MTM #17 Misi

____

" Status Elli gak biasanya galau gini. Mungkin dia lagi ada masalah ?". Membaca status Elli namun masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah karena baru selesai mandi.

" Aku tahu itu. Dia tadi ke makam ku, nampak sedih dan menangis. Cuma bilang kalau ada pria yang kasar sama dia, entah namanya siapa !". Ucap teman Fikran duduk di atas kasur.

" Pria ? Siapa? ". Tanya Fikran seperti menyelidiki

" Em. Seperti nya aku tahu siapa dia. Aku ingin membalaskan perbuatan dia untuk Elli !". Imbuh nya semangat hingga bangkit dari tempat tidur.

Meletakkan handuk kecil di sandaran kursi. " Bagaimana cara mu membalasnya? Apa kamu sudah bisa menyentuh benda?".

Berpikir sejenak. Kemudian, mengingat kejadian yang dia alami. " Tadi di ruangan mu, aku tidak sengaja menyentuh buku di atas meja. Dan menjatuhkan nya ".

Duduk di samping Gery. Meletakkan ponsel di atas kasur, fokus memandang temannya itu. " Terus gimana? Apa ada yang melihat mu?".

Menggeleng. " Lihat sih gak, tapi Elli mendengar suara buku jatuh. Pastinya dia lari ketakutan !". Kejadian itu terulang di memori kepala nya, tertawa pelan mengingat lucunya Elli berlari di tambah ekspresi ketakutan. Sungguh menggemaskan.

Fikran mencoba berpikir bagaimana caranya dia membantu dalam pembalasan teman yang belum lama ini dia kenal, namun baiknya Fikran mau membantu Gery. " Bagaimana bisa kamu menyentuh benda itu? Apa  kamu ada ritual tertentu?".

Mendengar kalimat tersebut, Gery kaget. " Kamu kira aku Mbah Dukun?". Ketusnya.

Tersenyum kecil. " Siapa tahu aja kan? Lalu bagaimana bisa kamu menyentuh benda. Coba perlihatkan padaku !". Suruh Fikran

Memikirkan benda apa yang harus dia sentuh dahulu. Mencari sekeliling, terpana melihat ponsel milik Fikran. Tangannya mencoba perlahan-lahan bergerak, membuat Fikran di hadapan Gery penasaran. Mengepal tangan setinggi dada, maju mundur layaknya memberi semangat teman barunya itu tanpa suara.

Tok tok tok !

" Aduh dikit lagi !". Rengek Fikran. Lalu menoleh ke arah ketukan pintu kamarnya.

" Kak, ayok makan. Di tunggu Bunda !". Sahut Roni dari luar kamar.

" Makan lah aku ingin jalan sebentar keluar. Nanti aku kembali, memperlihatkan bakat ku yang terpendam !". Ucapnya bangga dengan membusungkan dada nya sendiri.

'OK' jarinya berbentuk bulat. Oke aku paham, seperti itulah gambaran ucapan Fikran. Dia berlalu keluar kamar. Sedangkan, teman yang bahkan bisa di bilang bukan sejenis manusia itu berkeliaran keluar rumah malam-malam.

________

" Ezad sudah ready gak?". Kata Elli melihat ponakannya itu yang sedang di gandeng sang Ibu.

Suasana malam di rumah Elli mendapat kunjungan dari Gara, sesuai ajakan Elli sendiri. Mereka akan jalan-jalan bersama Behzad sekaligus refreshing . Gara sudah tiba dan duduk di sofa bersama Elli menunggu Behzad memakai baju yang dibantu Bu Sari. Sikapnya di depan orang baru memanglah pendiam. Terlihat hanya mengangguk saat di tanya Elli.

" Kalian hati-hati ya jalannya ". Kata Ibu pada kedua sosok anak yang duduk di sofa dengan senyuman. Beralih ke cucu nya. " Ingat kata Nenek, jangan nakal ! Nanti kalau nakal di suntik Aunty !". Sambung si Ibu . Sahutan tidak ada dari si Cucu, hanya diam tak bergeming di susul angguk kan kepala.

" Ayok sama Aunty !". Meraih tangan mungil Ezad. Disusul Elli dan Gara menyalami sang Ibunda duduk di sofa. " Hati-hati ya Nak Gara, Ibu titip anak Ibu sama Cucu kesayangan Ibu !". Ucapnya usai disalami sosok pria manis itu.

" Baik Bu. Saya akan jaga !". Menjawab balik serasa bangga nya dia di beri tanggung jawab besar.

Ketika di dalam mobil. Si ganteng Behzad di pangkuan Aunty Elli sedangkan Gara menyetir mobil. Baru saja mobil itu beranjak keluar dari kawasan rumah Elli. Sepintas, dia melihat sosok pria dewasa berdiri diam di teras rumah. Siapa lagi kalau bukan pria yang hari ini begitu ingin dia hindari seumur hidup nya !.

Aku tidak membenci mu ! Hanya saja sifat mu sangat menyebalkan dan angkuh ! Elli

Lama kelamaan, ponakannya itu jadi semakin nempel pada Gara. Awalnya jaim saat di dekati, tapi memang Gara pintar mengambil hati anak kecil tak terkecuali Behzad sendiri. Sekarang, dia sudah menampakkan sifat aktifnya di depan Gara. Menggemaskan sih, untung saja Elli dan Gara tidak kewalahan menghadapi sikapnya.

Mengunjungi tempat bermain di salah satu Mall di kawasan kota, tampak anak yang di panggil Ezad itu sangat antusias. Terkadang merengek hanya untuk mendapat gendongan di pundak Gara.

" Uncle Gara, Ezad pengen mobil itu !" Ucapnya menunjuk penjual mainan.

Elli mendengus pelan " Sayang, jangan repotin Uncle Gara. Nanti Aunty belikan ya !". Menyentuh pelan pipi bulatnya.

" Gak mau. Maunya Uncle Gara yang beliin !". Tanda-tanda mau merengek.

" Ya sudah gak papa kali El, lagian buat kenang-kenangan dari ku ." Menatap wajah Elli yang ditekuk. " Let's go !". Ucapnya membuat Ezad semangat berada di atas pundak Gara. Mungkin dia merasa sedang naik pesawat terbang.

Ketika mereka asik membeli mainan. Ponsel Elli berdering. Ternyata video call dari si Kakak.

" Dek, kata Ibu. Ezad lagi jalan ya sama kamu. Anak Kakak mana?". Terlihat dari layar ponsel si kakak sedang menikmati makan malam outdoor.

" Iya kak. Tu lagi minta beli mainan sama Gara !". Keluh Elli menunjuk ke belakang nya. Memperlihatkan anak yang di gendong di atas pundak pria dewasa.

Melonggok. " Itu siapa Dek? Pacar kamu ya? ". Mendengar kata Pacar, sang suami muncul dari layar ponsel.

" Mana lihat. Ganteng gak? Jangan aneh-aneh disana !". Sambung si kakak iparnya itu.

" Siapa El ?". Gara tiba-tiba mendekat menatap layar ponsel yang Elli pegang.

" Itu kakak ku, Ayu dan yang itu suaminya kak Putra !". Memperkenalkan keluarga kecilnya. Mereka melambai dari kejauhan. Di balas senyum oleh Gara.

" Mamah ! Papah !" Sorak Behzad.

" Hei anak mamah yang ganteng. Jangan nakal ya sayang. Nanti mamah bawain oleh-oleh. Kakak mau apa?". Menawar sesuatu. Putra merebut ponselnya. " sayang. Papah kangen !". Ceplosnya melambai jauh.

Namanya video call, suara nya terdengar kemana-mana. Memang mengundang perhatian orang tapi mereka tidak memperdulikan hal itu.

" Kakak mau mainan sama mamah ". Ceplosnya lucu sambil memegang Action Figure superhero.

" Loh Papah gimana?". Sambung Putra melemas

" Ehm. Papah juga sama minta adek baru !". Perkataan lucu itu membuat tertawa Elli dan Gara apalagi orang tuanya. Polos-polos lucu.

Disudut lain~

Apa yang ku saksikan? Elli tersenyum bersama seorang pria. Dan itu, eh bukannya teman kerjanya Fikran?!. Syukurlah kamu bisa senyum El. Aku sudah tidak begitu khawatir sama kondisi mu sekarang ! Gery

Di antara manusia yang berlalu lalang, Gery kini diantara mereka. Menyaksikan adegan yang mungkin dia harapkan atau mungkin tidak. Hatinya memang masih menyimpan perasaan begitu dalam, tapi dia juga ingin melihat wanita itu tersenyum setelah tadi siang Elli berkeluh kesah di rumah terakhir nya.

Ada secercah harapan didalam hati Gery untuk kebahagiaan Elli. Sedikit tenang sudah menatap senyum manis Elli bersama pria lain . Berbalik arah, cukup rasanya dia memandang kebahagiaan mereka. Ada senyum menghiasi bibir Gery, ada sedih yang singgah di hatinya .

Seumpama nya, sekarang dia yang disisi Elli. Mungkin itu sangat membahagiakan. Yap, iri ! Tapi sudahlah. Dunia mereka sungguh berbeda. Kini, Gery berjalan seperti biasa. Menunduk dan keluar dari area Mall tersebut lalu kembali ke kediaman keluarga Fikran.

" Hei dari mana saja. Aku dari tadi menunggu mu !". Melihat teman yang baru saja menembus dinding kamarnya.

Tekukkan wajah sirna. " Aku jalan-jalan, soalnya bosan !".

" Duduklah sini. Kamu bahkan bisa duduk di kasur, kenapa tidak bisa menyentuh benda ?". Tanya Fikran heran.

Mengikuti arahan, dia pun duduk di kasur. " Masa iya aku melayang terus? Aku aja bisa berdiri jadi gak ada alasan untuk tidak bisa duduk kan?". Celotehnya.

" Hus ! Sudah ! Mana perlihatkan bakat mu itu, aku penasaran !".

" Iya iya . Sabar !".

Seperti awal, menyentuh ponsel Fikran yang sedari tadi masih setia di atas kasur dan sedikitpun tidak bergeser. Tangannya perlahan maju menuju ponsel di sudut kanan mereka berdua. Namun sayang, jari tangan Gery menembus ponsel Fikran. Dia pun heran, siang bisa kenapa malam tidak bisa.

" Tembus !". Ucap Fikran binggung menatap temannya itu

Gery memandang telapak tangannya." Aneh, siang tadi bisa. Sekarang tidak !".

" Mungkin kamu perlu latihan tiap hari. Ayolah semangat !" . Fikran tersenyum sekilas.

" Hei ! Itu baru senyum yang tulus. Coba ulangi lagi !". Tunjuk Gery

Heran. " Hah! Begini?" Memperagakan senyum seram nya kembali bersamaan aura hitam nan gelap muncul di balik dirinya.

" ih bukan. Itu lebih seram dari hantu. Masa hantu senyumnya manis dari pada manusia? Lihat aku. Begini senyum yang manis ?!". Benar, Gery memang manis saat tersenyum tapi seperti iblis bertanduk jika marah.

Malah jadi Fikran yang dia latih untuk tersenyum, mengundang gelak tawa untuk Gery melihat diri Fikran yang masih saja kaku.

" Tahu tidak. Meski aku di alam yang sama dengan Mami ku. Aku belum bisa berjumpa dengan dia !" . Gery mendadak bercerita sedih.

" Kenapa? Apa hubungan mu sama Mami mu itu kurang baik?". Fikran menindaklanjuti cerita Gery.

Mengangguk. " Bisa dibilang begitu. Dulu aku selalu mencari alasan agar Mami ku itu memperhatikan ku. Sayangnya tidak berhasil. !". Tertegun melihat lututnya sendiri

" Sudahlah jangan sedih. Selesaikan misi mu di sini, baru kamu kembali dan berbicara sama Mami kamu. !". Fikran menasehati lembut.

" Betul juga. Aku harus menyelesaikan misi ku. Aku ke sini untuk membantu Elli mencari kebahagiaan yang kekal dari seorang pria beneran tulus pada Elli !". Ucapnya penuh semangat .

" Begitulah harusnya hantu. Gak boleh sedih !". Goda Fikran yang dapat pelototan dari Gery. " Latihan dulu baru rencanakan balas dendam !". Sambungnya lagi.

___________

Sedangkan itu, hari mulai malam. Behzad sudah tertidur pulas di pangkuan Gara. Bahkan bocah itu tidak mau melepas rangkulannya dan Elli lebih memilih menyetir mobil. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di rumah jam 9 malam. Gara mengendong pelan ponakannya itu agar tidak terbangun.

" Assalamualaikum !". Sahut mereka berdua memasuki rumah

" Walaikumsalam. Eh cucu nenek ketiduran?". Jawab balik Bu Sari

" Ya Bu. Kamarnya dimana. Biar saya yang antarkan !". Bu Sari lalu mengarahkan kamar nya membuka pintu. Kemudian di rebahkannya Ezad yang masih tertidur pulas.

" Makasih ya Nak Gara !" .

" Sama-sama Bu. Saya pulang dulu ya". Pamitnya mencium punggung tangan Ibu dari wanita yang dia sukai.

Gara pun keluar dari pintu di antar oleh Elli. " Gara makasih ya atas waktunya. Jangan bosan main ke sini apalagi sama Ezad !". Senyumnya

Menoleh. " Gak bosan kok kalau sama kamu apalagi sama keluarga mu ! Sudah sana tidur, aku pulang dulu !". Membalas dengan senyum.

" Hati-hati !". Elli melambai sembari mengukir senyum lebar di bibirnya sampai Gara memasuki mobil. Ya ya ya, senyum itu buat Gara merasakan kebahagiaan yang hakiki. Mobilnya pun berlalu dari sana.

Yes ! Aku selangkah lebih maju dari yang lain. Tapi Elli tidak menceritakan kesedihan nya padaku. Setidaknya, dia sudah melupakan itu saat bersama ku. Terimakasih Ya Allah. Gara

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!