( Tahukah? Elli dan Reijal tidak bisa tidur dengan nyenyak )
___________
" Elli !" Panggil si Ibu yang sudah bersiap dengan baju dinas mengajarnya.
Wajah memelas " Ya Ibu, kenapa?".
" Tadi malam Ibu dengar suara teriakan dari kamar mu, ada apa?" Menyendok kan nasi goreng ke mulut
Bagai kesetrum. Tubuhnya menegak, rasa ngantuk seketika menghilang ke ingat kejadian tersebut. Teriakannya ternyata terdengar hingga ke dalam rumah. Menepis sisa-sisa memori semalam, menggeleng kan kepala di depan si Ibu.
" Kamu kenapa Nak, sakit?"
" Ti-tidak. Ibu ke sekolah Elli antarin gak?". Menyantap sepotong roti tawar diberi selai.
" Gak. Ibu harus absen pagi-pagi. Nungguin kamu lama!". Suapan terakhir sudah di kunyah, meneguk air putih.
" Lama apanya Bu. Habis sarapan juga Elli langsung cusss !". Meneguk segelas susu.
" Apaan? Ibu gak yakin. Lihat tu handuk masih nempel !". Tunjuk si Ibu di atas kepala anaknya.
Uhuk uhuk uhuk !!
Kesedak susu, malah si Ibu menyodorkan tangannya itu untuk di cium. Tidak sempat minum lagi, sambil batuk-batuk mencium tangan Ibu yang akan pamit duluan ke sekolah.
" Hati-hati telat !" Nasehat si Ibu. Elli menganggukkan kepala sambil minum air putih.
Bayangan Ibu Sari sudah hilang di balik ruangan. Suara mobil sudah terdengar semakin menjauh. Elli berlari ke kamarnya untuk segera mengeringkan rambutnya yang tipis bergelombang dengan pendek sebahu.
" Bisa-bisanya de Javu gini !". Omelnya sendiri. Membenarkan rambut butuh beberapa menit, memberi pita kecil yang berada di belakang telinga. Menghalang helaian rambut yang jatuh. Merasa sudah pas, dia pun berlari kembali ke lantai bawah.
" Bi ! Aku berangkat kerja dulu ya !". Mengambil tas di meja makan.
" Ya Non. Hati-hati !"
Memakai sandal high heels pink nya lalu membuka pintu depan. Elli kebingungan melihat mobil yang sudah dia keluarkan dari garasi mobil tidak ada didepan pagar.
" Agh ! Ibuuuuuuu !!!!" Teriak Elli. Pasti Ibunya yang tega membawa mobil padahal sudah tahu dia akan telat lagi hari ini.
Mobil nya sudah dibawa pergi sedangkan yang satu masih terparkir dalam bagasi . Butuh beberapa menit lagi harus mengeluarkan nya. Mau tidak mau dia harus cepat, membuka pagar rumah selebar mungkin. Membuka pintu bagasi mobil, tenaga nya hampir terkuras pagi-pagi.
Beberapa menit lagi jam 8. Namun,baru saja memundurkan mobil dari bagasi. Entah kenapa mobil yang mau di keluarkan berasa aneh. Mesin nya menyala tapi ada yang kurang. Elli kembali keluar dari mobil membanting pintu mobil keras.
Matanya terbelalak" Bocor? Ya Allah. Sialnya pagi-pagi gini !"
Kesal setengah mati, mengambil barangnya di mobil. Lalu berjalan kaki keluar rumah.
Stelli P. W : Apa kalian masih belum berangkat. Aku butuh tumpangan. Ban ku bocor.
Menoleh ke rumah tetangga nya yang sepi. Lalu kembali jalan lurus menatap layar ponselnya.
Wawan Negara : Telat sih ngasih tahu nya. Aku baru aja nyampai parkiran
Stelli P. W : 😭😭😭 ( emoticon nangis )
Berjalan diterik paginya matahari. Mencari taksi yang lewat. Mau pesan ojek online pun sudah malas, rasanya tidak ingin hadir hari ini. Pasti kesialan akan menimpa nya lagi. Terbukti pagi-pagi sudah ketiban sial.
Wawan Negara : Aku jemput kah? Di mana alamat rumah mu?
Stelli P. W mengetik pesan .....
Tett tett tett !!!
Klakson mobil terdengar dari arah belakang. Ketika melirik, terlihat mobil putih berjalan pelan disisi nya. Elli heran tapi tidak mau mengambil pusing, yang harus dia pikir bagaimana caranya mendapatkan tumpangan ke rumah sakit dalam waktu secepat kilat. Kaca mobil menurun perlahan. Tampak wajah yang tak asing sudah terpampang jelas.
" Woi tetangga hobi teriak !! Ngapain pagi-pagi berjemur di pinggir jalan ?". Suara yang lantang, bernada dingin terdengar di telinga Elli pagi-pagi begini.
" Dokter ?" Ucapnya kaget alias pura-pura aja sih
Masa iya, seluruh umat manusia yang menghuni bumi ini. Cuma dia yang Engkau turunkan untuk menolong ku Ya Allah ?? Stelli Putri Wijaya
Menatap langit, seolah tidak terima dengan takdir di depan matanya kini. Sosok pria didalam mobil binggung melihat aksi Elli yang seakan tidak ingin memandang nya.
Kekuatan doa sang Ibu memang bisa jadi kenyataan ya, padahal kemarin aku menatapnya dekat malah biasa saja. Pagi ini kok bisa berbeda? Cantik ! Reijal Atmojo
Mobil berhenti. Pikirannya mulai tidak karuan. Menepis bayangan tidak jelas.
Apa-apaan aku ini? Cantik? Jelmaan Kunti begini cantik. Mungkin tadi pagi aku lupa mencuci mata. Akan ku periksa ke dokter mata, seperti nya jadwal Beliau hari ini ada. Reijal Atmojo
" Woi !!! Butuh tumpangan gak? Kalau gak aku tinggal ni ?!" Mobil bergerak mengikuti langkah Elli tidak henti
" Ta-"
" Tenang aku tidak mengigit mu pagi-pagi begini. Aku sudah sarapan tadi. Buruan, kita sudah terlambat !". Menunduk kan kepala melihat Elli dari balik jendela mobil.
Mengangguk. Membuka pintu mobil pelan, duduk perlahan-lahan. Menutup pintu saja pelan, sangking gugupnya. Dalam perjalanan hening, obrolan masih canggung. Terdengar suara kendaraan di jalan raya.
" Woi !!" Panggilnya membuat tubuh Elli kaget.
Menoleh pelan. " em "
" Apa Ibu ku tadi malam bicara yang tidak jelas? "
Memandang lurus ke arah badan jalan. " Ehm !". Sambil mengayunkan kepalanya.
" Apa mulut mu sudah kamu jahit tadi? Kenapa ehm ehm aja. Mulutku berbusa dari tadi bicara !". Bernada kesal.
Elli mulai kebingungan, bercampur takut dan gugup. Membuka cela bibir saja tidak sanggup. " Mantu !" Menjawab cepat, memejamkan mata.
Srtttttt!!!!!
Hanya dengan satu kata Kramat ditelinga nya mampu membuat mobil mendadak berhenti. Membuat kendaraan di belakang ikutan berhenti, alhasil mobil belakang otomatis menabrak mobil Reijal.
Menoleh pada Elli. Lalu dengan cepat keluar dari mobil dengan wajah sudah tidak bersahabat, aura panas mulai merasuk tubuh Elli. Tubuhnya membalik, melirik Reijal lagi berdebat pada pengemudi yang sudah menabrak kendaraannya.
Apa ku bilang ! Perasaan ku sudah tidak enak. Memang gak mau turun kerja hari ini !!
Jalanan macet akibat perdebatan di pinggir jalan. Jam terus berdetak, dia sudah telat jauh dari perkiraan nya. Mulai tak betah menunggu, diapun keluar membawa tas.
Perlahan mendekati Reijal. Suara lantang, keras saling beradu. Tapi terus mendekat. " Dok, ki-kita telat !"
Melirik Elli dengan sorotan tajam. " Diam kamu ! Urusan ini belum selesai. Lihat mobil ku rusak begini. Gak mau tahu, ganti rugi !". Omelnya pada si penabrak
" Kalau tadi gak berhenti tiba-tiba, mungkin aku tidak menabrak mu. Aku gak salah dong. Ngapain ganti rugi?!". Bernada santai, membuat Reijal memanas.
Mampus Gila ! ribet banget sih jadi orang.
Penonton mulai ramai, Elli mulai risih menatap pria muda versus pria tua di pinggir jalan saling beradu mulut bahkan tidak ada yang berinisiatif untuk mengalah. Mencoba melerai keduanya.
Tangan membentang ke kubu masing-masing. Tapi tangan mereka masih saling menunjuk. Alhasil, pria tua itu mulai kasar karena terpancing emosi. Kepala Elli di tonjol habis-habisan.
Srtt !!
Reijal memegang tangan Elli dan menariknya, sekarang dia berada di samping Reijal. Elli terus menatap tangan mereka yang menyatu.
" Pak Maaf sekali lagi, apa bapak tidak punya Istri? Apa bapak menjomblo hingga menua? Tidak tahu cara lembut sama perempuan kah?". Bernada lantang,sorotan mata membesar. Tidak terima karena perlakuan kasarnya pada Elli. Membuat pria tua itu mundur kebelakang selangkah.
" Eh Mas ! Jaga mulut ya. Saya emosi,ya maaf kalau saya kasar !".
" Baiklah, saya akan menuntut bapak, karena mobil saya hancur dan yang kedua. Bapak melecehkan wanita. Penonton disini bisa jadi saksi !". Membela diri
Tangannya kenapa makin erat sih !
Elli mengerang dalam hati, genggaman Reijal sudah erat sekali. Entah apa maksudnya, mungkin terpancing emosi. " Dok, sudah lah. Ki-kita pergi aja dari sini !". Ucap Eli terbata-bata
Akhirnya, pria tua itu meminta maaf dengan sopan atas perilaku nya yang kasar. Entah apa yang membuat pikiran nya berubah. Tapi syukurlah, semua aman dan damai. Seluruh penonton bubar. Begitu juga sebaliknya, si penabrak memberi sejumlah uang untuk Menganti rugi.
Ketika menyodorkan uang, Reijal menolak dengan lembut. Dia hanya meminta pria tua itu meminta maaf pada Elli dengan baik. Setelah semua usai. Mobil nya pun pergi.
" Anu Dok. Tangan saya ?" Ucap Elli risih dari tadi tangan mereka masih menyatu bagai sepasang kekasih.
Reijal menatap ke arah tangannya yang memegang erat jemari Elli. Di hempaskan nya dengan kasar. Lalu masuk ke dalam mobil . Mobil tertutup bernada keras. Elli masih ketakutan mengajak dia bicara.
" Ini salah kamu. Kalau tadi tidak ngucapin kata aneh itu gak akan kejadian !". Memulai obrolan dengan nada sensi
Mengepal tangan nya di atas lutut. "Ma-maafin saya !"
Reijal memandang Elli yang gemetar ketakutan mungkin saja karena dia sedari pagi terus membentak. " Sudah lah ! Bagaimana apa tadi sakit? Kalau sakit. Aku akan cari orang itu untuk ku hukum !".
" Ti-tidak apa-apa kok. Itu tidak sakit"
Kalimat terakhir membuat suasana kembali hening dan canggung. Mobil sudah memasuki kawasan rumah sakit.
_______________
Menyaksikan layar handphone. " Elli belum membalas pesan ku. Apa dia tidak hadir hari ini?".
Wawan Negara : Dokter Elli, kamu dimana?
Rizky Alatas : Di hati Abang
Membaca pesan dari Kiki, membuat Gara menoleh pada pria di hadapannya. Dan melempar buku karena kesal.
" Wih, santai Bro ! Khawatir banget. Paling juga Elli balas ". Goda Kiki
Sorotan mata Gara tidak biasanya memandang Kiki. Tidak ada candaan. Masih terlihat menatap layar ponselnya yang menyala.
Stelli P. W sedang mengetik...
" Tu Elli ngetik. Khawatir bener !" Kiki memperlihatkan pesan wa yang terpampang nama Elli lagi mengetik
Stelli P. W : Di belakang kalian
Sontak Kiki dan Gara bersamaan menoleh. Betul saja, Elli sudah berdiri memperlihatkan senyum manis di depan rekan kerja nya. Gara berdiri dari kursi, menanyakan dirinya yang sempat menghilang.
" Santai bro. Nanya nya satu-satu !" Oceh Kiki yang duduk manis sambil membaca rekam medik dari pasien
Gara menyoroti Kiki sekilas. Lalu kembali ngobrol berdua dengan Elli yang sedikit panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments