Usai sudah pekerjaan hari Minggu, waktunya bergegas untuk pulang ke rumah. Kiki bersama Gara sudah pamit duluan karena ada urusan mendadak. Fikran masih ditugaskan ruang IGD mengantikan dokter umum lain yang mengambil cuti karena melahirkan. Sekarang, dia mulai di sukai para petugas medis dimana-mana. Terutama wanita.
Di ruangan masih terduduk memainkan hp nya yang tak jelas, mengumpulkan tenaga lahir batin untuk memulai pertarungan dalam diri sendiri. Mensugesti diri agar jantung tidak berdetak makin kencang. Kalau tidak, itu akan membuat dia merasa malu,sungguh memalukan.
" Agh !! Jantung bodoh ! Aku ini Tuan mu, kamu itu milikku. Jangan mengkhianati ku ! Bersikaplah seperti biasa. Kalau tidak akuuuu.... Em.. ahh, pokoknya biasa saja jangan dag dig dug Mulu !". Omelnya dan terus mengomeli diri sendiri di dalam ruangan sepi. Menunjuk-nunjuk bagian dadanya. Seperti lagi memarahi orang.
" Walaupun berkata tidak di bibir tapi hatimu berkata iya. Cobalah buka sedikit hati mu, kamu tahu rasa suka itu mulai munculkan. Kenapa kamu tutup-tutupi? ". Lagi, dia muncul dan duduk di kursi kosong berdekatan dengan Elli. Mengamati raut wajah wanita itu dengan sangat dalam. Ada rasa rindu belum bisa dia lepaskan, tapi keadaan lah yang membuat dirinya tidak bisa bersatu dengan Elli.
Mengambil nafas sedalam-dalamnya ditahan beberapa detik kemudian dia hembuskan. Berdiri mengandeng tas lalu berjalan mendekati pintu. " Bismillah, semoga hatiku ini bisa di ajak kompromi. Gery bantu aku !!!". Selangkah ke depan memegang handle pintu.
Bruk !
Suara buku jatuh dari atas meja. Spontan sudah menoleh kearah belakang, melihat tiap sudut ruangan tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya sendiri. Perlahan membuka pintu tanpa ada suara. Ketika sudah berada di luar, secepat kilat dia berlari ketakutan. Memasuki lift, berkali-kali memencet tombol sangking takut dan ingin cepat masuk ke dalam mobil.
" Hantuuuuu !!!!" Elli berteriak sampai memantul ke langit-langit plafon
" Upsss !! Maaf aku tidak sengaja !". Ucapnya merasa bersalah melihat Elli berlari terbirit-birit dari ruangan.
Pakkkkkkk !!
Melirik " Heh Kunti ! Kenapa? Habis ngaca ya takut lihat diri sendiri ?!". Reijal mendengar pintu mobil di tutup Elli begitu keras sampai bersuara. Menatap Elli wajah dan ekspresi menggambar suasana ketakutan.
" Tadi di ruangan buku di meja tiba-tiba jatuh. Gak ada orang, cuma ada aku. Gak ada angin,badai, hujan, petir dan sebagainya tiba-tiba bruk jatuh. Terus aku lihat gak ada siapa-siapa, aku buka pintu pelan terus sudah didepan aku lari sampai masuk lift. Aku merasa ada yang ikuti, ak-"
" Agh ! Sudah sudah sudah ! Jangan cerita lagi, kalau mau konsultasi kegilaan mu sana ke psikiater aja. Aku mau pulang !." Membantah penjelasan panjang Elli, sudah tidak sanggup mendengar ocehan cepat tanpa titik koma yang dia dengar.
Mobil sudah keluar parkiran kembali membelah jalan raya nan ramai dan besar. Mendongak ke samping, ekor matanya melihat Elli seperti masih memikirkan kejadian aneh yang baru saja dia jelaskan.
" Ini air, di minum biar gak resek dan gesrek !!!". Tangan kiri menyodorkan sebotol air mineral sedangkan sepasang mata fokus ke badan jalan lalu di tangkap Elli dan meneguknya.
Ya, meneguk air sangat terburu-buru. Suara di tenggorokan pun nyaring di dengar Reijal. " Pelan-pelan. Jangan di telan botolnya!". Cetus Reijal tertawa sangat pelan melihat tingkah wanita dewasa yang kehausan sehabis jalan dipadang pasir kering.
Ketika Reijal kembali menoleh ke arah Elli. Brush !!!!! Semburan ala Mbah dukun melayang cakep ke arah wajah tampannya.
Srett !!
Menginjak rem, membuat mobil berhenti pas di dekat tol jalan. Orang penjalan kaki memperhatikan mobil tersebut nampak heran namun enggan bertanya.
"Ma-maaf Pak !". Kata sopan keluar dari bibir Elli. Kebingungan mencari letak kotak tisu yang semula di depan nya. Reijal masih memejamkan mata nya. Kelihatan wajah mengerut tidak suka malah seperti iblis yang ingin keluar dari tubuhnya.
Mampus Gila ! Nyawa ku semakin hari semakin terancam. Guys !! Elli
" Ada apa dengan mu? Ini muka bukan wastafel ! Bersihkan atau tidak jilat atau aku mengigit lehermu !!!!!". Bentakan keras nyaring mengarah Elli. Seolah mulut terbuka lebar hanya untuk mengeluarkan kata amarah ke Elli. Tangan itu sudah mencengkeram erat kerah baju Elli. Lalu di hempas membuat rasa takut semakin menjadi.
Ini adalah mobil pribadinya letak tisu bahkan tidak dia ketahui. Tangan gemetar mendengar bentakan nyaring di lontarkan Atasan kerjanya. Siapa yang tidak marah kalau main sembur sembarangan tempat. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Nihil. Tangan bersama jari nya masih bergetar.
" Woi !!! ". Teriaknya lagi menambah ketakutan Elli. Dia bahkan tidak pernah mendengar orang berbicara kasar apalagi meninggikan suara ke telinga Elli. Kesana kemari mencari tisu belum dia temukan. Hati Reijal mulai geram. Lagi kedua kalinya Reijal menarik kerah baju Elli mengguncang tubuh nya. Matanya masih terpejam, dia enggan menepis air menguyur wajah hanya dengan satu jari pun, segitu jijiknya dia.
" I-iya !". Tangan masih terus menarik kerah baju. Elli mengambil jas putih kebanggaan untuk membersihkan air itu. Ya, air itu sedikit demi sedikit sudah tersapu bersih. Namun ketakutan, gemetarnya tangan membuat air mata itu terjatuh tanpa sadar. Pertama kali dalam hidupnya seorang pria begitu kasar dengannya.
Berhasil sudah misi membersihkan yang berujung dari gigitan sang pemangsa ganas dihadapan nya. Kedua mata nya sudah terbuka membesar menatap wajah Elli sungguh membuatnya merasa bersalah. Bersamaan itulah, baju Elli sudah di lepas pelan. Air mata nya masih perlahan jatuh, menghiasi kedua pipi.
" Maaf, aku minta maaf. Aku akan naik taksi sendiri !". Mengambil jas nya dan tas lalu keluar dengan menyeka air matanya cepat. Reijal nampak ingin menahan Elli yang keluar dari mobil. Tapi dia lebih mementingkan gengsi.
Apa yang ku lakukan? Aku lupa kalau dia wanita !! Reijal
Membenturkan kepala berkali-kali ke setir mobil. Sudah merasa bersalah tapi enggan beranjak keluar dari mobil menahan si pemilik mobil pergi. Dari kaca depan, terlihat Elli sudah memasuki taksi dengan wajah seperti itu, pasti menjadi pusat perhatian orang atau orang akan berpikir dia lagi berantem sama kekasihnya.
" Kalau Emak tahu, aku pasti akan di usir dari rumah atau nama ku di hapus dari daftar keluarga !!". Menerka-nerka apa yang akan Ibundanya lakukan nanti saat tahu Elli yang sangat disukai Bu Linah menangis karena anaknya sendiri.
Reijal mengikuti arah taksi yang membawa Elli. Beberapa menit dia merasa kalau taksi yang di ikutinya tidak menuju pulang. Malah berhenti ke toko penjual bunga.
_____________
" Hei teman !" Sapanya melihat Fikran mencatat perkembangan pasien
" Ehm !" Balas Fikran singkat tanpa melirik.
" Aku pergi sebentar, aku merasakan ada yang mengunjungi rumahku !". Katanya pada Fikran yang masih asik dengan kerjaan bukan duduk di sudut ruangan seperti kemarin. Sedikit membuka cela untuk hidup normal.
" Ehm. Hati-hati !". Balas Fikran membalas dengan senyum tulus. Lalu temannya hilang sekejap mata.
___________
" Makam ?" Mata yang terbelalak melihat kunjungan Elli. Sungguh diluar dugaannya. Mengamati gerak-gerik keluar dari taksi dan sudah berjalan memasuki pemakaman. Suasana masih terik sungguh tidak peduli, sinar mentari di siang hari yang menyengat cukup panasnya. Melangkah pelan, Reijal mengikuti dari belakang tanpa ketahuan Elli yang masih menunduk memperhatikan langkah kakinya.
" Elli ?!!!" Dia, sosok laki-laki yang sudah berdiri di ujung tepi pemakaman. Berbusana kasual menatap Elli membawa buket bunga mawar.
Sedangkan Reijal masih mengikuti jejak kaki Elli yang entah kemana. Tak lama Elli sudah menjongkok di tepi makan bertulis kan nama Gery Mahesa.
Tahu tidak dia siapa? Dia adalah laki-laki pertama yang dia sukai semasa SMK dahulu. Berandalan dan terkenal nakal di sekolah. Kerjaannya, keluar masuk ruang BK. Ya, belum sempat mengatakan perasaan suka, Gery sudah terlebih dulu meninggalkan Elli karena suatu kejadian yang tidak dia ketahui. Gery meninggalkan seluruh rasa yang masih belum dia ungkapkan oleh Elli.
Layaknya mengunjungi pemakaman, menebar bunga dan membaca doa-doa didalam hatinya. Air mata itu telah kering bersama panasnya matahari siang ini. Berdoa dengan sangat khusyuk.
Sedang apa dia? Bukan kah orang tuanya lengkap begitu juga kakaknya? Siapa yang dia kunjungi? Reijal
Bersembunyi dibalik pohon di tengah pemakaman. Mengintip dari sudut ruang kosong ranting kecil, nampak jelas berhadapan dengan Elli. Begitu hikmat menadahkan kedua tangannya sembari mengucap doa di depan makam yang tidak di ketahui Reijal dengan pasti.
" Aamiin !" Ucapnya menyapu wajah dengan telapak tangan yang dia tadahkan, berharap doa tadi sampai ke atas langit tempat dia berada.
" Hei. Apa kabar kamu disana? Semoga tenang ya. Aku rindu sama kamu, datang lah ke mimpi ku. Aku ingin cerita banyak tentang hari yang ku jalani tanpa mu. Begitu menyebalkan. !!!"terus menatap dalam batu nisan didepannya, tersenyum tapi senyum yang palsu dia pasang.
" Aku disini. Aku belum tenang. Aku juga rindu kamu El, apa yang terjadi padamu hari ini? Kenapa tiba-tiba datang ke makam ku?" Sambungnya meskipun Elli tidak merasakan keberadaan apapun di dekatnya kini.
Terus membayangkan kenangan manis yang berlalu menjadi masa lalu. Ceria nya saat masih bersama. Canggung nya disaat rasa itu mulai meraba keluar dalam diri Elli. Moment yang mungkin masih melekat di hati juga pikirannya, semua itu sudah keluar di barengi dengan rintikan air mata Elli yang terjatuh lagi.
" Tahu tidak hari ini apa yang membuatku ke sini?" Menyeka air matanya lembut . " Aku memiliki Ayah yang sangat memanjakan ku, ada kakak yang begitu sayang padaku dan Ibu sering mengomeli ku dengan lembut. Tapi hari ini ada orang yang baru, seorang pria tidak jelas sungguh kasar. Berteriak dan parahnya dia menarik baju ku, untung saja gak robek !" Sesunggukkan, tangisan yang tak tertahan kan. Jiwanya terguncang.
" El sudah jangan sedih ! Aku akan membalasnya. Siapa dia ?" Berjongkok dihadapan Elli. Ingin tangan itu menyentuh dan menghapus butiran kecil di pipinya. Namun, itu semua butuh tenaga ekstra.
Kenapa dia menangis ? Reijal
Karena jauh, Reijal tidak dapat mendengar keluh kesah yang dia rasakan karena perbuatan spontannya. Hanya bisa memandang raut wajah kesedihan itu. Entah kenapa batinnya mulai merasa bersalah.
" Aku rindu kamu, senakal-nakalnya kamu. Kamu tidak pernah kasar padaku. Aku bukan lemah, dibentak aja marah. Tapi entah kenapa itu menyakitkan buat aku. Gery !! Aku-" mengambil nafas . " Semoga tenang di sana. Andai kamu ada. Aku pasti datang memukulmu karena berani meninggalkan aku seperti ini !" Ucapnya mengelus batu nisan bernama Gery Mahesa.
" Bagaimana mau tenang, kalau keadaan mu begini terus. Aku akan membalasnya !!". Mengepal tangan yang bertumpu pada kedua lututnya, rasa geram itu telah sampai ke ubun-ubun kepalanya. Entah apa rencana balas dendam yang terucap. Hanya dia yang tahu !
Air mata sudah sirna. Pipi basah, mata sembab. Sesungguhnya, hati kecil Elli belum bisa menerima kenyataan sejak dulu kalau Gery begitu cepat pergi dari dunia. Buket mawar pertama sudah dia letakkan dia atas makam Gery. Mengusapnya lagi dengan sangat lembut. Berandai kalau usapan itu adalah kepala Gery.
Senyuman di atas kepedihan hatinya masih bisa dia tebarkan. Sungguh manis, begitulah pikir Gery. Beranjak dari makam itu kembali berjongkok pada makam sebelahnya. Reina Matsushima, dia Ibu kandung Gery. Sifatnya memang tidak baik tapi dia tetaplah Ibu kandung Gery, laki-laki yang amat sangat dia cintai.
Berdoa dengan memejamkan mata. Sejenak berdoa dengan tenang lalu memberi bunga mawar kedua di atas makam Beliau. Masih menebar senyum tulus membuat laki-laki memperhatikan dirinya membalas juga dengan senyum. Meskipun tak terlihat. " Mami Reina, semoga tenang di sana. Titip Gery ya !". Sesingkat itu pesan Elli lalu kembali berdiri dan keluar dari pemakaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments