai El !" Sapa dari arah samping, berlari mendekati nya.

Melirik " Gara? "

" Ka-?" Kata itu belum usai disebut. Elli menutup mulut Gara secepat kilat . Gara memegang tangan Elli.

" Diem ! Aku akan traktir tapi jangan cerita apapun hari ini yang kamu lihat. Plis ! Aku hanya ingin membalas tumpangannya kemarin. Oke ! Diem ! "

'ok' tanda jari berbentuk bulat dari tangan kanannya sebagai kata iya, karena Elli masih menutup bibirnya. " Buruan jalan, kita hampir telat !" Pekik Elli mengandeng Gara.

El, apa ini? Tanganmu dengan mudah memegang ku sepagi ini. Aku harap sebuah mimpi didetik ini, tidak ada orang yang mengganggu tidurku. Gara

Memasuki pintu masuk dan berjalan ke ruang lift yang kosong. Melepas pelan tangan Gara, menekan tombol lantai tiga. Telapak tangan Gara ingin menyentuh lembut tangan Elli, masih ragu masih malu masih canggung dengannya. Mengurung niat itu dihati, kemudian memberi senyum ke Elli .

" Aku baru sadar. Rambut itu, cocok ! Makin cantik " ceplos Gara melirik arah lain seketika rasa malu menutupi wajahnya.

Idih. Jadi itu laki-laki yang mau dia kejar? Masuk lift aja pake pegang tangan segala ! Reijal

Cantik !! Gara masih memandang dengan senyum.

Mengamati Elli sejak memasuki pintu masuk. Dirinya berdiri di balik tembok. Niat ingin memberikan kunci mobil ke wanita itu malah spontan sembunyi cepat. Berjalan santai namun ada rasa kesal melihat tindakan wanita tadi mengandeng pria lain di depannya.

" Pagi Pak Dokter Reijal !" Sapa seorang pria tua sedang membersihkan lantai rumah sakit.

" Pagi !" Senyum segar terkesan pura-pura berhasil mengibuli si bapak tua itu.

Anak muda itu apa selalu berbohong pada hati sendiri. Suka bilang suka ! Jangan sudah di tikung baru bilang suka ! Dasar anak jaman sekarang !! Orang seperti Pak Reijal saja memiliki sifat begitu ya? Hehe.

Sambil mengepel lantai, tertawa sendirian membayangkan sifat-sifat mudanya dahulu yang telah sirna makan waktu.

Mengetik pesan " jam pulang aku tunggu di mobil mu. Kalau terlambat sedetik saja aku akan mengigit mu !". Pesan terkirim. Memantau ponsel berharap Elli balas segera mungkin.

Ting !

" Apaan balasan cuma stiker doang? Mana stiker nya muka jelek lagi ! Dasar Kunti, lupa kali ya aku ini atasannya !". Umpatnya geram. Pagi hari sudah merasakan kebencian teramat dalam. Ntah kenapa, benci saja.

" Maaf Dokter Gara,nanti aku pulang bersama bos besar. Traktirnya di waktu lain saja ya, takut dia menggamuk !". Celoteh Elli berjalan menuju ruangan mereka. Sebelum itu, dia ditemani Gara mengantarkan sarapan sudah di siapkan Bibi.

Sebenarnya, niat dari kalimat ditutur Elli saja sudah membikin hati Gara girang tidak karuan. Apalagi dia yang menawarkan diri, makin gila lah rasa jantung nya kini. Tapi rasa cemburu sudah ada sejak dia menyaksikan bos nya naik ke mobil Elli dan berangkat kerja bersama. Dan rasa itu makin bertambah kalau Reijal ternyata tetangga baru Elli.

Sesampainya di ruangan. Kiki menjatuhkan tas nya membuka lebar mulut dan mata. Pintu ruangan yang terbuka, semakin leluasa Elli dan Gara masuk. Mereka berdua ke ikut virus Kiki. Menatap benggong si Fikran yang berubah 360 derajat. Atas dasar apa perubahannya hari ini, mereka bertiga tidak tahu.

Tapi sungguh membuat kawan rekan tim kerjanya berdecak kagum. Kemarin-kemarin hanya duduk di kursi setiap pagi dan anggukkan kepala, kini berdiri kokoh didekat pintu menyambut serta menyapa rekan mereka. Apalagi penampilan yang sungguh membuat bersaing dengan Dokter tampan lainnya.

" Pagi !" Sapa Fikran namun masih canggung untuk senyum. Aura itu tidak hilang dari belakangnya. Layaknya awan mendung kemana-mana ikut bersama Fikran.

" A-a Pagi !" Jawab Kiki terbata-bata.

Penampilan dah Good ! Ekspresi nya tetap saja sama ! Kiki

Sungguh penampilan yang bisa menyaingi dokter Mesum itu ! Ah, kenapa aku memikirkan dia, idih dia mah gak ganteng-ganteng banget. Ahhh tahu ah ! Elli

Apa saingan ku bertambah ya?. Gara

Terpopuler

Comments

Faridah

Faridah

😍😍😍

2020-06-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!