NovelToon NovelToon

Malu Tapi Mau

MTM #3 Latihan Akting

" iya iya !" Cetus Kiki jengkel

Di sudut ruangan ada seperangkat alat komputer bersama laptop lengkap berjajar, dia begitu tertuju dengan layar yang sejak tadi menyala. Kiki memberanikan diri memajukan langkahnya sedikit demi sedikit.

Semoga besok aku masih bisa hidup !

Gumam Rizky Alatas dalam hatinya. Kakinya melangkah ke depan, menoleh lagi kebelakang karena kurang yakin. Elli dan Gara menyemangati pelan Kiki, kembali lagi menoleh ke depan dan berjalan. Sudah hampir sangat dekat.

"Agh !" Teriak Fikran secara mendadak. Membuat langkah Kiki kembali dari awal, tadi sempat berlari terbirit-birit karena kaget.

Mampus Gila ! Jantung hampir lepas !. Elli

Buset. Tu Dokter Abu-abu kagetin orang ! Keberadaan tipis, sekali bersuara bikin merinding ! Gara

Selamat nyawa ku ! Kiki

Kiki belum berani melangkah, mereka bertiga yang kaget secara bersamaan. Merasa nyawa yang hampir hilang dalam sekejap. Sejak tadi Fikran tidak menimbulkan gerak atau sapaan saat mereka bertiga di bawa ke ruangan. Diam, saat giliran memperkenalkan diri suaranya pelan tatapan datar, seperti nyawa tersisa satu persen.

" Padahal sesama Dokter dan bernyawa, kenapa kita ketakutan begini?" Tanya Gara mengelus pelan dadanya

" Sudah sana Ki,tadi tanggung !" Sambung Elli

" Iya tanggung, tanggung mau copot jantung ku !" Balas Kiki berwajah takut. Masih terbujur kaku menopang kepala nya di atas meja bundar.

Elli dan Gara sudah tidak memikirkan ketakutan Kiki yang menjadi, tolehan di arahkan pada mereka bertiga. Senyum seram di persembahkan untuk mereka ditambah lagi aura keluar dari belakang berwarna gelap menyeramkan.

Tidak ingin membalas tatapan, kini mereka tengah berunding di meja bundar. " lihat tidak, masa manusia punya senyum menakutkan begitu ?!" Cetus Kiki

" Hush ! Jangan gitu. Kalau dia tahu, kita gak bakal bernafas !" Sahut Elli dengan nada cemas.

" Aku tidak yakin dengan ucapan Bu Caca tadi. Ayolah Ki, bentar lagi waktu pulang " merayu Kiki untuk menanyakan perihal pasien yang hendak mereka kunjungi

Cukup lama Kiki mengumpulkan keberanian hanya menyapa Fikran. Fikran Mathin nama lengkapnya, Fikran adalah dokter umum. Sebagai Dokter, dia senang berada di sudut ruangan. Namun kemampuannya tidak bisa di remehkan. Keberadaan jiwa yang tipis, kadang terlihat kadang tidak di sadari orang sekitar nya. ( Kasihan ! )

Sebuah Nama yang masih menjadi misteri, isu yang mengatakan kalau sosoknya kerap berbicara sendiri di tempat sepi bahkan di beberapa tempat yang tak lazim, toilet bahkan kamar mayat rumah sakit.

( Padahal ini bukan cerita horor , ini hanya kisah sehari-hari ).

Jam berdetik terus hingga jarum menunjuk kan  pukul 2 siang. Kiki dan Gara masih terus berusaha mencari cara menyapa Fikran yang diam menatap laptop entah lagi apa, tidak terlihat lagi bermain game sih. Sedangkan Elli tidak ingin mengambil pusing, dia keluar sebentar untuk melepas rasa takutnya lalu memberanikan diri menghadap Dokter Fikran nanti. Saat keberanian itu sudah terkumpul dan makin menggunung.

Elli duduk di kursi tunggu lantai bawah, suasananya tidak juga sepi. Ada saja keluarga pasien datang menjenguk atau pulang. Elli mengambil handphone di saku nya dan menekan tombol handphone untuk menelepon sang Kakak.

" Kenapa dek?" Jawab sang Kakak yang jauh

" Kak. Bagaimana cara nya menghadapi orang sangat-sangat pendiam, wajah datar tapi menyeramkan?"

" Memang nya kenapa? "

" kakak jawab aja cepet !"

" Kamu ih, kakak lagi Nemani Behzad berenang. Cari di internet aja dulu "

" Elli nanya kak ! Kan kakak biasa baca manga yang selalu muncul dengan karakter begitu?" Elli berusaha meminta petunjuk dari Kakaknya yang menurut dirinya berpengalaman.

" Iya tapi Kakak sibuk Dek. Ntar aja deh, nanti hp kakak nyemplung ni "

" kakak mah gitu. Ya sudah deh !" Berdecak kesal.

__________

Reijal bersama Fani berduaan di dalam lift menuju lantai satu. Lumayan ada perdebatan di dalam ruangan kecil tersebut. Sifat Fani sungguh bertolak belakang jika di sandingkan dengan Reijal. Kali ini, dia begitu agresif menghadapi dokter tampan di depannya.

" Aku kangen !" Memainkan jari dari leher hingga turun ke bawah.

Reijal memang tidak nyaman di goda saat jam kerja nya kali ini. Apalagi dalam lift terdapat cctv yang merekam aksinya. " Cukup ! Apa mau ku patahkan jari mu?" Memegang telunjuk Fani erat.

" Apa kau berani dengan ku?" Perkataan itu membuat Reijal menghempaskan jari Fani kembali menatap depan lift yang belum juga terbuka.

Kampret ! Mengumpat dalam hati

Fani menarik kerah baju kekasihnya agar pandangan mereka semakin mendekat. Lift sedikit terbuka, Reijal menatap ke arah pintu ingin segera rasanya mengembalikan pintu lift agar tertutup, tapi niatan itu tidaklah sampai. Jarinya jauh dari jangkauan tombol. Begitu cepat Fani melorotkan sedikit baju yang sudah nampak pundak putih nya.

Pintu pun terbuka. Kedua bola mata telah melihat sepasang kekasih lagi bermesraan di dalam lift.

" Ahh !" Fani berpura-pura mendesah

Refleks, Elli menutup wajahnya menggunakan telapak tangan sembari menunduk kepala berkali-kali.

" Maafkan saya, saya tidak melihat nya. Sungguh ! Maafkan saya Pak Dokter !" Menundukkan kepala berulang kali.

" Hei !!!-" satu kata baru sempat di keluarkan dari Reijal yang mengerang keras

" Maafkan saya ! Maafkan saya !" Tanpa sadar,Elli memotong pembicaraan Reijal .

Elli masih melakukan hal yang sama. Kalimat maaf terus dia ucapkan karena merasa sudah mengganggu aktivitas mereka berdua ( terciduk ). Reijal tidak bisa berkata, kalimat tadi masih Elli ucapkan sambil berlari bersama bayangannya. Membatalkan niat naik lift, naik tangga saja akan lebih mudah.

Mampus Gila !!! Dokter itu ternyata lebih mesum, aku tertipu sama wajahnya yang seperti orang baik-baik.

Merasa puas dengan permainan drama nya hari ini, Fani meninggalkan kecupan di pipi pacarnya lalu keluar dari kawasan rumah sakit. Melambai manja pada sang Kekasih. Reijal merasa sangat kesal, dirinya sudah di cap pria mesum oleh pekerja baru hari ini.

Kampret !

Membenarkan kemeja nya sambil terus mengusap pipi bekas ciuman Fani. Kembali menekan tombol lift menuju lantai atas. Dalam benak Reijal, dia harus membersihkan namanya sebagai pimpinan Rumah Sakit yang menjadi contoh nomor satu. Kali ini tindakan yang harus dia lakukan adalah menemui Elli.

Harus kah aku ke bagian pengamanan untuk mendelete seluruh rekaman tadi ?! Cih !!!! Menyebalkan si kampret itu, aku harus membersihkan semua kelakuan kotornya !!!

Masih di dalam lift menelepon pihak pengamanan untuk segera menghapus seluruh rekaman cctv di lift. Sebagai pimpinan mana bisa sih, orang-orang rendah dari nya melawan, kalau tidak di tendang secara tidak hormat dari rumah sakit. Apalagi di tambah dengan suasana hati yang memburuk, bisa saja dia diam-diam mencabut jabatan tiap pekerjanya.

__________

Entah berapa anak tangga sudah dia naiki. Dengan terus di hantui kejadian beberapa menit yang lalu, di dalam benak nya saat ini . Menggeleng kan kepala tiap detik agar seluruh kejadian tadi terlepas keluar dari otaknya. Sungguh kejadian yang membuat tubuhnya merinding, bagaikan keciduk di siang bolong. Dia yang merasa malu bukan sepasang kekasih tadi.

Menapaki bayangan di tangga sembari mengingat tujuan dia keluar dari ruangan. Langkah kaki yang di percepat untuk menuju lift di lantai dua.

" Aku harus cepat !" Ucap Elli yang sudah di puncak anak tangga, berjalan mendekati pintu lift.

Ketika pintu lift tersebut terbuka lebar. Lagi, dia bertemu Pimpinan tempat dia bekerja lagi berdiri kokoh dalam lift. Dalam hati Elli, dia sudah mengumpulkan cukup niat untuk meminta maaf. Membuka cela sedikit bibir tipis nya tapi belum sempat berucap, Reijal sudah memberi isyarat dengan sorotan mata tajam.

" Masuk !" Perintah nya dengan nada keras

Apa ini uji nyali? Ah.. kalau aku tidak kuat. Aku lambaikan saja tangan ku di kamera cctv. Mungkin Kiki dan Gara bisa tahu kejadian terakhir yang menimpa ku

Gumaman dalam hati tidak membuat gugupnya kian pergi. Melangkah memasuki lift yang hanya berisi dokter Reijal ditambah dirinya. Ruangan kecil itu bagaikan terbagi dua. Sudut sebelah kiri Elli dan di sudut sebelah kanan Reijal berdiri memandang dirinya. Kacau bercampur cemas, kesalahan fatal mungkin saja akan mempengaruhi kerjanya yang baru di mulai.

Benaknya sungguh menyesal, kenapa harus dia yang di terkam satu hari ini. Sial ! Dia lupa kalau harus melakukan pengajian terlebih dahulu sebelum mulai pekerjaan baru, agar dirinya terhindar dari malapetaka yang ganas. Suasana hening hingga pintu lift tertutup rapat.

" Hei !!!" Sapa awalnya. Karena belum mengingat semua nama dokter baru. Tapi yang di depannya saat ini, selalu saja dia temui dengan berbagai kejadian unik.

Mampus Gila !

Kaget bukan kepalang, tubuh Elli sedikit terlonjak kaget. Melirik orang yang berada di sudut 45 derajat dari nya. Melipat kedua tangan didepan dada, matanya membesar.

" Kejadian tadi jangan di ingat, itu hanya sekedar latihan akting ! Jangan sebar berita itu kemana-mana !" Ancamannya membuat tubuh Elli sudah melemah. Tertunduk diam dan mengangguk.

Akting apaan? Jelas-jelas itu pamer !!

" Pasang telinga mu, aku tidak akan pamer kemesraan dengan wanita. Jadi, kalau ada satu orang saja yang tahu tentang kejadian tadi. Leher mu akan ku gigit !" Kata terakhir terucap dari Reijal yang bersamaan terbukanya pintu lift.

Jadi dia jelmaan vampir yang ganteng-ganteng di tv?

Masih diam tidak bergeming. Hanya menganggukkan kepala tanda dirinya sudah paham dengan ancamannya. Elli sudah siap melangkah kan kakinya. Di depan pintu dia membalikkan tubuh. Kembali anggukkan kepala sebagai tanda hormat atau minta maaf agar masalah cepat selesai.

Pintu perlahan tertutup, Dokter Reijal masih dengan posisi sama sejak tadi. Matanya tidak terlihat berkedip memandang Elli tajam. Ketika pintu sudah tertutup rapat, tubuh Elli lunglai. Tangan menyentuh tembok untuk menopang lemahnya menghadapi pimpinan sendiri.

" Dokter Elli !" Panggil seseorang dari arah belakang nya. Kiki melambai

Menoleh cepat " iya. Kalian?" Elli kaget melihat Kiki dan Gara berhasil

" Buruan ! Nanti ketinggalan !" Sambung Gara yang memegang jas putih milik Elli.

Elli mendekat dan mengambil jas lalu dia kenakan dengan rapi. " Ayok !"

Dokter Fikran sudah berada di depan mereka bertiga. Masih sama, berjalan sedikit membungkuk memasuki lift kembali. Menyenggol lengan Gara untuk sedikit menjelaskan kejadian saat dirinya tidak ada di ruangan. Di dalam lift, mereka saling berbisik membicarakan Fikran.

Kenyataan nya, tidak ada salah satu dari mereka berani mengajak bicara meskipun sudah berjam-jam mengumpulkan keberanian. Justru malah,Dokter Fikran sendiri yang menyapa dan sekarang membawa Elli dkk berkunjung ke ruangan mawar.

MTM #4 Tetangga

Lanjut lagi ~

.

.

_______________

Hari pertama melaksanakan kerja sudah usai. Meskipun di akhir kunjungan sedikit terkendala pendengaran. Entah telinga yang tersumbat atau memang Fikran nya yang bicara begitu pelan. Mau tidak mau, mereka bertiga melaksanakan tugas kedua kalinya tanpa dampingan Dokter Fikran. Hanya ditemani perawat yang sedang berjaga.

Jam 4 sore sudah pamit pulang ke arah rumah masing-masing. Elli juga sudah mulai gerah dengan bau dari teh manis melekat tiap helai rambutnya. Memang bukan dia terakhir pulang dari ruangan tersebut, Fikran masih saja duduk di tepi sudut menunduk membaca buku bergambar. Entahlah, memang dia sedikit aneh.

Belum juga bibir berkata pamit pulang, Fikran sudah mengucapkan kalimat hati-hati dengan tampang melemas saat dia membalikkan diri menggunakan kursi putar. Ketakutan lagi, tapi di sembunyikan Elli dengan rapat.

" Terimakasih atas kerja kerasnya ha-hari ini. Saya pamit pulang duluan Dok "

Menunduk kan tubuh berjalan mundur, menenteng tas erat. Hingga dirinya sudah di luar ruangan, mengintip sedikit lalu menutup pintu perlahan. Elli sudah mempercepat langkahnya berlari memasuki lift yang hampir tertutup.

Pintu lift tertutup. Mengambil nafas lalu kembali menenangkan pikiran sejenak, membuang ketakutan dan segala macam kejadian yang menimpa dirinya. Masih ke ingat waktu jaman sekolah dasar, jam yang paling ditunggu-tunggu adalah jam pulang sekolah. Entah kenapa jam pulang selalu membuat orang gembira.

Elli kembali bernostalgia masa-masa itu.

Benaknya merasa harus mengingat kenikmatan usai nya beraktivitas menguras otak dan tenaga. Apalagi ketika pulang kerja begini di sambut oleh orang yang di sayang, lelah itu menjadi berkurang.

Melempar tas ke sisi kursi mobil yang kosong. Menyalakan mesin mobil, keluar dari gerbang rumah sakit. Membelah jalan raya yang ramai.

Akhirnya aku bisa pulang dengan selamat

Menyalakan radio di mobil. Sesambil dia mendengar lagu-lagu yang sudah di request oleh pendengar lainnya. Tak lama, mobil nya sudah memasuki garasi mobil rumah.

" Assalamualaikum !" Mengucap salam. Lalu masuk, sandal sudah dia ganti sandal jepit biasa.

" Walaikumsalam, bagaimana kerjanya?" Tanya Sang Ibu keluar dari dapur

Mencium punggung tangan Ibu nya " Ya gitu deh Bu !"

Meninggalkan Ibu yang masih ingin mendengar cerita tentang hari pertama anak bungsu nya bekerja. Berharap berjalan dengan baik dan lancar. Menaiki anak tangga sedikit melemas.

" Elli. Seperti nya kita punya tetangga baru di sebelah " ucap si Ibu mengerang keras agar didengar.

" Biarin aja Bu !" Sedikit cuek. Maklum karena lelah bekerja

Melempar tas ke atas kasur. Menghempas kan diri di kasur empuknya. Belum ingin beranjak. Mata nya kian terpejam, akhirnya terlelap juga.

__________

" Kamu yakin gak mau tinggal di apartemen aja. Kenapa harus beli rumah di sini. Jauh dari tempat kerja mu Nak !" Seorang wanita paruh baya meyakinkan anaknya

" Tidak Bu. Di sini lebih nyaman dari pada kota yang berisik. Lagian ini masih kawasan kota, tidak jauh dari tempat kerja ku !" Meyakinkan Ibu nya sendiri.

Sang Ibu mulai pasrah dengan keputusan sang Anak lelaki satu-satunya. Asal si anak nyaman dengan tempat tinggal barunya. Mengelus punggung Ibu seperti mengisyaratkan kalau dia akan baik-baik saja.

Barang-barang sudah di angkat sejak pagi menjelang siang. Ketika sore hari, sudah sebagian tertata dengan rapi dan baik. Rumah bertipe minimalis modern, berlantai 2 cukup besar untuk dia dan asisten rumah tangga sebagai penghuni nya.

Entah ke berapa kali dia sudah membeli rumah kemudian di jual kembali. Suasana hati yang mood-mood'tan ingin hal yang berbeda jauh dari keramaian kota dan kebisingan kendaraan berlalu lalang.

" Oh iya Nak, tetangga kita sebelah itu cantik loh ". Masih duduk di sofa mengobrol bersama menghilangkan kelelahan usai mengatur barang

" Ibu jangan Sok tahu, kita aja baru pindah hari ini ". Anak lelaki nya mencicipi kue buatan Ibu yang di bawa sebagai cemilan.

" Ibu serius, tadi Ibu gak sengaja melihat dia turun dari mobil !".

" Terus, anak Ibu harus apa ? Masa iya aku tiba-tiba ngajak kenalan ! Ntar aja deh Bu, Aku tidak ada waktu untuk itu ". Menyeruput secangkir kopi

Menepuk pundak dengan keras hingga mengeluarkan bunyi. " Jangan gitu, masa kamu tidak memikirkan Ibu yang sendirian di rumah. Papa sudah gak ada sayang. Sepi!".

Menoleh pada Ibu yang memasang wajah lemes dan menyedihkan. " Ssttt ! Jangan gitu Bu. Aku masih ingin mengabulkan keinginan ku satu lagi. Baru mencari istri yang baik buat Ibu !".

Wajah si Ibu sudah mulai cemberut. Menepis tangan sang Anak dengan berani dan beranjak dari sofa. Pergi keluar rumah entah kemana. Si anak tidak menahan, Ibu nya memang selalu bertingkah seperti itu kalau menyinggung tentang pernikahan, cucu dan semacamnya.

" Bi !!!" Memangil sang ART

" Ya Tuan?"

" Kalau Ibu cari saya, bilang lagi di atas. Istirahat sebentar. !" Ucap nya yang sudah berdiri

" Baik Tuan !"

Menaiki tangga dengan perlahan sambil melihat barang-barang yang masih terbungkus kardus di sudut ruangan. Kamarnya sudah tersusun rapi hanya tinggal menambahkan beberapa perabot saja. Duduk di atas kasur menghadap ke jendela besar bagaikan pintu . Gorden putih melayang terhembus angin. Nampak rumah sebelah yang model rumah hampir sama dengan rumahnya.

Muncul sekilas tentang perkataan si Ibu, kalau dia bertetangga dengan perempuan cantik. Secuil penasaran membawa kaki nya melangkah membuka dua pintu jendela dengan tangannya. Angin berhembus kencang, wajah langit berwarna abu-abu gelap. Mungkin akan turun hujan malam ini pikirnya .

" Mocuuu !!!"

Menoleh kebelakang. 

Si Emak,sudah tahu anaknya sekarang gedean. Masa panggilan nya Mocu, sengaja lagi U-nya di panjang-panjangin. Kalau di dengar orang kan aku malu !

" Bentar Bu !"

Kembali menutup jendela kamar , lumayan dingin juga hembusan angin menusuk tulangnya. Menuruni tangga dengan cepat. Nampak sudah si Ibu dengan wajah kegirangan tanpa sebab menyambut anaknya di lantai bawah.

" Ada apa Ibu? Ibu habis ketemu Sharukh Khan?" Cetusnya

Ibu Linah nama panggilan Beliau, menyukai drama India entah siapapun pemain utama selalu bilang itu Sharukh Khan padahal raut wajahnya saja berbeda. Asal ganteng, selalu di samain dengan bintang-bintang Bollywood ternama.

" ih kamu ini ! Tadi Ibu dari rumah sebelah. Ngobrol dengan Ibu si gadis cantik itu !" Menyentuh tangan anaknya

" Lalu?" Nada jutek

Tidak ada jawaban, menarik tangan si anak dengan semangat empat lima. " Kemana Bu?"

Masih belum ada jawaban pasti, hanya suara tertawa kecil sambil berjalan keluar dari rumah lalu gerbang rumah. Ketika sudah sampai di tempat tetangga, si Ibu langsung saja memperkenalkan putra satu-satunya yang ganteng ini.

" Ini loh Bu Sari !" Menarik lagi tangan anaknya, agar maju selangkah sejajar dengan nya.

" Bu Sari ya. Apa kabar Bu ?"

" Baik. Wah ternyata kamu sudah besar, tinggi dan ganteng lagi " Bu Sari memuji nya, obrolan berlanjut saat mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu dan di jamu minuman.

" Ibu masih mengajar?" Tanya nya

" Masih Nak, bentar lagi pensiun. Bagaimana kerja mu ?" Balas Bu Sari

" Alhamdulillah Bu, kerjanya lumayan kok. Ibu sendirian dirumah?". Perkataan sang anak membuat Ibu nya memandang dengan senyum kode-kode gak jelas nya kambuh.

" Oh. Anak Ibu tidur, kecapean dia. Baru pulang kerja. Yang satu lagi ikut suaminya di luar kota !" Jelasnya

Selamat ! .Gumaman hati Mocu

Mengobrol biasa hingga waktu menjelang malam. Entah lah obrolan para Ibu-ibu membuat dirinya sukar memahami. Ternyata Bu Sari sempat mengajari nya waktu SMP dulu. Dulu sifatnya sangat berandalan sampai keluar masuk ruang Konseling. Tapi sekarang dia bisa membuktikan kalimat yang lagi trend  nakal dulu baru sukses.

Dirinya sudah pamit duluan pulang untuk membersihkan diri. Sedangkan si Emak Linah masih berbincang, katanya akan pulang setelah melihat perempuan cantik di sebelah.

Bisa-bisa si Emak betah mau tinggal di sini, rumah yang disana malah kosong !

Memakai baju handuk dan sandal kamar mandi. Di ikatnya tali baju tadi lalu kembali membuka jendela kamar nya. Hembusan angin tidak sekuat sore hari, anginnya cukup bersahabat.

Batas rumahnya dengan sebelah tidak lah jauh. Hanya beberapa meter saja di batasi pagar beton besar sampai ke lantai satu. Jendela kamar sebelah pun berhadapan sejajar dengan jendela kamarnya. Lampu nya menyala, cahaya putih menembus bayangan di dalam kamar tersebut.

Rintikan hujan mulai membasahi atap rumah, terdengar sudah suara pantulan yang semakin meningkat. Untung balkon kamarnya beratap,berbeda dengan tetangga nya. Balkon dihadapan kamarnya kini masih gelap gulita.

Seperti ada suara teriakan dari sebelah rumah. Dirinya masih saja berdiri kokoh penasaran perihal wanita yang menjadi tetangga nya mulai hari ini.

" Nak, ingat cucian di balkon !"

Menyipitkan matanya memandang jauh sosok bayangan hitam yang sekarang lagi bangun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa. Bersamaan itu, lampu balkon sudah terang benderang. Pandangan tak lazim membuat dia sedikit khawatir.

Apa itu? Apa dia tidak tahu tetangga barunya laki-laki lajang. Disuguhi pemandangan begituan membuatku merinding !

" Ya Bu !"

Bagaimana bisa matanya memandang gantungan cucian khusus wanita yang beraneka macam bentuk. Sedikit malu, padahal dia pernah menemani si Emak nya berbelanja pakaian dalam. Terkadang dirinya di buat malu oleh si penjual, karena Ibu nya selalu menjelaskan hal yang tak sesuai tempat.

Apa itu?  Warna pink semua? Apa tidak ada warna lain. Cih ! Bikin mata ku sakit saja !

Jendela besar sudah terbuka lebar. Wanita itu menggunakan payung menunduk mengambil semua jemuran di balkon. Tersisa satu lagi baju dalam dia harus ambil, tapi pandangan nya tertuju pada pria berdiri di depannya. Menoleh ke depan lalu kembali ke jemuran nya, begitu terus entah berapa kali. Kaget bukan kepalang.

" AGGGHHHHH !!!". Teriak Elli. Suara hujan memang deras tapi suara itu terdengar si pria tetangga nya. Mengambil cepat dan menyembunyikan jemuran di belakangnya.

______________

Disisi lain~

" Bu, seperti ada suara teriakan. Apa Ibu tidak dengar?" Kata Bu Linah binggung

Membesarkan daun telinga. " Perasaan Ibu aja kali !". Menepis perkataan Bu Linah dengan senyuman.

____________

" Woi ! Ngapain teriak !"

" Dokter Mesum !!!!! " Mengerang keras. Sambil menunjukkan jari ke arah depan.

" Jaga mulutmu Dokter baru ! Oh, kalau begini aku bisa gampang mengigit leher mu kalau kamu tidak bisa menjaga kata-kata mu!" Mengancam dengan santai.

Tidak menjawab kalimat ancaman yang sama dia dengar di rumah sakit. Kata gigitan di bayangannya adalah si dokter sosok jelmaan Vampir yang lompat-lompat kesana kemari.

Sudah melihat baju dalam ku tanpa ijin, malah mengancam ku !!

" Aku tidak tertarik dengan jemuran serba pink mu itu. Itu membuat mata ku sakit ! "

MTM #5 Tetangga 2

Rintikan hujan semakin deras, mulut berkomat-kamit tidak jelas bicara apa. Yang dia tahu, pasti berkata buruk. Elli masuk ke kamar dan menutup jendela, mematikan lampu balkon. Seluruh jendela kamarnya sudah tertutup gorden tebal.

" Apa dia tidak punya stok sopan santun?"

_________

" Jadi dia tetangga baru di maksud Ibu. Tetangga yang dengan santainya menonton aku mengangkat jemuran ini !!". Memegang salah satu pakaian dalam nya.

Tidak mau pikirannya melayang kemana-mana. Elli pun keluar dari kamar untuk mengisi perut yang sudah sedari tadi kosong. Berbaju dress tidur tapi belum sempat mandi.

Menapaki kakinya menuruni anak tangga,sebagian telah dia lalui. Tampak sudah ruang keluarga yang kedatangan tamu. Entah itu siapa yang memperhatikan dirinya dengan senyuman. Elli membalas dengan senyum manisnya.

" Jadi itu anak Ibu Sari ya ?" Kata Bu Linah memandang Elli

Menoleh. " iya, anak paling terakhir !". Melambaikan tangan ke udara. " Elli. Sini dulu !"

Elli pun mendekat. Duduk di sofa dekat sang Ibu. " Ya Bu?" Bertanya-tanya dalam hati ada apa dia di panggil.

" Namanya Elli ya? Saya Ibu Linah, tinggal di rumah sebelah itu " jelasnya membuat Elli berpikir sejenak.

" Sayang, Ibu Linah ini tetangga baru kita. Tadi anaknya mampir ke sini !" Menggosok pundak Elli dengan lembut

Membalas dengan tatapan kurang suka. " Oh gitu ya Bu !".

Anak dan Ibu ini saling bertatap-tatapan tajam. Batin mereka sudah terhubung, meskipun bibir tidak terucap dengan jelas. Bu Linah mulai binggung untuk beberapa saat.

Ibu ya yang membawa tetangga kita ke sini? Segala anaknya juga Ibu berkenalan? Elli

Mereka sendiri yang datang ! Anaknya juga ganteng kok ! Bu Sari

Elli tidak peduli. Yang jelas orang sebelah bukan tipe Elli. Elli

Kenapa? Kamu bahkan belum kenalan. Siapa tahu kalian cocok, Nak. Bu Sari

Elli menoleh ke wajah Bu Linah yang tampak diam binggung. " Bu, saya permisi sebentar ya Bu. Mau membersihkan diri".

Senyum kembali menatap wajah Elli. " Iya Nak,lain kali main ke sebelah ya siapa tahu jadi mantu !". Ketawa kecil Bu Linah bersamaan dengan Ibunya.

Mampus Gila ! Menantu? Sama itu dokter Mesum ?? Gak ! Gak! Gak ! Gak bakalan !!

" Hehehe. Sudah ya Bu. Saya permisi !". Elli mencium punggung tangan Bu Linah. Beliau menyambutnya dengan baik.

Berbeda dengan hati Elli saat ini, ngapain segala Ibunya mulai senang dengan perkataan tetangga baru. Benaknya sudah berpikir yang tidak-tidak, bisa saja mereka diam-diam menjodohkan seperti halnya Kakaknya jaman dulu. Kemudian, Elli kembali ke kamar untuk membersihkan diri.

Ketika sampai ke kamar, wajahnya kian bete. Ibunya sendiri seperti mendukung orang tua Dokter Reijal. Menjambak rambut sendiri pusing memikirkan yang tidak jelas, seharian di rumah sakit hidupnya terancam, kenapa harus terbawa sampai ke rumah. Memasuki kamar mandi, berendam dengan air hangat sejenak yang sudah dia siapkan.

" Ahhh... Nyaman nya !" Ucapnya membaringkan tubuh di bak mandi,menopang kepala di tepi bak mandi lalu memejamkan mata.

Shtttt !!!!!

" Apaan tu, tubuhku sudah mulai nyaman tapi pikiran ini masih terlintas tentang atasan yang mesum !. Mantu? Tunggu. Tunggu. Tunggu. Bukannya dia sudah punya pacar yang artis itu?".

Diam sejenak. " Apa Ibunya tidak tahu?". Otaknya kembali menerka-nerka. Padahal tadi enggan kepo dengan urusan orang lain.

Menepuk air di bak mandi. " Agh ! Aku tidak peduli. Bahkan dia mau mengigit leherku !. Aku masih ingin jadi manusia !!". Kembali menutup kedua matanya.

_________

" Ibu kemana sih. Jam segini belum balik juga. Aku lapar !". Mendengus kesal

Menanti si Emak Linah yang belum kunjung tiba di meja makan. Bibi di rumah sudah menyiapkan menu lengkap di meja makan, tinggal menunggu Ibunya datang. Perutnya sudah mulai keroncongan.

" Ibu terlalu sibuk mencari mantu, sampai-sampai anaknya sendiri menunggu kelaparan begini !". Ngomelnya sendiri. Sudah tidak peduli, Reijal mengambil nasi dan beberapa lauk ke piringnya. Lalu menaruh di sendok makan, sudah hampir mendarat di lidahnya. Si Ibu nongol.

Mengembalikan suapan tadi ke atas piring." Ibu dari mana? Betah betul di sebelah !".

Perbedaan wajah yang terpancar. Anak sendiri mulai kesal dan Ibunya malah senang, gembira sampai-sampai bersenandung riang. " Apa sih Mocuuu ku. Di depan makanan gak boleh marah-marah. Gak baik !". Cetus si Ibu mulai mengambil lauk dan nasi.

Menggeleng kan kepala seperti bilang tidak kuat melawan si Ibu, takut aja di sumpahin jadi batu. Kembali menyantap hidangan dengan tenang,aman dan nyaman. Tidak ada obrolan di meja makan, itu lebih baik dari pada Ibunya mengoceh tidak jelas dan melayangkan kode-kodean lewat matanya.

Setelah makan usai, Reijal dan Ibunya duduk menonton film India. Entah channel apa malam-malam begini menyiarkan India. Si Ibu hanyut dalam drama India sedang kan anaknya masih mengucik handphone sedari tadi.

" Apa ibu menginap malam ini ?" Tanya nya menatap hp di genggaman nya

" Jadi kamu mengusir Ibu?"

" Kan nanya Bu bukan ngusir. Kalau Ibu mau menginapkan bisa kasih tahu Bibi untuk merapikan kamar di tamu !" Jelasnya

Belum ada jawaban. Reijal beranjak dari sofa. Dari tadi handphone nya terus bergetar, mulai tidak nyaman dia menjauh dari si Ibu untuk mengangkat telepon. Sudah di dapur bertemu Bibi ART, menyuruh nya untuk membereskan kamar di bawah. Kini dia sendirian di dapur, leluasa mengangkat telepon dari sang pacar.

" Kenapa apartemen mu di jual? Kamu di mana sekarang?" Nada kasar.

" Aku di rumah !" Jawab dengan santai. Membuka lemari dapur mencari camilan.

" Rumah yang mana. Rumah kamu itu tidak jelas yang mana. Kasih aku alamat mu !"

" Aku mau lanjut kerjaan ku dulu !".

Mengakhiri telepon sebelum wanita yang berstatus pacarnya memberi jawaban panjang kali lebar. Selangkah ke depan, tubuh Ibunya sudah berdiri kokoh sambil berkacak pinggang. Memasang wajah sangat tidak suka.

" Jadi, masih berhubungan dengan dia?" Tanya Si Emak

" Bukan. Tadi masalah kerjaan Bu !".

Menghindari interogasi si Ibu yang lebih menyeramkan dari pada kepolisian. Beberapa langkah ke depan, tubuh Ibu kembali menghadang jalannya.

" Ibu. Istirahat lah, aku mau tidur di atas. Besok kan kembali kerja !". Tiba-tiba mencium tangan sosok Ibunya.

" Nak, Ibu mau kamu mencari perempuan yang baik, jangan sembarangan memilih. Kamu anak satu-satunya yang Ibu punya !" 

" Iya Bu, sudah ya. Ibu aku antar ke kamar untuk tidur. Jangan terlalu capek !". Menggandeng Ibu dengan lembut.

Setengah perjalanan tidak ada percakapan. Hampir mendekati pintu, si Ibu mulai berucap kode.

" Semoga tahun depan yang gandeng Ibu ke kamar, menantu Ibu !". Menatap sang anak, memainkan alis nya dengan wajah riang.

Reijal pun berlari ke atas untuk menghindar lagi dan lagi ocehan si Emak. Ibunya mulai kesal. " Katanya mau ngantar sampai ke kamar !". Mengerang keras.

Menoleh kebelakang. " Gak jadi Bu ! Pergi sendiri aja !". Berlari menaiki anak tangga

__________

Tok tok tok tok !!!

" Elli, ayok makan. Sudah ngambek nya !" Berada di depan pintu.

Jlebb !!!

Kaget hingga kepalanya terjatuh kedalam bak mandi. Sempat tertidur didalam bak. Sontak bangun dan menyapu air di wajahnya. " Ya Bu !".

Setelah seluruhnya selesai. Elli baru makan sekitar jam setengah 9 malam. Di tinggal si Ibu yang makan duluan. Makan sendirian sambil memainkan handphone.

Anda telah di tambahkan di grup ini oleh +62.....

" Siapa?". Menatap dekat layar handphone dan mulai mengeja nama grup yang pesannya sudah masuk.

Young doctors? Gumam nya dalam hati sambil menyuapkan sesendok makan.

+6289991xxx : Dokter Elli, maaf aku memasuki mu dalam grup. Ini Rizky Alatas.

" Kalian ternyata !". Bicara sendiri di meja makan. Untung si Ibu asik menonton tv bersama si Bibi.

+6282333xxx : jangan berisik ! By, Wawan Negara.

Belum sempat dia balas pesan di grup, sendok masih menggantung di mulut. Menggunakan kedua tangan mengetik nama, menyimpan nomor mereka masing-masing. Agar mudah di bedakan.

+62788845xxx : Selamat malam semua !. By Caca Bianca.

Stelli P. W : Malam juga Ibu Dokter. Siapa aja yang ada di grup ini?

Meninggalkan handphone di atas meja, masuk ke dapur membereskan meja dan mencuci piring. Tidak ingin memangil si Bibi yang lagi asik berdebat sama Ibu nonton sinetron. Ketika pekerjaan selesai. Elli menaiki tangga masuk ke kamar. Membawa susu hangat di tangan. Sambil membaca pesan yang masuk.

Rizky Alatas : kita-kita di ruangan aja. Kecuali Dokter Daniel belum aku masuki. Gak enak kalau belum minta ijin.

Tidak ada lagi suara rintikan hujan di atap. Elli penasaran meletakkan susu dan handphone nya di meja. Membuka kedua jendela sedikit. Meraih susu dan hp nya. Menatap penuh bintang di langit. Sungguh nyaman dalam benaknya, sambil menikmati segelas susu hangat kegemaran Elli.

Wawan Negara : Ada Fikran juga Kok !

" Seriusan ?". Meletakkan susu di meja dekat dia berdiri. Sekarang sudah antusias dengan handphone nya. Sambil berdiri di tepi balkon.

Stelli P. W : Seriusan? Tapi kok gak ngirim pesan apa-apa??

Bu Caca : Dia tipe netizen yang nyimak ajah

Elli mulai cekikikan tidak jelas malam-malam. Membayangkan raut wajah Fikran yang memang hobi nyimak saat mereka asik bercanda. Dia kembali mengetik pesan.

Rizky Alatas : Awas loh Bu, jangan ngegas !

Wawan Negara : Santai seperti di pantai kena bantai !

Kembali Elli cekikikan karena teman-teman grupnya terus-terusan menyinggung Fikran yang sedari tadi belum juga muncul. Beberapa menit mereka bercanda, nomor yang belum Elli simpan mulai mengetik.

Rizky Alatas : Mampus ! Dia mulai ngetik pesan. Gua off duluan ya. Dahh

Wawan Negara : Dasar Haters ! Berani nya di belakang. Orangnya belum juga nongol sudah takut duluan.

Elli masih tertawa ngakak, Kiki dan Gara memang suka bercanda membuat dirinya tertawa lepas. Tapi ini sudah malam, ketawa di luar rumah tidak wajar. Baru juga mau membalas pesan mereka di atas. Elli tersungkur ke belakang beberapa langkah.

" Agh !!" Ucapnya. Sebuah bantal mendarat diwajahnya. Menghalang ketikan yang entah apa, sial nya itu sudah terkirim.

Stelli P. W : ghdbsmskeuxb

" Jadi typo gini !" Jawabnya kesal.

" Woi ! Berisik !! Sudah malam ketawa sendiri. Jelmaan Kunti ya?". Suara dari depan balkonnya.

Menoleh ke arah depan. " AGHHHH !!!" Refleks,menutup wajah nya menggunakan telapak tangan.

" Lo memang keturunan yang hobi teriak ya? Teriak tu di hutan biar teman mu ngumpul semua !". Jawabnya dengan nada tinggi.

" Dokter Mesum !!!" Teriak Elli.

Reijal tidak terima di katakan dengan kalimat senonoh. Tapi dia kembali menatap tubuhnya sendiri. Bertelanjang dada memperlihatkan tiap bidang di dadanya, menatap lagi kebawah ternyata Reijal hanya menggunakan celana pendek yang ketat.

Spontan tangannya menutup tubuh. Bersamaan itu, Elli juga masuk ke kamar bersembunyi di bawah selimut tebalnya. Reijal sudah di atas kasur, kembali menghempas diri. Memejamkan mata, tapi sepertinya malam ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Atas kejadian yang menumpuk di kepala .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!