MTM #15 Ingin Sendiri

Di rumah Elli~

________________

" Assalamualaikum !". Sahut Elli di depan rumahnya. Memasuki rumah berwajah datar. Menatap lantai keramik juga langkahnya.

" Walaikumsalam. Elli, kenapa mata mu? Mana mobilnya. Ibu gak dengar kamu memasuki mobil ke bagasi ?!". Sejumlah pertanyaan sudah muncul dari sang Ibunda. Menoleh dengan pandangan kosong. Matanya sayu.

" Gak papa Bu, nanti kalau ada Bibi. Makan siangnya antar ke kamar aja ya. Elli mau rehat !". Berlalu meninggalkan sang Ibu.

Tentu saja untuk sang Ibu melihat raut wajah putrinya membuatnya resah. Akhir-akhir ini, dia pulang dengan wajah yang tidak baik. Masih menatap punggung Elli yang sudah hilang menjadi satu titik bayangan kemudian terlihat menutup pintu kamar.

Si Ibu menoleh ke arah luar seperti terdengar suara mobil masuk ke bagasi. Kemudian beranjak dalam diamnya dan pergi menghampiri pria tampan tetangganya itu. Setelah sampai di depan pintu, Reijal keluar dari pintu mobil.

" Siang Bu. Ini kunci mobil Elli. Apa dia sudah sampai?". Sekedar basa-basi, menghilang kan rasa takut nya

" Sudah sampai, baru aja. Elli kenapa gak bareng kamu? Apa kalian bertengkar? Matanya habis menangis, Nak !". Memasang wajah nampak khawatir. Reijal binggung harus memulai dari mana penyebab Elli menangis, ya karena dirinyalah. Bibirnya masih belum mau terbuka untuk menjelaskan permasalahan .

" Coba Ibu tanya kan padanya. Saya tidak tahu kenapa ". Bernada pelan dan lembut.

" Ya sudah nanti Ibu tanya. Pulang lah, pasti capek kan? Makasih ya sudah menjaga Elli dengan baik !". Menebar senyum lagi padahal hati kian resah.

Reijal mengangguk dan mencium punggung tangan Ibunda Elli lalu keluar pagar dan berjalan ke rumahnya.

Di rumah Reijal~

Sampai detik ini aku tidak pernah menjaga dia dengan baik Bu, maaf ya kalau aku berbohong. Reijal

Di dalam kamar, Reijal membanting tas nya ke atas kasur. Pucat pasi, binggung harus bagaimana meminta maaf atas seluruh kesalahannya. Kepala seakan berat berpikir, dia berusaha menopang pelipisnya dengan tangan. Masih berpikir lagi dan lagi.

" Agh !!! Aku terkadang benci sama diriku sendiri. Tidak bisa membedakan pria sama wanita. Kenapa aku bisa sekasar itu !". Ucapnya bernada tinggi. Menghantam kasur dengan kepalan tangan sendiri hingga memantul.

_______

Sementara itu dikamar Elli, dia masih merebahkan dirinya terlentang di tengah kasur dengan kaki masih bergantung ke bawah. Menatap langit-langit plafon. Entah apa yang dia pikirkan rasanya kosong dan hampa.

Ting !

Suara notif wa terdengar, tidak beranjak dari kasur tapi tangan yang meraih ponsel di dalam tasnya. Terlihat dari layar depan siapa yang mengirim. Tanpa dibuka pesan itu dia bisa membaca nya di layar atas.

Pria Mesum : Aku suka kamu Elli

Elli melempar hp itu di sisinya. Mencerna kembali isi pesan yang dikirim mendadak.

Eh

Kaget bukan kepalang. Bangun dari kasur kembali melihat pesan di layar atas. " Suka sama aku? Apa begitu caranya meminta maaf ? Jangan-jangan memang dia sudah gak waras !!! Ah, terserah lah. Aku tidak akan memperdulikan nya lagi mulai hari ini !!!!!!". Tidak peduli akan dunia tetangga nya itu. Pria yang sebagai atasan tersebut begitu sangat kasar dan acuh pada dirinya bahkan ke seluruh orang di rumah sakit.

Elli membersihkan dirinya. Dia juga akan mencuci baju hari ini. Jas kebanggaan itu sudah ternodai. Sebelum mandi, dia turun ke lantai bawah mencuci pakaian sendiri. Mencari aktivitas agar jengkel didalam pikirannya memudar.

Memasuki ruang cuci, terdapat mesin cuci dua buah dan beberapa keranjang baju kosong. Mungkin sudah di cuci si Bibi. Bajunya yang menumpuk digiling dimesin cuci kecuali jas putih itu dia kucek, dia sikat sambil berjongkok. Tampilan acak-acakan kalau dirumah, sudah biasa.

" Non ngapain? Biar bibi aja yang nyuci !". Sahutnya dari belakang.

" Gak usah Bi, Elli aja. Bibi kerja yang lain aja. Nanti makan siangnya antar ke kamar aja ya !". Masih  mengucek pakaian kesayangan nya.

" Iya Non. " balas Bibi lalu pergi dari ruangan tersebut. Beralih kembali masak di dapur.

" Elli kamu gak makan siang sama Ibu? Kok mau sendirian di kamar?". Tanya si Ibu melihat pakaian Elli sudah selesai dia giling.

" Gak papa Bu. Elli mau sendirian aja. Ntar malam baru makan sama Ibu sama Bibi juga !". Tengah sibuk membilas baju-baju nya. Si Ibu terus memperhatikan Elli apalagi raut wajah putri bungsu nya kini seperti memancarkan aura kesedihan.

" Apa kamu bertengkar sama Reijal?". Akhirnya, nama itu Ibunya sebut juga. Membuat Elli berhenti beraktivitas dan menoleh pada si Ibu didepannya.

" Bu, jangan sebut nama itu ya. Elli gak begitu suka. Sudahlah, Elli mau nyuci. Ibu istirahat aja dikamar !". Menyentuh lembut tangan Bu Sari kemudian lanjut menunggu mesin berputar.

Mata sembab itu saksi kalau Elli bertengkar dengan Reijal, ya itu sekilas pemikiran si Ibu. Meninggalkan Elli, membiarkan dahulu dia sendiri menetralkan suasana hati yang masih kurang baik.

Jam makan siang sudah tiba, dia makan di kamar menatap makanan berharap nafsu makannya bergejolak. Namun, beberapa suap sudah merasakan kenyang. Melirik jendela besar kamar yang masih tertutup gorden berwarna merah muda, mengingat kejadian sepulang kerja lalu membuang muka. Masa bodoh, itulah kekehnya hati Elli membenci tetangga nya itu.

Mengantar sisa makanan ke dapur perlahan-lahan menatap langkahnya di atas anak tangga, sembari memegang nampan cukup besar. Meletakkan nya di dapur.

" Non, ada yang mencari Non Elli di luar !" . Si Bibi muncul tiba-tiba di dapur menghadang jalan Elli

" Siapa Bi? Kalau tetangga sebelah jangan biarkan masuk. Usir saja dia. Elli mau tidur !". Cetus Elli berwajah datar. Si Bibi malah heran.

" Te-tetangga se-sebalah Non !". Jawabnya gugup.

" Usir !!!". Melengos lalu pergi cepat ke kamarnya. Datar namun jutek.

Si Enon kenapa ya? Lagi dapet kali. Biasa cewek muda lagi dapet rawan pertengkaran sih ! Bibi

__________

Tok tok tok !

" El, apa kamu masih tidur? "

Suara si Ibu membuat Elli terbangun dari tidurnya. Lalu beranjak dari kasur. Jiwa nya masih belum terkumpul, masih kemana-mana. Berjalan menuju pintu, terbuka lah sedikit pintu kamarnya.

" Kenapa Bu?" Mata yang sayu sudah terbuka melihat sosok Ibu berdiri kokoh di depan pintu. Mengintip dari cela pintu.

" Em. El, aku-"

Brukkk !!!

Suara pintu kamar begitu kerasnya menghantam. Aksi itu sedikit gila untuk si Ibu, hanya karena Reijal memperlihatkan dirinya.

" Bu, Elli sudah bilang jangan sebut namanya atau membawa dia ke rumah ini ! Jauhkan dia dari Elli Bu !". Berdiri bersandar di belakang pintu, mengerang keras atas permintaan nya

" El, maafin aku !" Ucapnya lirih masih berdiri di balik pintu sedangkan Bu Sari sudah pergi . Kini keberadaan mereka terhalang oleh pintu kamar Elli. " El, buka !".

Benar, Elli membuka pintu kamarnya menatap Reijal berdiri didepan dengan gagah memamerkan senyum palsu itu.

Bruk !!!

Elli melempar boneka beruang nya ke arah wajah Reijal, seperti isyarat untuk mengusir nya. Kembali menutup pintu kamar dengan keras. Reijal pun terlonjak akibat suara pintu. Dan kembali menggedor, memohon maaf.

" Pergi !" Teriak Elli.

Reijal pergi dengan perasaan hampa sambil memegang Boneka milik Elli yang dia lempar. Menuruni tangga menatap semu bayangan hitam yang berjalan. Bu Sari tidak berkata apa-apa hanya mengelus pundak Reijal, layaknya memberi dukungan penuh.

Berjalan terus keluar rumah. Ketika sudah di teras rumahnya sendiri, kembali menatap lesu rumah Elli. Sungguh merasa bersalah dia melakukan hal bodoh itu dan sekarang dia begitu menyesal. Hingga pintu kamar saja tidak terbuka apalagi pintu maaf dari seorang wanita cantik disebelah.

Srettt !!

Suara rem mobil berhenti di depan rumah Reijal. Mobil yang sungguh familiar untuk dirinya. Keluarlah Fani Oktora, mantan kekasih yang dia putuskan di depan Elli.

" Ngapain kamu ke sini?" Ucap Reijal kaget.

Untung saja Fani terhalang oleh pagar besi rumah Reijal yang dia kunci barusan. " Buka ! Aku mohon. Jangan putusin aku !"

" Sudah lah pergi dari rumah ku. Aku tidak sudi melihat wajah mu !". Ketika hati mulai rapuh rasanya ingin memarahi siapa saja yang mendekat.

" Jal, ku mohon buka !!" Kembali memohon rasa simpati sampai rela membuang air mata di hadapan mantan kekasihnya .

Cih

" Terserahlah. Nanti kalau wartawan bertanya kamu kenapa menangis didepan rumah ku. Sekalian aku membuat jumpa pers, kalau hubungan kita sudah putus !!!". Ancam Reijal dengan judes, menunjuk wajah Fani.

" Ada apa ini ribut-ribut, Nak ?" Bu Linah keluar dari rumah melihat dua sosok insan berdiri. Yang satu malah menangis didepan rumahnya. " Jal, apa pesan Ibu . Jangan kasar !". Mendekati putra nya.

" Sudahlah Bu, aku mau tidur saja !" Melewati sang Ibunda masuk dan berjalan ke kamarnya. Tidak peduli dengan wanita di depan pagarnya, sungguh acuh.

Bu Linah mendekati Fani yang sesunggukkan menangis " Nak, apa kamu mau berbicara sebentar sama Ibu?". Ucapnya pelan

Mengangguk kepala berulangkali lalu menghapus air mata gombalan itu dengan cepat. Bu Linah membuka pagar. Kemudian menarik pelan lengan Fani, membawanya duduk di ruang tamu.

" Bi, ambilkan air putih !" Perintah si Ibu. " Apa kamu sudah makan?". Melirik mata Fani

" Sudah Bu. Bu apa aku bisa ke atas bertemu Reijal? Dia memutuskan ku tanpa hal yang jelas !"

" Reijal itu anak nya keras, kalau tidak dia akan berkata tidak. Maaf kan dia, mungkin di luar sana ada pria yang lebih cocok dan baik buat mu. Tuhan belum menyetujui hubungan kalian, cobalah mengerti di posisi Reijal.. !" Nasihat Ibu sungguh pelan namun hatinya juga tidak menyukai wanita didepannya ini. Namun di saat seperti ini, jalan terbaik bukanlah dengan marah-marah.

" Tapi Bu, aku menyayangi dia !" Masih terus menangis menunduk memikirkan hubungan nya

" Dengarlah, pasti di luar sana ada yang menyayangi mu lebih dari dirimu sendiri. Reijal mungkin ingin sendiri dulu. Sudah jangan menangis, sayang air mata mu !" Menyentuh rambu Fani yang terjatuh, menyelipkan nya ke belakang telinga

__________

Mengambil ponsel yang berada di bawah lampu tidurnya. Membuka wa yang biasa dia gunakan untuk berkomunikasi.

" Hah !?????? " Ekspresi sungguh kaget ketika membaca pesan wa yang terkirim beberapa menit yang lalu. " Apa ini? Aku tidak mengirim pesan ini. Agh !!! Pasti Ibu mengetik pesan ke Elli ?!!!". Mengacak-acak rambut hitamnya. " Mau taruh di mana muka ini, lebih baik aku hapus mumpung centang dua !". Mengucik pesan wa bertulis Aku suka kamu Elli kemudian dia hapus untuk semua orang.

Frustasi hanya karena tiga kata yang sederhana namun berarti lain. Membuat dirinya sendiri merinding, membayangkan dia mengetik pesan itu. Yap ! Muncul lagi debaran jantung. Boneka beruang milik Elli sudah menempat di sisi ranjangnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!