MTM #9 Teh Manis 2

( Apakah teh manis akan kedua kalinya mengenai Elli? )

.

.

Cekidot !!!

________________

________________

Mata terpejam,menghalang wajah dengan tangannya. Beberapa detik, Elli tidak merasakan air yang mengguyur wajah atau pun tubuhnya.

" Reijal?!!!!" Pekik Fani melihat sosok Reijal lah yang disiram nya.

Sontak mata Elli terbuka lebar, Reijal terlihat gagah berani berdiri membelakangi Elli. Benar saja, baju dan celananya lah yang basah bukan dirinya.

" Apa hobi mu menyiram orang?". Bentak Reijal membuat asisten nya berdiri, panik.

Fani mengambil kotak tisu yang dibawakan oleh Asisten Reijal. Dia merampasnya dengan kasar, lalu mengambil lembaran tisu dengan cepat. Belum juga tangan sampai di kain baju pacarnya, sudah di tepis keras membuat tisu itu berhamburan ke lantai.

" Dari pada orang yang disiram. Lebih baik siram rumput sana, sekalian sama sapinya di mandikan !!!. Pergi dari sini !!". Nada suaranya sudah mulai tinggi. Elli merasa tidak enak, dia mulai beranjak dari sofa. " Heh, bukan kamu. Duduk diam ! Aku masih ada urusan dengan mu !!". Melirik ke belakang.

" Sayang, sayang. Maafin aku, aku gak sengaja . Tadi di-" Merayu sang Kekasih mencoba merangkul lengannya. Namun ditolak .

" Heh. Apa kau kira aku tidak dengar dan lihat kelakuan mu sejak tadi? Sudahlah. Jangan perlihatkan wajah mu itu didepan ku lagi !!!". Reijal sudah di puncak kemarahan nya.

" Kenapa kamu membela dia. Aku ini pacar mu, sayang. !" Tetap kekeh membela diri sendiri.

" Pacar?" Menjepit dagu Fani dengan tangannya. Lalu menghempas nya membuat Fani tersungkur duduk di lantai ruangan Reijal. " Lebih baik aku membicarakan ini sekarang, aku sudah tidak tahan dengan kelakuan mu !". Reijal beranjak dari ruangan itu dan memasuki ruangannya. Mengambil sesuatu berupa amplop besar berwarna coklat di brankasnya. Kembali secepat kilat melihat Fani sudah duduk manis di sofa berhadapan dengan Elli.

Pakkkkkk !!!

" Tu denda yang sudah aku bayar !" Melempar amplop ke pangkuan Fani.

" Apa ini?". Wajah Fani pucat masam.

Lagi, melempar map merah ke meja yang sudah dibersihkan asistennya.

" Itu perjanjian yang kamu buat secara sepihak. Dan siapapun yang melarang akan di denda kan?. Ya sudah aku sudah membayar seluruhnya. Puas ???!!!".

Menyentuh amplop coklat. " Ta-tapi, aku membuat perjanjian itu biar kamu tidak memutuskan hubungan kita !".

Elli seperti menyaksikan drama layaknya yang di tayangkan di tv. Hanya menonton tiap adegan yang di mainkan Reijal sebagai tokoh utama dan Fani sebagai kekasih pemeran utama memiliki sifat kejam. Bola mata yang ke kiri kanan memperhatikan Fani beranjak dari sofa dan berlutut di kaki Reijal.

" Aku tidak butuh uang itu. Aku butuh kamu !". Air matanya mulai bercucuran

Uang??? Elli

Reijal begitu tidak nyaman dengan tingkah Fani, sedikit menjauhkan kaki dari jangkauan Fani yang ingin dia peluk erat, memohon agar di ampuni.

" Rika ! Cepat suruh satpam ke sini. Seret wanita ini keluar !!" Melayangkan perintah dengan wajah sungguh memerah dikuasai emosi.

" Baik Pak !" Memencet telepon rumah sakit

Kenapa bisa begini? Elli

Fani masih terus memohon agar dia bisa kembali pada Reijal. Sejak awal pacaran, Fani telah membuat surat perjanjian pra-pacaran. Dengan inti surat itu siapa yang memutuskan duluan, akan membayar dengan sejumlah uang 500juta rupiah.

Menerima Fani sebagai kekasih karena wanita itu nekad mengancam nyawanya di depan Reijal. Ketika itulah, Reijal mau tidak mau menerima hubungan yang dia jalani tanpa rasa apapun ke Fani. Makin kesini, Fani semakin posesif dan kasar kepada siapapun yang menyentuh atau berkontak langsung dengan Reijal.

Tiap bulan dia mengumpulkan uang hingga rela menjual segala rumah dan apartemen miliknya dan lebih memilih tinggal di rumah sederhana. Itulah impiannya selama ini, impian yang dia katakan kepada sang Ibu. Agar hubungan sesegera mungkin putus dan menjauh dari Fani. Tanpa terikat hubungan apapun.

Bagai film drama, tapi nyata di depan mata Elli. Baju itu hampir mengeringkan karena tumpahan teh. Fani masih terduduk memohon di kaki Reijal. Bibir ingin berucap, namun takut di bilang mencampuri urusan orang lain.

Tak lama 2 satpam telah datang menyeret Fani secara paksa didepan mata orang di ruangan. Menangis, berteriak, memohon, meminta maaf. Sedikit pun Reijal tidak menatap Fani karena bencinya sudah dia lampiaskan.

Suara teriakan Fani semakin hilang, sosoknya pun sudah tidak ada. Membuat ruangan kembali hening. Tubuh Reijal seolah lunglai, duduk menundukkan kepalanya bertumpu di kedua pergelangan tangan yang dia topang di paha. Elli sudah tidak takut untuk beranjak dari situ. Mengambil air putih dari Rika dan diberikan pada atasan nya.

" Maaf Pak, minumlah dulu biar tenang !". Elli meletakkan gelas kaca bening ke hadapan Reijal.

Mengambil cepat, meneguknya secepat kilat dengan suara-suara khas di lehernya. Elli menelan ludah, dalam benaknya bermunculan. Mungkin tenaganya telah terkuras habis.

" Ah !" Meletakkan gelas ke meja, tenggorokan nya mulai lega. " Rika ! Kamu boleh pulang cepat hari ini. Pergilah !".

Rika kaget. Namun, dalam hatinya senang. Dia menunduk kepala sebagai hormatnya lagi. Membereskan ruangan, mengambil tas. Dan pamit pada orang-orang penting di depannya.

" Kamu !" Pekik Reijal kembali membuat Elli sedikit takut. Sorotan matanya merah dan tajam.

" I-iya Dok !"

" Aku lupa mau berterimakasih padamu, atas pasien yang sudah kamu tolong. Sudah sana lah, aku ingin sendirian !". Kata Atasan Elli

Hah? cuma begitu doang, sesingkat itu? Andai dari tadi, jadi gak perlu nonton drama-drama ala Korea ! Elli

" Ba-baiklah Dok. Saya permisi !" Ucap Elli pelan. Berdiri dari sofa.

" Ehm !" Balas Reijal singkat

Elli kembali menoleh pada sosok pria yang duduk di sofa. " Terima kasih sudah menolong saya, Dok. Permisi" menebar senyum manis ala Elli. Lalu keluar.

Brukk !!!

" Aduh !" Elli termundur sedikit ke arah depan pintu yang sudah tertutup rapat.

" Maaf maaf !" Balasnya

" Iya gak papa Dok !". Elli seakan terpana melihat pria muda berjas putih berwajah manis dan mengemaskan. Melamun sambil memandang senyum.

" Apa Reijal di dalam?" Tanyanya

" Hah? Oh. I-iya Dok ." Sahut Elli singkat kurang konsentrasi melihat Kris dihadapan nya

" Terimakasih !" Melewati Elli dan membuka pintu ruangan yang baru saja dia masuki. Kemudian, Elli senyam-senyum sendirian entah kenapa. Serasa menemukan sosok pria yang dia sukai sekilas.

___________________

Sudah jam 4. Elli dan lainnya masih disibukkan dengan beberapa pasien di ruang rawat inap. Terkecuali Bu Caca dan Fikran. Fikran di tugaskan ke ruangan lain bersama Kiki di IGD.

Selama jam kerja Elli tidak bisa lepas dari bayang-bayang drama yang beberapa jam lalu dia saksikan secara langsung. Pikirnya, pacaran itu ternyata merepotkan. Apalagi ketika hati mulai egois enggan berpisah. Logika terkadang tidak sejalan dengan hati.

" Dokter El !" Panggil Gara.

Beranjak dari lamunan" Oh em !"

" Ada apa? Masalah ya? Apa Bos besar memarahi kamu?" Sambil membersihkan tangan di wastafel. Sedangkan Elli bersandar di tembok sambil melamun.

" Tidak ! Oh ya, kenapa tadi mencari ku? Apa ada pemeriksaan?" Tanya Elli memukul Gara pelan

" Tidak. Iseng aja sih !" Godanya

Berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit. " Ntar pulang sama siapa?" Melirik wanita disampingnya yang tengah melamun. Mencolek pinggang Elli. " Heh. Elli !"

" Em. A-aku sama Ibu. Nanti Ibu yang jemput kok !" Spontan mengingat nama Ibu sebagai alasan.

Sudah di dalam ruangan. Gara nampak membereskan barang ke tas miliknya dan pamit pulang terlebih dahulu. Tersisa Elli duduk di dalam ruangan sedangkan Fikran dan Kiki yang masih berada di ruang IGD.

" Agh!!! Aku bahkan sudah berjanji dalam diriku sendiri. Tidak akan menaruh rasa suka, sayang,cinta ke laki-laki lain semenjak dia pergi kan??" .

Menghantukkan jidatnya ke permukaan meja kayu. Merasa sudah melanggar janji sendiri sejak dulu. Entah kenapa, rasa suka pada cinta pertama itu sukar untuk dia lupakan atau sengaja dia lupakan. Sudah menyibukkan diri sampai-sampai masalah tak kunjung henti dia saksikan atau dia alami sendiri.

" Kamu tahu tidak? Janji itu tidak penting buatku. Hiduplah dengan limpahan kasih sayang dari orang yang mencintai mu dengan tulus !". Memperhatikan Elli yang terus menghukum dirinya sendiri.

Dia duduk di kursi kosong dekat Elli. Merebahkan kepalanya di atas meja dan melirik wajah Elli. " Kamu masih saja cantik sejak dulu. Kamu tahu tidak? Aku merindukan mu Elli !".

Belum puas menghukum jidatnya kini dia tonjol lagi dengan jari telunjuk nya berkali-kali. " Bodoh ! Bodoh ! Bodoh !"

Masih tersenyum menatap wajah wanita yang kini sudah beranjak dewasa. " Rasanya aku ingin ikut menonjol jidat mu !".

" Hai El. Ngapain kamu sendirian di sini?" Kiki sudah memasuki ruangan.

" Gara sudah balik duluan tadi " jawab Elli memandang Kiki merapikan barang nya.

" Gak bareng dia?" Bersamaan pertanyaan Kiki, Fikran muncul di balik pintu yang terbuka. Diam dan entah memandang siapa. Elli, menepis pandangan pada Fikran dan kembali meraih tasnya.

" Gak. Kamu sama siapa? Boleh gak ikut?"

Kalau aku bilang iya? Apa aku di kategori kan nikung gebetan teman ya? Kiki

" Em, aku naik motor gede. Emang mau duduk di belakang begini?". Kiki menggambar kan gaya nungging sambil memeluk

" ih gak. Gak mau. Gak jadi !" Memikirkan nya saja risih apalagi melakukan nya pada Kiki .

" Hehehe. Ya sudah dah. Hati-hati !". Kiki menghilang dari ruangan.

" Hei teman? Bisakah kamu mengantarkan Elli pulang?" Fikran menatap nya lalu menjawab dengan menggoyang kan kepalanya.

" Baiklah !" Sahut Fikran berbisik.

Elli keluar berpamitan pada Kiki. Berjalan menuju lift. Ketika lift yang dia masuki tertutup sedikit. Fikran berlari sambil memegang kacamata nya masuk ke lift.

" Sama aku aja baliknya ?!" Menawarkan diri.

" Apa gak merepotkan?" Elli kurang yakin dengan tawaran rekan kerja yang jarang mengobrol itu

" Em !" Mengangguk kepala. Penampilannya bisa di kategorikan anak SMK atau SMA yang memiliki siswa cupu. Yang biasa memakai tas hingga atas sejajar dengan punggung, kacamata, pendiam dan rambut super rapi. Di tambah celana di atas pinggang, bawahan celana di atas mata kaki alias gantung. Sangking teladan nya, memakai kaos kaki berbalapan dengan celana sungguh panjang nya.

Elli sedikit melirik. Tapi tidak banyak, masih canggung dengan Fikran. Sedekat ini jarang bicara ntah dia mengirim pesan malah panjang.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!