Di waktu Fikran sudah mengantarkan Elli ke rumah...
_____________
Sore hari~
"Assalamualaikum !!" Elli mengucap salam dan membuka sandal cantik nya di belakang pintu.
" Walaikumsalam !" Si Bibi menyambut Elli dengan pakaian daster dan kain serbet di pundak.
Lemes dan lelah, memperpendek jarak langkahnya menuju sofa ruang tamu. " Mana Ibu?"
" Ke sebelah Non. Katanya ada acara malam ini di sebelah !" Jelas si Bibi
" Ya sudah. Bi, bisa siapkan makanan gak sekarang. Elli laper banget. " Menoleh pada sang ART di dekatnya. Padahal perut nya telah di ganjal dengan teh dan biskuit coklat di sajikan Rika, tapi masih tidak kuat untuk memberikan nya tenaga sampai nanti malam.
" Siap Non. Mau di antar apa di meja makan aja?" Tawar si Bibi
" Di bawah aja. Elli mandi dulu ya !" Berdiri dari sofa, langkah nya pendek terlihat lesu, begitu banyak derita yang dia alami sejak kemarin. Tepatnya, sejak dokter Mesum itu menjadi tetangga baru yang merenggut kehidupan tenang, damai dan nyamannya.
Membasuh diri di bawah shower. Tak lama sudah keluar dari kamar menggunakan baju dress tidur ditambah bando lucu bertelinga hewan untuk menghalau rambut nya jatuh saat makan nanti. Membawa ponsel bersama di meja makan.
Malam Minggu para jomblo gini, rebahan aja sambil berdoa hujan mengguyur kota, hahaha. Mampus Gila bener doa ku. Hahaha. Elli
Menarik kursi meja makan. Memperhatikan menu makanan yang cukup menggugah selera Elli. Mengabaikan doa kesepiannya, lalu makan selahap mungkin agar hati sekuat baja malam Minggu kesekian kalinya tanpa siapa-siapa bahkan Ibu yang betah di sebelah rumah.
Ting !
Notif pesan wa berbunyi. Sambil menyendok kan makanan ke mulut, sambil juga tangannya menyentuh layar ponsel.
Rizky Alatas : Ntar malam pada kemana?
Wawan Negara : Kehati Abang
Rizky Alatas : Hati Abang sesak Neng
Wawan Negara : kenapa? Mau sekarat Lo ya?
Stelli P. W : Sesak karena gak ada aku ya?
Sebenarnya, Elli geli saat mengetik pesan itu apalagi mengirimkan ke temannya. Namun, niat hanya untuk menghibur semata. Supaya group tidak sepi seperti kuburan, apalagi isinya cuma mereka-mereka saja. Masih terus menyuapkan nasi bersama pelengkap nya
Rizky Alatas : Ah. Dokter Elli mancing ni !
Stelli P. W : Ya bagus dong, dapat ikan dari pada buaya. Hihi
Elli tertawa kecil di dapur. Sang Bibi mengintip dari balik dinding hanya menggelengkan kepalanya. Pikirnya, anak muda jaman sekarang bahagia hanya menatap ponsel canggih dari pada menatap kenyataan yang di depan mata.
Non Elli gitu amat ya. Sampai gak sadar nyendok sambal banyak banget itu.
Rizky Alatas : Yang jelas, aku pria baik-baik bukan sejenis buaya darat!
Wawan Negara : ehem ! Kacang, Kacang. Kacang Mahal !
Ketika sesendok makanan telah masuk dan di kunyah " Aghhhhhhhh !!! Uhaah uhahhh !" Elli mengerang keras cukup membuat diri nya berlari cepat mendekati kulkas besar di dekatnya. Meraih air es yang langsung saja di teguk sekali hingga membasahi sebagian bajunya.
" Maka nya Non, makan itu konsentrasi. Jadi bisa bedain kecap sama sambal. Bisa bedain sayang sama suka, terus bisa bedakan mantan sama pacar " cetus Bibi yang pura-pura sekedar lewat di depannya.
" ih bibi ! Kenapa juga sambalnya di dekat ku, bibi ya yang iseng begitu?" Hanya dirinya kurang memperhatikan keadaan, malah menyalah wanita tua itu yang sejak tadi memang sedang berberes didapur. Bibir bagaikan merah menggunakan lipstik bersama baju tidur yang sudah basah bagian depan. Sampai sedikit menerawang. Akibat meneguk air begitu tergesa-gesa.
" Gak tahu ya Non. Itu sih derita Lo" Cekikik kan pelan membuat Elli tampak kesal dan kembali berjalan ke meja makan untuk menyelesaikan makanannya.
Menyentuh pakaian sambil menunduk. " malas ah ganti, kan di rumah aja. Kipasin juga ntar kering sendiri berjalannya waktu "
" Heh Kunti ! Dari tadi aku Assalamualaikum. Assalamualaikum. Gak ada jawaban, budek ya ?!"
Sepasang kaki tidak dia kenal lalu terus memandang ke atas sampai juga ke wajah si pria yang tak lain adalah tetangga pria muda dengan cap sebagai dokter Mesum dan mendekatkan dia pada puluhan masalah.
Jleb !
" a-apa itu. Kamu bikin mata ku kembali sakit !" Keluhnya menyaksikan baju Elli yang menerawang namun di tutup dengan kedua tangan.
" Emangnya badanku sejelek itu, bikin bola matamu rusak ! Ngapain ke rumah?" Ucapnya sambil selangkah mundur menjauh, mengambil sesuatu yang bisa menutup sedikit tubuhnya.
Membelakangi Elli, " aku ke sini karena Ibumu menyuruhmu ke sana. Aku mengadakan acara syukuran untuk rumah baru ku "
Maksud mu syukuran lepas dari Fani kali. Elli
" Em. Insyaallah !" Jawabnya singkat.
" Sudahlah aku pulang saja. Gak betah lama-lama di sini. Selalu bikin rusak mata !" Berjalan ke ruang depan dan meninggalkan rasa kesal juga geram dihati Elli.
" Peduli amat, amat aja gak peduli", bisik Elli berlalu memikirkan perkataan si Reijal tetangganya. Melanjutkan makan dengan tenang sambil melihat pesan yang sudah dia tinggalkan tadi.
Rizky Alatas : Dokter Elli, aku boleh gak minta minum?
Wawan Negara : idihhh !! Kekurangan air Lo ya di rumah.
Rizky Alatas : bukan ! Kekurangan keberanian untuk mengungkapkan perasaan ajah . Hahahaha
Wawan Negara : Awas aja ntar, kalau ketemu. Ku buang ke sungai !
Stelli P. W : @RizkyAlatas buat apa minum?
Rizky Alatas : asik di balas ! Ya aku haus lah. Aku sudah numpahin gelas 3x
Wawan Negara : kacang !
" Hahahah. Gara ada-ada aja !" Masih nampak fokus pada ponsel pribadinya. Bahkan tidak melanjutkan makanan yang sudah memberinya rasa pedas luar biasa.
Stelli P. W : kok gitu ? @RizkyAlatas
Rizky Alatas : Karena aku berantakan kalau gak ada kamu.
" Ih Kiki apaan. Hebat banget gombalnya. Pasti belajar dari Gugel" Kata Elli duduk bersila di kursi makan sembari menyeringai lebar
Stelli P. W : bisa aja lu kembang kol hehehe
Rizky Alatas : hehe. Jalan yuk El malam ni. Bosen ni di kosan Mulu. Sudah hati sepi, hidup sepi. Semuanya sepi.
" Apaan sih si Kiki, duluan dia ngajak jalan Elli. Padahal dari tadi aku sudah bersiap buat ngetik pesan aja susah !" Di suatu tempat, Gara cukup jengkel dengan Kiki yang main serobot Elli.
Stelli P. W : Curhat. Jam berapa? Soalnya aku harus hadiri acara syukuran sebentar di sebelah rumah ku
Rizky Alatas : jam 8 aja lah. Eh, Gara Napa diem aja. Ikut gak? Tapi kalau ikut, yang ketiga setan lohhhhh
Wawan Negara : Muka kamu itu, Ambyar ! Ya aku ikutlah. Nanti aku jemput Kiki duluan baru jemput Elli, gimana?
Rizky Alatas : ide bagus.
Wawan Negara : oke. Dari pada naik motor lu. Gak mungkin gonceng tiga. Emang cabe-cabean.
Stelli P. W : oke aku tunggu ya. Nanti alamatnya aku kirim ke kamu Gara.
" Yes akhirnya. Meskipun ada si Kiki sobat Ambyar itu. Gak papa lah !". Gara kegirangan memasuki kamar dan memilah mana baju yang pas di pakai ntar malam
" Jadi mereka jalan juga ya. Biarlah, aku masih ingin fokus ke perubahan ku dulu !" Dari sebuah rumah, terlihat Fikran tersungkur lemah di atas kasur. Memejamkan bola matanya pelan .
Kemudian, Elli sudah siap dengan pakaian nya untuk acara di sebelah rumah. Memakai hijab simple dan gamis.
" Bi, aku ke sebelah dulu !" Kata Elli pamit dengan teriakan . Entah kemana wajah si Bibi belum nongol, wujudnya saja tidak kelihatan.
Di teras rumah terlihat sandal berhamburan kemana-mana. Seperti nya tamu undangan sudah tiba. Elli mencoba masuk, terlihat tamu seperti anak-anak hanya beberapa orang dewasa duduk disana. Elli mengikuti alunan alunan ayat suci Alquran dan ikut duduk di kerumunan anak-anak perempuan.
Hampir malam, acara selesai. Elli belum juga melihat Ibu nya yang tidak tahu dimana. Ketika acara berbaris panjang diisi anak-anak bocah untuk bersalaman dan mendapat suvenir.
Elli mencoba mencari sang Ibu di dalam ruangan dapur. Memutar mata di sekeliling tepi dapur. Malah dia jumpai ibu-ibu tukang masak alias katering makanan yang di pesan Ibu Reijal.
" Ibu mana sih !" Geram, menghentakkan kaki nya
Karena sedikit bosan bercampur jengkel. Dia menawarkan diri untuk sedikit membantu. Dengan berbagai kata meyakinkan, Elli bisa sedikit membantu para ibu yang kewalahan mencuci piring. Meskipun sudah dandan cantik, Elli tidak peduli. Yang penting dia sudah datang membantu.
" Bu Linah. Maafkan saya, mungkin anak saya lelah bekerja gak sempat datang ke sini !"
" Iya gak papa Bu. Saya maklumi kok " jawab Bu Linah menetralkan perasaan sedikit kecewa. Bu Linah sangat menyukai Elli, jadi Elli tamu begitu penting baginya.
" Bu, kata si Bibi. Anak Ibu tadi pamit ke sini !" Reijal ternyata mencari Elli ke sebelah demi sang Ibunda. Namun tidak kunjung ketemu.
Apaan sih mereka. Lagi main petak umpet ya? Jelas-jelas aku di belakang kalian lagi jongkok juga nyuci piring nya . Elli
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Faridah
🤣🤣🤣🤣kereenn thor
2020-06-11
0