.
.
❤️
💙
.
____________________
" sayang ! Bangun !"
" Bunda ngapain panggil kakak ?!" Ucap cowok kelas 2 SMA
" Kakak mu juga perlu makan sayang, jangan gitu dong !", Kata Ibunya
" Yaelah Bunda ! Seperti biasa aja. Mana makanannya, biar aku yang antarin !" Duduk di ruangan makan
" Gak ! Kali ini Bunda mau Kakakmu makan bersama kita !". Akhirnya wanita itu berjalan ke kamar anak yang hobi menggurung diri.
" Bunda gak akan bisa mengubah kakak, sudah memang begitu anehnya" si adik berbisik. Duduk menunggu di ruang makan sambil memainkan ponselnya
Tok tok tok !!!
" Sayang ! Makan bareng yuk !" Masih berbicara di luar pintu kamar
Belum ada jawaban dari dalam kamar.
" Bunda masuk ya !" Membuka pintu dengan lebar. Melihat isi kamar nya masih terlihat rapi. Anak sang Bunda masih saja tertidur di kasur karena kelelahan kerja mengurus pasien hingga di jadwalkan pulang terlambat. Berbaring telentang di tengah kasur masih menggunakan pakaian kerjanya bahkan sepasang sepatu.
" Kamu lelah ya? Ya sudah tidurlah ". Si Bunda bicara dengan nada pelan dan mencoba membuka sepatu nya. Namun, tiba-tiba sang jagoan bergerak terbangun.
" Bunda ngapain di situ?" Melihat Ibunya jongkok di tepi bawah kasur.
Kembali berdiri. " Tidak. Hanya mau melepas sepatu kamu. Apa kamu capek?"
" Ehm !" Jawabnya dengan singkat
Duduk disisi nya. " Tidurlah, kalau lapar. Bunda taruh makan di kamar mu saja !"
" Bun, boleh kah aku membantu seseorang?" Tidak berani menatap mata sang Bunda. Menunduk menapaki lututnya
" Loh kok nanya ke Bunda. Ya boleh lah. Namanya manusia kan saling menolong !"
" Tapi Bun" refleks menatap mata bundanya yang sayu. " Orang yang i-ingin ku tolong bukan manusia !"
" Jadi kucing?" Hatinya masih menerka-nerka
" Bukan. Tapi-"
" Lakuin apa aja yang menurut kamu baik, Bunda dukung selagi kamu senang membantu siapapun" bagaikan anak bocah yang suka sekali di Elus puncak kepala sama orang tuanya. Hal itu selalu dia lakukan untuk menunjukkan kasih sayang yang amat dalam. Meskipun anak di depan matanya kini, sering di bicarakan tetangga.
" Terimakasih Bunda. !" Dia tersenyum ceria mendengar persetujuan dari Bunda yang amat dia sayangi. Satu-satunya orang yang tidak pernah mengatai dirinya aneh.
" Sama-sama. Tidur lah tapi mandi dulu, setelah itu makan !" Katanya yang sudah berada di ujung pintu.
" Ehm !" Menganggukkan kepala
Pintu kamar sudah tertutup rapat, tinggal dirinya sendiri lalu membersihkan diri sesuai kata Bundanya. Kacamata dia lepas. Duduk di depan cermin yang memantul bayangannya sendiri. Rambut yang tadi rapi, mulai dia gusar dengan tangan membuat rambut gondrongnya berantakan.
Memasuki kamar mandi, melempar pakaian tadi ke keranjang baju kotor. Fikran yang hobi menggurung diri tidak sepenuhnya berdiam dan melamun. Dia begitu menyiapkan dirinya tiap saat agar tidak kaku dengan lingkungan sosial sekitar. Menyalakan shower.
" Hei teman !" Sapa nya
" Hei juga. Kamu boleh juga " menyiuli Fikran yang tampak telanjang dada saat mandi. Menatap perut yang sudah menunjukkan kotak-kotak persegi.
Menutupnya cepat. " Sana pergi, aku mau mandi !" Mengusir dengan sopan
" Iya iya iya !"
Selesai mandi. Fikran sudah mengeringkan rambut tanpa menggunakan baju sehelai pun hanya handuk yang terlilit di pinggangnya. Masih duduk di depan cermin,mulai menata rambut ala-ala dia.
" Hei teman ! Itu gaya kuno. Sisir biasa saja seperti model rambut jaman sekarang ?!" Menatap Fikran di cermin
" Tapi aku tidak biasa. Aku lebih senang rambutku rapi !" Membela diri sambil terus berulang-ulang memberi minyak rambut pada rambutnya.
" Aduh gak jaman, itu gaya abad dinosaurus. Ini sudah 2020 kali ?!" Celotehnya membuat Fikran binggung dan menghentikan aktivitas jari nya
" Jadi aku harus apa?"
" Sisir biasa saja. Kamu kan sudah berlatih tiap hari mempersiapkan diri untuk hidup normal. Jadi berpenampilan lah dengan normal. Jangan pakai kacamata burik itu. Pake softlens"
Menatap temannya yang duduk di kasur. " Penampilan normal seperti apa? Jadi selama ini penampilan ku aneh?"
" Iya. Ganti saja penampilan mu, jadi ganteng nya kelihatan. !"
" Ajarkan aku !" Kata Fikran mulai semangat.
" Baiklah, kita mulai. Sebagai imbalan kamu sudah mau menolong ku !" Semangat yang membara. Mengepal tangan ke atas .
Fikran memulai dengan nada bicara yang tidak tinggi maupun bernada rendah. Berlatih berbicara hingga menemukan nada yang pas lanjut menggunakan softlens yang di simpannya sejak lama lalu ke bagian rambutnya. Kembali mencuci rambut menggunakan shampo lalu di keringkan. Sesuai instruksi, rambut hanya disisir biasa ke belakang dengan rapi. Kedua telinga yang biasa dia tutup kini terlihat,menyelipkan rambut ke belakang telinga.
Ketika tampilan baru itu memuaskan, Fikran membuang segala minyak rambut yang bau nya berbagai rasa yang jumlahnya cukup banyak. Kemudian,membuka lemari. Hanya ada 3 pasang baju bergantung.
" Hah? Serius? Jadi di rumah kamu pakai apaan?" Wajahnya kaget
" Celana kolor aja !" Jawab Fikran masih berdiri di depan pintu lemari yang terbuka lebar.
Menepuk jidat " kamu dokter, punya gaji. Beli lah baju sama sepatu yang keren. Lemari sudah gede gini. Isinya cuma 3 baju di gantung. Mana yang di lipat cuma kolor semua lagi. !"
" Jadi bagaimana dong ?"
" Sebentar. Coba pakai ketiga baju itu. Aku mau melihat gaya andalanmu !"melayangkan perintah pada Fikran
Baju pertama hingga ketiga cara pemakaian nya masih sama. Entah kenapa membuat teman yang menyaksikan nya terus menerus menggeleng kan kepala tanda tidak puas.
" Cukup ! Mata ku sakit. Apa kamu mengidolakan Alm. Jojon? Kenapa celana mu naik begitu?" Cetusnya menunjuk celana Fikran
" Tidak. Aku suka gaya ini. Sangat rapi ! Sejak sekolah juga baju selalu di ajarkan masuk ke dalam celana kan?" Bela Fikran
" Tidak , tidak sesuai umur. Jangan begitu. Ganti ! Beli baju sekarang juga !"
" Bentar aku ganti baju dulu."
" Jangan ! Jangan pakai itu !" Teriaknya membuat Fikran berhenti memakai celana
" Jadi?"
" Begini saja. Ajak adikmu pergi, minta pendapat nya. Lalu pinjam saja baju adikmu dulu. Badan kalian juga gak beda jauh !" Mengusulkan pendapat yang dia pikirkan sejak tadi
" Ba-baiklah !" Fikran keluar kamar masih telanjang dada dan memakai celana kolor bola nya.
Mencari di ruang tamu bahkan keluarga tidak ketemu. Di dapur juga belum ketemu . Naik ke lantai atas menuju kamar sang adik.
Tok tok tok !
" Ntar Bun. Tanggung !"
Fikran menerobos masuk, melihat si adik tengah bermain PS. Mendekati nya, mencoba mengeluarkan kata-kata. Bahkan kalimat belum keluar, si adik menoleh.
" Kakak?" Tampak benggong melirik dari atas hingga bawah. Fokus ke titik tengah alias perut yang selama ini belum dia saksikan. Biasanya tertutup selimut ketika dia mengantar kan makanan ke kamar Fikran.
" Bisakah kamu menemaniku sebentar?" Masih berdiri kaku
" Kemana?" Masih fokus ke perut bidang si Kakak yang selalu dia ejek cupu dan mati gaya
" Belanja sebentar saja. Nanti kamu boleh beli apa saja yang kamu mau?" Fikran menawarkan imbalan yang pas agar adiknya mau menemani
" Em. Baiklah " karena terpana melihat kakaknya yang tidak biasa. Akhirnya ikut dengan senang hati
Singkat cerita, Fikran bersama adik cowok nya jalan berdua ke toko baju. Roni Suherman siswa SMA kelas 2 jurusan IPA adalah adik bungsu Fikran. Sejak dahulu mereka sangat akur apalagi Roni begitu manja pada Fikran, hingga sang kakak memperlihatkan sisi keanehan yang tidak di miliki manusia pada umumnya. Roni kian menjauh, satu rumah namun tak tegur sapa .
Orang tua hanya tinggal sang Bunda. Ayahnya pergi meninggalkan istri karena malu mempunyai anak aneh seperti Fikran yang bahkan tidak bisa dia banggakan di kalangan teman sosial nya. Dulu Sang Bunda bekerja menjadi sosok Guru taman kanak-kanak, untuk membiayai kehidupan mereka hingga sekarang Fikran menjadi dokter. Membuat Bundanya bangga.
Fikran pernah menyaksikan Bunda tercinta sedang shalat dan berdoa agar anaknya kembali normal. Menangis dan bersujud mohon ampunan pada sang Ilahi, namun Fikran masih menunjukkan keanehan nya didepan umum hingga dia kecil selalu di jauhi teman bahkan sang adik sendiri. Saat itulah, Fikran mencoba melatih diri hidup normal tidak berbicara di sembarangan tempat. Menunjukkan tekad kuat untuk move on dari kehidupan lama.
Nampak asik mengobrol biasa dengan si adik. Hingga sang adik di belikan PS baru. Hubungan awal yang akan semakin membaik, pikir Fikran. Berjalan ke toko selanjutnya untuk membeli beberapa baju lagi dan hadiah untuk sang Bunda.
" Kak . Maafin aku sudah menjelekkan kakak sejak dulu. !" Ucap Roni mengawali pembicaraan yang masih nampak canggung di hatinya
" Gak papa. Cukup jadi adik yang nurut sama Bunda aja dek ! Banggain Bunda, karena kakak belum bisa bikin bunda membanggakan kakak !" Mereka berdua duduk mengobrol di bangku dalam Mall
" Jadi dokter saja, Bunda sangat bangga sama kakak. Aku tahu, dalam hati bunda yang dalam sangat membanggakan kakak !" Jawab Roni
" Begitu ya? Em. Cita-cita mu jadi apa?" Fikran melihat Adiknya yang duduk melamun
" Belum tahu kak. Ntar kalau dah tahu. Aku kasih tahu kakak !"
" Ya sudah. Kita makan bersama. Mau tidak?" Fikran mencoba menawarkan lagi. Agar hubungan yang lama terjalin membaik.
" Em. !" Menatap senyum pada sang kakak yang sudah memancarkan kegantengan di dalam Mall. Siapapun melihat perubahan nya kini, pasti sangat mengagumi nya.
Ya, termasuk pengunjung Mall. Ketika makan saja wanita memandang ke arah mereka. Adik kakak yang berwajah ganteng, membuat Fikran risih hingga menutup wajahnya namun di tepis sang adik.
" Gak papa kak ! Pede aja, itu salah satu cara hidup normal " jelasnya sambil memakan mie
" Pede? Apa itu pede ?!" Fikran binggung, spontan Roni melemaskan wajah dan menepuk jidat.
Masih sama aja otaknya ! Roni
_____________
Tok tok tok !
" Assalamualaikum Bun. Bunda sudah tidur belum?" Panggil Roni didepan pintu.
" Masuklah sayang !"
Roni masuk ke kamar bunda. Melihat Beliau yang baru selesai shalat, melipat mukenanya. Tampak wajah sayu dan sisa-sisa butiran kecil di ujung mata. Roni tahu kalau Bundanya memang selalu menangis selesai shalat. Kesedihan yang sampai kini Beliau pendam yang di sembunyikan lewat senyum tiap hari di depan para putra nya.
Roni duduk di samping bundanya. " Bunda kenapa belum tidur?"
" Habis ini tidur. Ada apa?"
" Tidak. Hanya ingin melihat Bunda aja" jawab singkat Roni
" Kamu dari mana? Apa kakak mu sudah makan?"
" Sudah tadi. Bunda, em. Aku dan Kak punya sesuatu buat Bunda " Roni mencoba menarik tangan Beliau beranjak dari kasur.
Mengikuti anaknya." Kemana?" Keluar dari kamar menuntun menuju ruang keluarga. Mereka berdua sengaja merencanakan untuk memberi sedikit ungkapan sayang kepada Bunda yang rela bekerja sejak kecil tanpa sosok ayah sebagai kepala keluarga.
Ohhh Bunda..
Ada dan tiada dirimu..
Kan selalu.. ada di........
Dalam hatiku ❤️
Terdengar suara dari bawah. Menyanyikan lagu pendek seraya jemari memetik tiap ruas piano yang sudah sejak dulu berada di sudut ruangan rumah. Fikran sangat menyukai alat musik itu sejak dia berusia 5 tahun. Menyanyikan lagu setiap sang adik menangis ditinggal bekerja sang Bunda.
Tertegun melihat Fikran memainkan piano. Kaget dan cukup sangat terharu melihat anaknya keluar dari kamar saja dia sudah bahagia apalagi aksinya malam ini. Hingga tak kuasa menahan air mata yang kian membludak keluar berjatuhan.
Bagi keluarga kecil ini, kebahagiaan akan di mulai esok. Fikran dengan berani memberi buket dan sejumlah tabungan untuk Bundanya yang sejak dulu dia simpan. Ya, dia sangat menyayangi Bundanya.
" Em. Apa bunda ingin sesuatu lagi dari ku?" Melirik Bunda duduk di bangku piano tepat disisi kanannya sedangkan Roni di kiri.
Memegang amplop tabungan sambil mengibaskan nya ke wajah" em apa ya?. Bunda mau anak bunda cari pacar !"
" Untuk apa pacar? Bunda saja sudah cukup" jawab Fikran membuat Rino geram
" Yaelah kakak. Sudah berubah ganteng gini masa jual mahal. Cari pacar sana, biar Bunda makin sayang " mengibuli kakaknya
" Gitu ya. Nanti kakak coba cari !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Faridah
novelnya bagus
2020-06-11
0