Elli bersama rekan tim nya sibuk bekerja. Hingga jam setengah 11 pekerjaan nya mulai renggang. Dokter Daniel pun sudah tidak mendampingi mereka, di susul Bu Caca yang memiliki pasien di ruangan pribadi nya.
Elli bersama Gara berdiri di tepi pagar lantai dua, tampak dari atas kunjungan pasien di loket tidak begitu banyak.
" Tadi malam ngetik apaan sih, aku gak bisa baca nya ?!" Tanya Gara
" Jangankan kamu gak bisa baca, aku juga kok. Itu typo aja, karena jalan lurus eh nabrak pintu. Hehe !". Terpaksa mengarang cerita agar tidak ketahuan kalau faktanya karena Atasan Mesum itu melempar bantal ke wajah Elli.
Gara ikut tersenyum kecil. " Dokter ada-ada aja !".
Tertawa bersama. Namun, mata Elli jeli melihat hal aneh yang sedang berlangsung di bagian loket. Tampak seorang Ibu mengendong anaknya dan mengandeng satu lagi bocah. Suara nya begitu samar-samar. Hanya raut wajah yang sedih seperti memohon.
" Ibu itu kenapa?" Ucap Elli sambil menunjuk ke bawah.
Belum sempat Gara mengeluarkan kata-kata, Elli sudah berjalan cepat menuju lift hingga dia terpisah dengan Gara. Beberapa menit sudah sampai di depan loket pendaftaran.
" Maaf, ini ada apa ya Mbak?" Tanya Elli pada petugas loket .
" Maaf Dok. Ibu ini tidak membawa kartu kesehatan jadi tidak bisa berobat !" Jelasnya membuat Elli sedikit geram.
Menoleh pada pasien. " Siapa yang sakit Bu?"
Mengelus kepala anaknya yang dia gandeng." Ini Dok, dia demam tinggi. Saya lupa membawa kartu itu. Kalau saya kembali, jauh sekali !".
" Apa Ibu ada Uang?" Tanya Elli.
Pasien yang mendaftar biasanya ada dua tipe, membayar dengan sejumlah uang atau menggunakan kartu kesehatan sebagai alat pembayaran. Kartu tersebut biasa di peruntukan kepada orang-orang yang jauh dari kata mampu dari segi ekonomi.
Saat menanyakan uang, Ibu itu diam. Elli membawa beliau duduk sebentar di bangku tunggu. Agar lebih bisa mengobrol pelan. Mungkin saja, ibu tersebut sedikit malu dengan keadaan nya yang sedari tadi memohon. Belum lagi, beliau menjadi pusat perhatian.
" Sebentar, adek saya periksa dulu ya ". Anak itu tampak diam saat tubuhnya diperiksa. Suhu badannya memang panas. Dia tampak menggigil dan pucat.
Elli melepas sandal high heels nya membuat sejumlah orang binggung. Tampak sudah kaki putihnya menyentuh keramik rumah sakit. Dia sudah tidak bisa menahan diri. Anak itu di gendong nya ke IGD berlarian hingga melewati Gara didepannya.
" Bawakan sandal ku Dok !". Melirik Gara sedikit.
Mereka sudah di ruang IGD membaringkan bocah malang itu di tempat tidur. Kemudian di tangani oleh Dokter yang berwewenang di IGD.
Ibunya tidak berkutik, Elli menenangkan si Ibu. " Tenanglah Bu, nanti saya tanggung biayanya ".
Entah lah, rasanya wajah Ibu ini membuat Elli iba. Beliau terus mengucap syukur dan terima kasih. " Terimakasih Dok. Semoga Dokter murah rejekinya dan panjang umur"
Elli mengelus punggung si Ibu. Ketika jiwa Ibu ini sudah tenang. Elli membawa nya ke loket untuk mendata identitas anaknya. Gara sudah berdiri di dekat Elli. Seakan terpana melihat sosok Elli hari ini.
Kamu cantik juga baik hati ya El. Gara
" Ini sandal Dokter !". Di taruh di ujung kaki Elli yang sedang duduk bersama si Ibu.
" Makasih !". Senyumnya lalu memakai kembali sandal berhak tinggi itu tanpa membersihkan lagi telapak kakinya .
" Apa Ibu sudah makan?" Tanya Gara sambil menyentuh bayi yang dia gendong
" Sudah Dok !". Bersamaan itu sejumlah petugas medis keluar. Bocah bernama Ahmad dikatakan hanya terkena demam tinggi. Jadi harus di rawat inap untuk beberapa saat hingga demamnya turun dan stabil.
Tak lama waktu menjelang siang, Ahmad sudah di pindah kan di ruang rawat inap. Masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Bersama Gara, Elli pamit sebentar untuk kembali ke ruangannya.
_________
Pakkk!!!!
Melempar laporan ke meja dengan keras. " Ku dengar, ada kekacauan yang kau perbuat di lantai bawah. Sampai-sampai Dokter baru mengatasi nya langsung?".
Tertunduk gugup. " I-iya Dok. I-ibu itu tidak membawa kartu kesehatan nya!".
" Terus?" Menatapnya dengan kebencian
" Dokter itu melepas sandalnya la-lalu mengendong nya ke IGD. " Masih gugup.
Sang Atasan, Dokter Reijal Atmojo telah mendengar laporan simpang siur di rumah sakit, berita yang cepat sekali menyebar padahal baru juga kejadian. Petugas loket terus di interogasi oleh atasan langsung. Gugup, gemetar ketakutan di hadapan pimpinan Rumah Sakit.
Menekan tombol di telepon rumah sakit. Sambil menatap wanita yang bertugas pagi di loket pendaftaran pasien.
" Halo"
" Halo"
" Apa ini ruangan tempat Dokter Daniel Cristian?" Ucap Reijal
" Iya !" Jawab Fikran
" Apa Dokter Elli ada di tempat?"
" Tidak ada !"
" Beritahu dia, ke ruangan Pak Reijal sekarang !"
" Iya !"
Fikran memutuskan telepon secara mendadak. Membuat Reijal sedikit binggung. Lalu kembali ke wanita di depannya.
" Beritahu pihak petugas di IGD dan apotik untuk tidak memungut biaya apapun atas nama anak Ahmad dan Ibunya Lastri. Ini memo saya ! Sampaikan ke mereka!!". Perintah nya memberikan memo berwarna kuning.
" Ba-baik Dok !"
" Sudah pergi sana. Kalau saya dengar ada kekacauan lagi. Saya keluarkan kamu !". Mengancam wanita itu
Menunduk kan kepala. " Baik Dok. Terimakasih".
Reijal sendirian di ruangan. Menatap layar laptop dengan serius. Adegan demi adegan dia perhatikan Elli begitu antusias menolong bocah dan Ibunya tadi pagi. Video itu dia dapat dari ruang cctv. Mengulang tiap adegan dan mencoba berpikir jernih tentang sifat wanita yang baru saja menjadi tetangga nya.
Ternyata di saat dia lari, cantik juga. Rambut yang bergelombang itu tertiup angin.
Menggeleng kan lagi kepalanya secara cepat, agar pikiran tadi segera menghilang. Sedetail itu Beliau memperhatikan Elli, memang kamera cctv tidak terpasang begitu jauh. Cukup memperlihatkan aksi rambutnya ikut tertiup hembusan angin.
Mata ku memang sudah rusak ! Jelas-jelas aku hanya melihat ujung kepalanya dan punggung belakang nya doang !! . Aku harus periksa mata sekarang.
Di batasi pintu. Ruangan asisten nya berada di dekat ruangan Reijal. Menemui Pak Asisten. " Kalau ada dokter berambut keriting yang hobi teriak, bilang pada nya. Tunggu sebentar. Saya mau periksa mata !"
Berdiri menunduk kan kepala sebagai rasa hormat. " Baik Dokter !",
__________
" Kiki dimana?" Tanyanya pada Gara
" Katanya bersama Bu Caca. Oiya Dokter El mau kemana? Makan siang?"
" Kantin. Mau belikan Bu Lastri makanan sebentar ".
Elli dan Gara sedang menuju kantin. Dia memesan makanan dua bungkus dan yang lainnya. Gara juga ikutan aksi Elli. Lalu bersama menuju ruangan Ahmad di rawat. Kantong kresek putih di pegang Elli dan satunya di pegang Gara. Sekarang mereka di dalam lift.
Ting !!!
Elli mengambil ponselnya di saku celana, agak kesusahan mengetik. Gara membantu membawakan kresek tadi. Elli bahkan begitu fokus, sampai tidak tahu Gara terus memperhatikan nya tanpa berkedip.
+62466666xxx : kamu dimana?
" Dokter Gara, tahu tidak nomor ini?". Elli menunjuk nomor baru yang mengirim pesan wa
Gara berpikir. Bersamaan itu mereka keluar dari lift sambil berjalan. " Fikran !"
Elli kaget. " Ada apa dia menghubungi ku ya?".
" Mungkin ada hal penting !" Ucap Gara.
Menyimpan kembali ponsel itu disaku celananya. " Nanti aja lah !".
Gara tersenyum menggelengkan kepala. Elli kembali mengambil kantong kresek satu untuk dia pegang. Tak lama, sudah sampai ruangan Ahmad. Masih terus mengobrol panjang dengan Ibu Lastri. Setelah mendengar cerita tentang keadaan keluarga nya.
Beliau tinggal sangat jauh dari kota. Bisa di bilang di desa jauh dari jangkauan transportasi umum tiap hari. Beliau sampai rela menyiapkan diri membawa barang di tas berisi baju untuk persiapan kalau Ahmad di rawat inap.
Jam setengah 2 berjalan. Gara dan Elli kembali pamit makan siang. Saat berada di kantin Kiki sudah menunggu di kursi kemarin.
" Habis dari mana? " Tanya Elli pada Kiki
" Melihat orang konsultasi di ruangan Bu Caca. Lumayan lah pasiennya !" Balas Kiki.
" Betah juga di sana ?" Cetus Gara
" Siapa bilang? Gak betah banget !" Celetuk Kiki.
" Kenapa?" Sahut Elli
" Obrolan semua tentang rumah tangga. Lah aku kan belum pengalaman !" Jawab Kiki dengan wajah tidak jelas
Elli tertawa kecil. " Hehe, maka dari itu buruan cari pengalaman !"
Memajukan wajahnya. " Sama kamu, mau?"
Kiki melirik Gara di dekat Elli. Memainkan mata padanya, membuat sorotan mata Gara membesar , secara tidak langsung dia tidak suka dengan ocehan Kiki yang membuat Elli terduduk diam.
Memundurkan pandangan nya lagi." Bercanda kok. Santai bro !".
Elli memandang mata Kiki yang mengarah ke Gara. Entah lagi bicara apa, mungkin seperti hal yang dia lakukan pada Ibunya malam tadi di rumah.
Apa maksud mu bilang itu pada El? Gara
Tidak ada ! Aku bercanda kali. Jadi panggilan nya El ya? Kiki
Awas aja mencoba menggoda El di depan ku. Tidak ! Di belakang ku juga tidak boleh!! Gara
Santai. Aku bukan tipe teman suka nikung gebetan orang kali. Kiki
" AGHHHH !!!" Teriak Elli kaget
Membuat teman nya juga terlonjak kaget.
" Ada apa?" Tanya Gara dengan lembut
Tidak menjelaskan apapun dari bibirnya. Tapi memberi isyarat dari bibir yang beberapa senti maju menunjukkan ke arah depannya. Tepat di dekat Kiki.
Kiki menoleh " Astagfirullah !" Memundurkan tubuhnya sedikit karena kaget. Melihat sosok Fikran duduk di dekat Kiki entah dari kapan.
" Elli !" Panggilnya dengan pelan
" Dok, sejak ka-kapan disitu?" Tanya Kiki ketakutan
Memandang seram. " sejak kata Bu Caca !"
Mampus Gila ! Keberadaan nya tipis banget Ya Allah ! Elli
Makanan pun sampai. Entah kenapa, mangkuk bakso yang di pesan tiga sudah menjadi empat. Binggung sejak kapan Fikran memesan nya. Elli,Gara dan Kiki masih binggung. Ingin bertanya tapi enggan bilang.
Hening suasana di meja makan. Mereka makan saling memperhatikan Fikran yang makan pelan dengan lembut, penuh tata Krama saat makan yang sempat Elli pelajari pada Kakaknya.
Makanan Fikran telah habis duluan. Membersihkan mulutnya lembut. Kembali membungkukkan tubuhnya dan mengetik pesan cepat.
Ting !!!
Elli mengambil ponselnya yang berdering. Membaca pesan masuk.
Fikran : Dokter Reijal menunggu mu di ruangannya sekarang !
Pakkkk !!!
Meletakkan uang di atas meja sampai mengeluarkan suara keras membuat temannya kaget kecuali Fikran. Bayangan yang terlintas di pikirannya adalah gigitan dari Reijal membuat dia shock. Beranjak dari tempat duduk dan berjalan cepat.
Di saat santai gini. Orang mesum itu selalu saja ganggu !
Berdiri. " Dokter El, mau kemana?" Teriak Gara.
Tak di jawab hanya sekedar melambaikan tangan yang kian jauh dari kantin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments