Lanjut lagi ~
.
.
_______________
Hari pertama melaksanakan kerja sudah usai. Meskipun di akhir kunjungan sedikit terkendala pendengaran. Entah telinga yang tersumbat atau memang Fikran nya yang bicara begitu pelan. Mau tidak mau, mereka bertiga melaksanakan tugas kedua kalinya tanpa dampingan Dokter Fikran. Hanya ditemani perawat yang sedang berjaga.
Jam 4 sore sudah pamit pulang ke arah rumah masing-masing. Elli juga sudah mulai gerah dengan bau dari teh manis melekat tiap helai rambutnya. Memang bukan dia terakhir pulang dari ruangan tersebut, Fikran masih saja duduk di tepi sudut menunduk membaca buku bergambar. Entahlah, memang dia sedikit aneh.
Belum juga bibir berkata pamit pulang, Fikran sudah mengucapkan kalimat hati-hati dengan tampang melemas saat dia membalikkan diri menggunakan kursi putar. Ketakutan lagi, tapi di sembunyikan Elli dengan rapat.
" Terimakasih atas kerja kerasnya ha-hari ini. Saya pamit pulang duluan Dok "
Menunduk kan tubuh berjalan mundur, menenteng tas erat. Hingga dirinya sudah di luar ruangan, mengintip sedikit lalu menutup pintu perlahan. Elli sudah mempercepat langkahnya berlari memasuki lift yang hampir tertutup.
Pintu lift tertutup. Mengambil nafas lalu kembali menenangkan pikiran sejenak, membuang ketakutan dan segala macam kejadian yang menimpa dirinya. Masih ke ingat waktu jaman sekolah dasar, jam yang paling ditunggu-tunggu adalah jam pulang sekolah. Entah kenapa jam pulang selalu membuat orang gembira.
Elli kembali bernostalgia masa-masa itu.
Benaknya merasa harus mengingat kenikmatan usai nya beraktivitas menguras otak dan tenaga. Apalagi ketika pulang kerja begini di sambut oleh orang yang di sayang, lelah itu menjadi berkurang.
Melempar tas ke sisi kursi mobil yang kosong. Menyalakan mesin mobil, keluar dari gerbang rumah sakit. Membelah jalan raya yang ramai.
Akhirnya aku bisa pulang dengan selamat
Menyalakan radio di mobil. Sesambil dia mendengar lagu-lagu yang sudah di request oleh pendengar lainnya. Tak lama, mobil nya sudah memasuki garasi mobil rumah.
" Assalamualaikum !" Mengucap salam. Lalu masuk, sandal sudah dia ganti sandal jepit biasa.
" Walaikumsalam, bagaimana kerjanya?" Tanya Sang Ibu keluar dari dapur
Mencium punggung tangan Ibu nya " Ya gitu deh Bu !"
Meninggalkan Ibu yang masih ingin mendengar cerita tentang hari pertama anak bungsu nya bekerja. Berharap berjalan dengan baik dan lancar. Menaiki anak tangga sedikit melemas.
" Elli. Seperti nya kita punya tetangga baru di sebelah " ucap si Ibu mengerang keras agar didengar.
" Biarin aja Bu !" Sedikit cuek. Maklum karena lelah bekerja
Melempar tas ke atas kasur. Menghempas kan diri di kasur empuknya. Belum ingin beranjak. Mata nya kian terpejam, akhirnya terlelap juga.
__________
" Kamu yakin gak mau tinggal di apartemen aja. Kenapa harus beli rumah di sini. Jauh dari tempat kerja mu Nak !" Seorang wanita paruh baya meyakinkan anaknya
" Tidak Bu. Di sini lebih nyaman dari pada kota yang berisik. Lagian ini masih kawasan kota, tidak jauh dari tempat kerja ku !" Meyakinkan Ibu nya sendiri.
Sang Ibu mulai pasrah dengan keputusan sang Anak lelaki satu-satunya. Asal si anak nyaman dengan tempat tinggal barunya. Mengelus punggung Ibu seperti mengisyaratkan kalau dia akan baik-baik saja.
Barang-barang sudah di angkat sejak pagi menjelang siang. Ketika sore hari, sudah sebagian tertata dengan rapi dan baik. Rumah bertipe minimalis modern, berlantai 2 cukup besar untuk dia dan asisten rumah tangga sebagai penghuni nya.
Entah ke berapa kali dia sudah membeli rumah kemudian di jual kembali. Suasana hati yang mood-mood'tan ingin hal yang berbeda jauh dari keramaian kota dan kebisingan kendaraan berlalu lalang.
" Oh iya Nak, tetangga kita sebelah itu cantik loh ". Masih duduk di sofa mengobrol bersama menghilangkan kelelahan usai mengatur barang
" Ibu jangan Sok tahu, kita aja baru pindah hari ini ". Anak lelaki nya mencicipi kue buatan Ibu yang di bawa sebagai cemilan.
" Ibu serius, tadi Ibu gak sengaja melihat dia turun dari mobil !".
" Terus, anak Ibu harus apa ? Masa iya aku tiba-tiba ngajak kenalan ! Ntar aja deh Bu, Aku tidak ada waktu untuk itu ". Menyeruput secangkir kopi
Menepuk pundak dengan keras hingga mengeluarkan bunyi. " Jangan gitu, masa kamu tidak memikirkan Ibu yang sendirian di rumah. Papa sudah gak ada sayang. Sepi!".
Menoleh pada Ibu yang memasang wajah lemes dan menyedihkan. " Ssttt ! Jangan gitu Bu. Aku masih ingin mengabulkan keinginan ku satu lagi. Baru mencari istri yang baik buat Ibu !".
Wajah si Ibu sudah mulai cemberut. Menepis tangan sang Anak dengan berani dan beranjak dari sofa. Pergi keluar rumah entah kemana. Si anak tidak menahan, Ibu nya memang selalu bertingkah seperti itu kalau menyinggung tentang pernikahan, cucu dan semacamnya.
" Bi !!!" Memangil sang ART
" Ya Tuan?"
" Kalau Ibu cari saya, bilang lagi di atas. Istirahat sebentar. !" Ucap nya yang sudah berdiri
" Baik Tuan !"
Menaiki tangga dengan perlahan sambil melihat barang-barang yang masih terbungkus kardus di sudut ruangan. Kamarnya sudah tersusun rapi hanya tinggal menambahkan beberapa perabot saja. Duduk di atas kasur menghadap ke jendela besar bagaikan pintu . Gorden putih melayang terhembus angin. Nampak rumah sebelah yang model rumah hampir sama dengan rumahnya.
Muncul sekilas tentang perkataan si Ibu, kalau dia bertetangga dengan perempuan cantik. Secuil penasaran membawa kaki nya melangkah membuka dua pintu jendela dengan tangannya. Angin berhembus kencang, wajah langit berwarna abu-abu gelap. Mungkin akan turun hujan malam ini pikirnya .
" Mocuuu !!!"
Menoleh kebelakang.
Si Emak,sudah tahu anaknya sekarang gedean. Masa panggilan nya Mocu, sengaja lagi U-nya di panjang-panjangin. Kalau di dengar orang kan aku malu !
" Bentar Bu !"
Kembali menutup jendela kamar , lumayan dingin juga hembusan angin menusuk tulangnya. Menuruni tangga dengan cepat. Nampak sudah si Ibu dengan wajah kegirangan tanpa sebab menyambut anaknya di lantai bawah.
" Ada apa Ibu? Ibu habis ketemu Sharukh Khan?" Cetusnya
Ibu Linah nama panggilan Beliau, menyukai drama India entah siapapun pemain utama selalu bilang itu Sharukh Khan padahal raut wajahnya saja berbeda. Asal ganteng, selalu di samain dengan bintang-bintang Bollywood ternama.
" ih kamu ini ! Tadi Ibu dari rumah sebelah. Ngobrol dengan Ibu si gadis cantik itu !" Menyentuh tangan anaknya
" Lalu?" Nada jutek
Tidak ada jawaban, menarik tangan si anak dengan semangat empat lima. " Kemana Bu?"
Masih belum ada jawaban pasti, hanya suara tertawa kecil sambil berjalan keluar dari rumah lalu gerbang rumah. Ketika sudah sampai di tempat tetangga, si Ibu langsung saja memperkenalkan putra satu-satunya yang ganteng ini.
" Ini loh Bu Sari !" Menarik lagi tangan anaknya, agar maju selangkah sejajar dengan nya.
" Bu Sari ya. Apa kabar Bu ?"
" Baik. Wah ternyata kamu sudah besar, tinggi dan ganteng lagi " Bu Sari memuji nya, obrolan berlanjut saat mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu dan di jamu minuman.
" Ibu masih mengajar?" Tanya nya
" Masih Nak, bentar lagi pensiun. Bagaimana kerja mu ?" Balas Bu Sari
" Alhamdulillah Bu, kerjanya lumayan kok. Ibu sendirian dirumah?". Perkataan sang anak membuat Ibu nya memandang dengan senyum kode-kode gak jelas nya kambuh.
" Oh. Anak Ibu tidur, kecapean dia. Baru pulang kerja. Yang satu lagi ikut suaminya di luar kota !" Jelasnya
Selamat ! .Gumaman hati Mocu
Mengobrol biasa hingga waktu menjelang malam. Entah lah obrolan para Ibu-ibu membuat dirinya sukar memahami. Ternyata Bu Sari sempat mengajari nya waktu SMP dulu. Dulu sifatnya sangat berandalan sampai keluar masuk ruang Konseling. Tapi sekarang dia bisa membuktikan kalimat yang lagi trend nakal dulu baru sukses.
Dirinya sudah pamit duluan pulang untuk membersihkan diri. Sedangkan si Emak Linah masih berbincang, katanya akan pulang setelah melihat perempuan cantik di sebelah.
Bisa-bisa si Emak betah mau tinggal di sini, rumah yang disana malah kosong !
Memakai baju handuk dan sandal kamar mandi. Di ikatnya tali baju tadi lalu kembali membuka jendela kamar nya. Hembusan angin tidak sekuat sore hari, anginnya cukup bersahabat.
Batas rumahnya dengan sebelah tidak lah jauh. Hanya beberapa meter saja di batasi pagar beton besar sampai ke lantai satu. Jendela kamar sebelah pun berhadapan sejajar dengan jendela kamarnya. Lampu nya menyala, cahaya putih menembus bayangan di dalam kamar tersebut.
Rintikan hujan mulai membasahi atap rumah, terdengar sudah suara pantulan yang semakin meningkat. Untung balkon kamarnya beratap,berbeda dengan tetangga nya. Balkon dihadapan kamarnya kini masih gelap gulita.
Seperti ada suara teriakan dari sebelah rumah. Dirinya masih saja berdiri kokoh penasaran perihal wanita yang menjadi tetangga nya mulai hari ini.
" Nak, ingat cucian di balkon !"
Menyipitkan matanya memandang jauh sosok bayangan hitam yang sekarang lagi bangun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa. Bersamaan itu, lampu balkon sudah terang benderang. Pandangan tak lazim membuat dia sedikit khawatir.
Apa itu? Apa dia tidak tahu tetangga barunya laki-laki lajang. Disuguhi pemandangan begituan membuatku merinding !
" Ya Bu !"
Bagaimana bisa matanya memandang gantungan cucian khusus wanita yang beraneka macam bentuk. Sedikit malu, padahal dia pernah menemani si Emak nya berbelanja pakaian dalam. Terkadang dirinya di buat malu oleh si penjual, karena Ibu nya selalu menjelaskan hal yang tak sesuai tempat.
Apa itu? Warna pink semua? Apa tidak ada warna lain. Cih ! Bikin mata ku sakit saja !
Jendela besar sudah terbuka lebar. Wanita itu menggunakan payung menunduk mengambil semua jemuran di balkon. Tersisa satu lagi baju dalam dia harus ambil, tapi pandangan nya tertuju pada pria berdiri di depannya. Menoleh ke depan lalu kembali ke jemuran nya, begitu terus entah berapa kali. Kaget bukan kepalang.
" AGGGHHHHH !!!". Teriak Elli. Suara hujan memang deras tapi suara itu terdengar si pria tetangga nya. Mengambil cepat dan menyembunyikan jemuran di belakangnya.
______________
Disisi lain~
" Bu, seperti ada suara teriakan. Apa Ibu tidak dengar?" Kata Bu Linah binggung
Membesarkan daun telinga. " Perasaan Ibu aja kali !". Menepis perkataan Bu Linah dengan senyuman.
____________
" Woi ! Ngapain teriak !"
" Dokter Mesum !!!!! " Mengerang keras. Sambil menunjukkan jari ke arah depan.
" Jaga mulutmu Dokter baru ! Oh, kalau begini aku bisa gampang mengigit leher mu kalau kamu tidak bisa menjaga kata-kata mu!" Mengancam dengan santai.
Tidak menjawab kalimat ancaman yang sama dia dengar di rumah sakit. Kata gigitan di bayangannya adalah si dokter sosok jelmaan Vampir yang lompat-lompat kesana kemari.
Sudah melihat baju dalam ku tanpa ijin, malah mengancam ku !!
" Aku tidak tertarik dengan jemuran serba pink mu itu. Itu membuat mata ku sakit ! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
𝙳𝚑𝚢
hy kak, jejak dari MENIKAH DENGAN DOSENKU nih, mampir yuk! jangan lupa tinggalkan like, koment, rate5 dan vote ya..
2020-06-11
0