Tekk !!!
Hitungan detik. Keadaan sudah berubah. Seorang Gery bisa dengan mudah mengubah tempat hanya dengan petikan jari. Suasana kamar berubah menjadi suasana adem ayem di sebuah rerumputan hijau yang luas.
Heh! Aku macam pesulap aja sekarang! Gery
Reijal yang semula menodong pisau di leher Fani, berubah menjadi segumpal rumput hijau di tangannya. Kaget, malah matanya terbelalak keluar memandang kamar berubah menjadi alam hijau nan luas. Tubuhnya memutar seakan tidak percaya bercampur binggung.
Mimpi mu di tangan ku ! Hihi. Tunggu-tunggu, aku bisa melakukan trik tapi menyentuh benda di alam manusia tidak bisa. Hadeh ! Ada-ada aja deh. Gery
__________
Kembali ke rumah sakit~
Acara traktiran tidak jadi di laksanakan. Elli bersama Gara harus bekerja, ada pasien di larikan di IGD karena kecelakaan sedangkan Kiki lagi sibuknya sama pasien rawat inap di ruangan mawar.
Entah kenapa, pamor Elli di ruangan IGD sudah mulai naik daun. Apalagi semenjak seminggu terakhir mengikuti dokter Daniel. Dan saat dia membawa pasien bernama Ahmad dan Bu Lastri berlarian ke IGD. Cantik dan baik hati. Awalnya memang sedikit malu, hanya mengangguk saat menjawab percakapan.
" Dokter El !". Panggil Gara.
Saat ini mereka berdua tengah mencuci tangan. Kebersihan nomor satu di mana saja. Elli menoleh saat dia di panggil Gara. " Panggil biasa aja Dokter Gara !". Ucap Elli tersenyum.
" Oke, El. Kerja bagus hari ini ! Lama-lama aku yakin, kamu akan jadi pemimpin rumah sakit ini !". Gurau Gara mendapat senyum lebar lagi dari Elli.
" Jangan Ah. Ribet ! Kamu aja !". Balas Elli. Sambil berjalan ke bagian pendaftaran IGD.
" Udah jangan ngehalu, kenyataan nya aja begini hehe !". Kata Gara.
" Dimana adik ku?". Fikran tiba-tiba saja datang di hadapan Eli dan Gara, tergesa-gesa berlarian dari arah depan.
" Heh? Adik yang mana?". Tanya Elli binggung menyoroti Fikran tertunduk kelelahan.
" Tenanglah, adik mu yang mana. Kami tadi baru saja memeriksa laki-laki-". Perkataan Gara terhenti akibat hentakan di pundaknya
" Itu adik ku !". Fikran berjalan cepat memasuki ruangan. Melihat tiap sudut kasur tertutup Gorden putih untuk membatasi tiap kasur.
Elli dan Gara mengikuti langkah Fikran, nafasnya saja ngos-ngosan. Deretan kasur dia hampiri. Elli sangat binggung. " Dokter, ini dia yang tadi kami periksa !". Elli menunjukkan laki-laki remaja masih terbaring sadar .
Menggeleng. " Bukan, dia bukan adikku !". Tambah Fikran. Dia juga binggung, kata sang Bunda . Roni mengalami kecelakaan. Itulah dia berlarian mencari adik nya Roni.
" Dokter !". Panggil Gara.
Dia tampak binggung, linglung. Berputar di situ sambil berpikir. Menyentuh pelipisnya sendiri. Wajah pucat pasi.
Drtttt drtttt !!
" Hallo. Bun dimana Roni?". Fikran bercakap cepat di tambah kepanikan luar biasa.
" Fikran, Roni di rumah. Dia tidak apa-apa. Cuma terkilir sedikit sayang.". Ucap Bunda hangat membuat dirinya lega.
" Syukurlah . Fikran kira dia di IGD. Ya sudah Bun, nanti jam istirahat aku akan pulang !".
" Iya. Hati-hati".
Mematikan telepon kemudian menoleh kebelakang melirik Elli dan Gara yang melonggo terdiam. " Maaf, ternyata adikku di bawa ke rumah. Hanya terkilir biasa !".
" Syukurlah. Tenang saja !". Ucap Gara mendekat.
" Iya !". Senyumnya memasuki ponsel ke saku jas putih.
Sangking girangnya melihat senyum Fikran pertama kalinya yang benar tanpa aura hitam, dia langsung menjepit leher Fikran dan menyeretnya keluar IGD. " Hei!!! Jangan senyum di depan Elli. Dia bisa saja tergoda padamu !". Gumamnya sambil menjitak pelan kepala Fikran.
" Agh ! Iya iya ampun !". Lirih Fikran.
Melihat rekan kerja yang nampak makin akrab membuat Elli ikut senang. Dia pun berlari menyusul Gara dan Fikran. " Sudah-sudah ! Kalian jadi pusat perhatian tahu !". Keluh Elli melerai mereka.
" Apa kami bisa ikut dengan mu, menjenguk adik kesayangan mu itu?". Ucap Gara sambil melepas jepitannya.
Membetulkan leher yang terkilir. " Boleh saja ! ". Jawab Fikran.
" Gak ajak Kiki?". Tanya Elli berjalan di posisi tengah antara dua makhluk tampan tersebut.
" Gak usah. Ribet ! Ntar makanan di rumahmu bakal habis deh !". Ungkap Gara.
" Aku dengar kali, pucuk teh !". Ucap Kiki menerobos di tengah Gara dan Elli.
" Heh, masih mendingan pucuk teh, bermanfaat. Nah elu, kotakan teh yang habis main buang !". Imbuhnya sambil tertawa .
Berbalas balik, menjepit leher Gara. " Diem lu !".
__________
Kembali ke mimpi Reijal ~
" Siapa kamu?". Tanya Reijal yang melihat sosok Gery di dekatnya.
Dia terheran, tidak ada manusia yang bisa melihat dirinya. Kecuali orang-orang memiliki semacam mata batin, sama halnya dengan Fikran. " Aku?". Menunjuk diri sendiri.
Reijal mendekat. " Iya. Kamu siapa?". Bertanya lagi
" Perkenalkan. Aku Gery Mahesa ! Aku hanya ingin berjalan-jalan ke mimpi mu. Gak boleh?". Kata Gery bernada santai.
" Jalan-jalan? Kamu kira ini Taman Safari. Apa jangan-jangan kamu malaikat maut ya?". Tuduh Reijal. " Hei ! Apa ada malaikat maut setampan kamu? Ini bukan drama Korea yang itu !". Tambahnya lagi sambil terus menunjuk Gery bertampang mengintimidasi.
Mendengus pelan." Sudah ngomong nya? Gantian ya !". Balas Gery.
Tekk !!!
Sekali lagi Gery memanfaatkan kekuatan nya yang entah dari mana dia peroleh. Mengubah lapangan hijau luas dan angin sepoi-sepoi berhembus lembut dengan duduk santai di cafe yang sudah di hidangkan kopi hangat.
" Heh !". Reijal masih heran. Ini mimpinya, kenapa dengan mudah orang asing mengendalikan pemikiran dirinya. Celingak-celinguk kebingungan. Menatap sekeliling orang tengah asik mengobrol dan menyeruput secangkir minuman atau makan bersama keluarga.
" Diamlah. Jangan seperti orang bodoh!"
Kata Gery masih dengan santai nya. Padahal dia tahu, omongan itu akan dibalas lebih pedas dari kata-katanya.
Dahi mulai mengkerut, wajah mulai masam. " Bodoh? Aku tidak bodoh !! Dan kau siapa? Sejak tadi mengganggu mimpi ku !". Tunjuk nya lagi pas didepan wajah Gery. Nada emosi sudah biasa, itulah Reijal.
Senyum tipis melingkar di bibir tipis Gery. " Kenapa kamu ingin membunuh Kekasih mu itu? Apa karena acaranya di depan televisi ?". Sambungnya lagi.
Melongos, membuang muka tidak mau menatap pria didepannya. " Apa urusan mu?!".
Memajukan wajahnya, menaikan kedua tangan di atas meja. Sambil memainkan sendok di cangkir kopi nya. " Itu bukanlah urusan ku. Tapi kalau menyangkut Elli. Itu urusan ku, itu hal yang harus aku urus !" .
Mendongak kaget " Elli? Maksud mu apa? Apa hubungan mu sama wanita itu?". Tanya nya penasaran.
" Jawab dulu pertanyaan ku tadi, baru ku jawab pertanyaan mu . Jadi kita impas bukan ?!". Kemudian meneguk kopi pelan. Sambil terus kedua matanya mengarah ke gerak-gerik Reijal.
Cih !
Reijal terdiam untuk sesaat. Menunduk, sebenarnya dia malas menceritakan hal yang bersifat privasi pada orang asing. Kecuali Kris dan si Emak Linah yang jagonya nyomblangin anaknya sendiri.
Katupan bibir membuka cela. " Aku sangat kesal. Kesalnya sudah sangat-sangat full di tubuhku. Wanita bejat itu mengatakan hal yang tidak-tidak di depan wartawan. Harga diri ini seperti robek ! Aku tidak tahu reaksi Ibu ku kalau dia menonton tayangan Fani tadi pagi ".
Menghela nafas berat. " Jadi, sebab itulah kamu ingin membunuh nya? Apa kamu benar-benar akan membunuh dia?". Sahut Gery
Mengangguk berkali-kali, seolah iya. Sangat-sangat ingin. " Kenapa tidak? Biar semua selesai. Aku sudah muak dengan tingkah nya. Aku sudah memutuskan hubungan sesuai perjanjian yang dia buat, dia malah melaporkan ku ke semua media. "
Gery geram, pikirnya apa membunuh itu gampang seperti membalikkan telapak tangan sendiri. " Heh ! Es batu ! Kamu pikir ngebunuh nyawa orang itu mudah seperti di mimpi mu? Ada ya, wujud dokter ganteng berwibawa otaknya dangkal?". Sahut Gery memanas-manasi pikiran Reijal.
Pakkkk !!
Ikutan geram, dia tersulut emosi sampai berani menunjuk hidung Gery dengan tubuh posisi berdiri. " Heh. Alien ! Pala lu yang dangkal !. Sudah lah, aku sudah menjawab pertanyaan mu. Jawab dulu yang ku tanyakan tadi !". Cetusnya kembali duduk dengan tenang.
Mendorong secangkir kopi pas di hadapannya. " Minumlah. Biar tenang dan gak pahit tu muka !". Lagi, ucapan Gery membuat Reijal menarik nafas menahan luapan emosi. " Elli itu teman, eh bukan ! Dia sahabat ku semasa SMK. Anaknya pemalu. Beda sama yang sekarang lebih aktif. "
Memotong pembicaraan. " Tunggu-tunggu ! Kamu teman Elli, terus kenapa bisa masuk ke sini? Kamu kira ini tempat wisata. !!".
Duduk manis mendekati wajah Reijal." Kalau penasaran sama Elli. Biar aku cerita, kamu ngoceh mulu. Diem dong ! Lama-lama aku malas di sini. Niat mau bantu tapi . Ya sudah lah, aku pergi !!". Dia beranjak dari kursi Cafe mimpi tersebut.
Melipat kedua tangan didepan dada " Ya sudah. Pergi lah !".
Kembali melirik tampang Reijal yang begitu santainya . Gery tahu, dia memang sungguh penasaran tapi gengsi nya begitu membara, sungguh membikin hatinya muak ! Ingin mencabik-cabik rupanya yang tampan. " Baik aku pergi !. Maaf aku salah menilai mu, awalnya kamu lah pria yang cocok untuk Elli. Tapi, makin ke sini kamu menampilkan sifat buruk ! Aku menyesal, semoga Elli tidak sungguh-sungguh menyukai mu pria dingin !! Aku akan mencarikan pria lain yang lebih tulus dari aku, biar aku tenang dan bisa kembali ke alam ku ! Permisi !". Sambutan terakhir, kalimat terakhir yang membuat Gery menghilang dengan sekali kedipan mata.
Mendengar berbagai kata asing di telinga nya. Reijal berdiri sampai mendorong kursi cafe hingga terjatuh. " Hei !!! Tungguuuuuuuu!!!!!". Pekiknya. Namun, sayang Gery Mahesa sudah menghilang. Benar-benar pergi, meninggalkan rasa keingintahuan dirinya tentang Elli.
Entah hasrat apa yang melandasi hatinya untuk tahu tentang Elli, si gadis manis itu. Penasaran, entahlah mungkin hanya kepo saja. Ketika Gery menghilang. Reijal sudah sadar dari tidurnya. Penglihatan sedikit buram, sedikit pusing. Mencoba bangkit dari kasur empuk miliknya di ruangan kerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Faridah
👍👍👍
2020-06-11
0