MTM #22 Tetangga 3

Tak terasa, waktu sudah semakin berlalu . Ini waktunya pulang ke rumah. Kerjaan juga sudah beres, Elli menuju mobil ke parkiran. Sebenarnya, dia malas menyetir mobil karena kejadian waktu itu masih melekat jelas di hatinya. Cuma di paksa sang Ibunda, mau tidak mau nurut saja.

Menyalakan musik MP3 di dalam mobil agar tidak sunyi. Mengikuti alunan musik sambil fokus menyetir. Sekali-kali dia juga ikut menyanyikan lagu tersebut.

..I see your monsters I see your pain

Tell me your problems I’ll chase them away

I’ll be your lighthouse

I’ll make it okay

When I see your monsters

I’ll stand there so brave

And chase them all away...

Siapa sangka, lagu yang di nyanyikan berhasil membuat fokusnya terganggu. Sepintas kepingan memori di otaknya kembali terbuka. Sosok pria kembali membayangi pikirannya.  Sebelum berfantasi tentang pria sombong itu, secepat kilat tangannya mematikan lagu di mobil. Alangkah, lebih baik sunyi.

" Mampus Gila ! Otakku semakin tidak waras, untuk apa aku membayangkan yang tidak-tidak. Apalagi sama pria sombong dan mesum itu ! Aghhh ! Ku harap dia di makan sama wartawan di luar sana !".

Ungkap Elli begitu geramnya.

Membayangkan apa? Reijal

Jelas sudah, wartawan berkumpul di depan pagar rumah Reijal. Menyaksikan dari dalam mobil saja membuat dia merinding. Bagaikan artis papan atas saja. Memasuki gerbang hingga masuk dalam bagasi mobil. Untung wartawan tidak tahu kalau tetangga orang yang ingin mereka wawancarai juga berasal dari satu rumah sakit.

Si bibi langsung sigap menutup pagar.  " Bi, rame bener di sebelah?". Menutup pintu mobil.

" Ya Non, banyak wartawan mencari Tuan Reijal. Beritanya makin heboh Non !". Sambung si Bibi.

Sambil berjalan bersama si Bibi memasuki rumah. " Oh ya? Sejak kapan mereka di situ?". Tanya Elli lagi

" Sejak siang Non. Oh ya, Ibu lagi dirumah Non Ayu mungkin besok baru balik !". Menutup pintu depan.

Elli berbalik. " Kok gitu? Elli gak di kasih tahu Ibu?". Ucapnya kecewa.

Mengedikkan bahu. " Saya tidak tahu non El !".

Mendehem sendiri. Menaiki anak tangga dengan cepat. Dia sudah di kamar alias atas kasur, merebahkan diri sejenak. Kalau begini, rumahnya sunyi tanpa Ibu bahkan Behzad. Hanya dia dan Si Bibi.

" Biarkan ! Aku istirahat saja hari ini". Omelnya kesal karena di tinggal si Ibu.

Hari makin sore, dia sudah berniat ingin mandi. Tapi malah turun ke bawah sambil menenteng handuk miliknya. Mencari keberadaan si Bibi yang pastinya di dapur.

" Bi !". Panggilnya.

" Ya Non !". Muncul dari depan.

" Bi, ntar malam masak apa? Elli pengen bakso deh. Yang buatan Bibi waktu itu. Seperti nya maknyusss !". Lidahnya ingin bernostalgia masakan Bibi yang lezat.

Menganggukkan kepala. " Siap Non".

" Yang banyak ya Bi. Soalnya Elli laper hehe. Pengen makan banyak-banyak biar masalah di hati lepas keluar". Ocehnya memainkan mata. Padahal itu tidak ada sangkut pautnya dalam makanan sih. Namanya Elli suka tidak jelas.

Belum juga Bibi membalas ocehan garing Elli. Dia sudah kembali menaiki tangga bergegas menuju kamar mandi. Di kamarnya begitu berisik, menyalakan lagi speaker begitu nyaring. Sampai di kamar mandi pun dia berjoget mengikuti alunan musik, layaknya lagi manggung. Botol sampo dijadikan mic untuk bernyanyi.

....And now I beg to see you dance just one more time.

Ooh I see you, see you, see you every time.

And oh my I, I like your style.

You, you make me, make me, make me wanna cry.

And now I beg to see you dance just one more time...

Sungguh asik sampai dia lupa dengan masalah yang akan datang lagi berikutnya. Beberapa menit lagu itu mati dengan sendirinya. Keadaan kepala masih bersampo. Diam dan binggung, melihat atas plafonnya lampu masih menyala terang. Berarti bukan listrik dong yang mati. Lantas apa?

Mampus Gila deh ! Siapa sih yang matiin musiknya. Lagi asyik-asyiknya juga ! Elli

Menarik handuk di gantungan lalu dia lilitkan sedadanya. Kemudian keluar ke kamar mandi. " Bi ! Kenapa di matikan musiknya ?!". Ucap Elli menepis tetesan air sampo yang sedikit perih.

Jleb !!!

AGHHHHH !!!! AGHHHH !!!! Teriak mereka berdua. Sungguh suara berisik wartawan menjadi sirna di luar pagar. Teriak sekencang-kencangnya karena spontan.

Tok tok tok !

" Non, ada apa?". Suara Bibi dari luar. " Non, gak papa kah? Apa ada kecoa atau apa?". Tanya bibi makin panik.

Memandang si pria di depannya kini masih berbaju dinas putih ala dokter. Lagi menutup wajah menggunakan tangannya. Begitu juga Elli, tangan nya sudah melingkar di leher menutup bahu putih nya yang nampak jelas.

" Gak papa Bi. Cuma masalah ke-kecil. Bibi masak Aja !". Sahut Elli dari dalam.

" Oke Non !". Beranjak dari depan pintu. " Perasaan tadi yang teriak dua suara deh, masa iya Non Elli punya bakat meniru suara laki-laki??". Ucapnya semakin binggung.

Brukkk !!! Bruk !!!

Lemparan benda di dekat Elli melayang ke arah Reijal. " Heh ! Pergi kau tetangga mesum ! Berani-beraninya masuk ke kamar ku!!!!". Omelnya.

" Agh !". Menghindar lemparan. " Aku gak mesum ! Aku tadi mau pulang tapi lewat kamar mu lebih mudah ! Tapi di sini berisik, telinga ku mau pecah !". Ujarnya membuat Elli menghentikan lemparan

" Pergi !!!". Elli sungguh kesal.

Reijal berjalan menunduk. Dia tidak mau menodai mata sucinya hanya menonton tubuh gadis di depannya. Apalagi tadi sudah sekilas melihat Elli. Takut pikirannya semakin liar.

" Iya iya aku pergi! Maaf ganggu waktu mu nona tetangga yang gila !". Ejeknya lalu berlari. Membuang tas ke balkon kamarnya. Lalu memanjat balkon Elli kemudian melompat .

" Heh Tuan tetangga yang mesum. Rumah mu punya pintu, kenapa harus lewat kamar seorang gadis ?! Otakmu gila ya?". Elli mengomel didepan jendela besarnya. Tenang, dia sudah memakai handuk baju meskipun sampo masih ada di rambut.

" Hei Nona tetangga yang gila, hobi teriak ! Gak lihat apa di luar sana banyak fans ku. Kalau ada jalan pintas, kenapa tidak? Ah, sudah lah. Mandi sana ! Kelamaan keramas, rambutmu kembali keriting nanti !" . Lagi, Reijal dengan santai mengolok-olok Elli. Dia bahkan tertawa.

Elli mengepal erat tangannya. " Terserah ! Aku membenci mu ! ". Menatap sinis, membuang muka dan menutup jendela besar tersebut sangat rapat. Lalu Gorden pink nya menyusul.

Elli kesal, sungguh jengkel. Rasanya dia ingin merobek wajah pria tersebut. Baru kali ini ada pria asing berani masuk ke kamarnya. Mengumpat dalam hati, menyumpahinya dengan berbagai macam kata-kata. Kembali dia menyalakan speaker dan musik sampai telinganya budek dan hatinya puas.

_________

Ting Ting Ting !

Deting suara ponsel berbunyi.

My Sister : Dek, nanti habis Isya antarkan baju Ibu ya. Yang biasa Ibu pakai sama bantal putih itu.

Stelli P. W : Kok Ibu gak sekalian bawa tadi? Ya deh ntar Elli bawain.

My Sister : Oke. Sekalian sini ada Ayah juga loh. Emang gak kangen?

Stelli P. W : serius? Kangen ! Nanti Elli ke sana sama Bibi bawain bakso

My Sister : Di tunggu Dek . Jangan lama-lama

Tok tok tok !

" ih apaan sih. Berisik banget !". Beranjak dari kasur. " Bentar !". Membuka kunci jendela. Muncul lah wajah pria ganteng yang menjengkelkan. Sekilas saja Elli lihat lalu kembali dia tutup.

" Eh tunggu-tunggu !". Menahan pintu jendela menggunakan tangan. " Boleh gak numpang makan? Laper ni !".Imbuhnya.

" Gak !". Bernada jutek.

Reijal membuka jendela sekuat tenaga. Dan akhirnya terbuka. " Boleh gak? Aku laper. Di rumah si Emak lagi mengamuk !".

Elli masih kesal, ancang-ancang mau menutup pintu jendela lagi. " Gak ! Sana lah. Aku tidak peduli, mau mati kelaparan pun terserah !".

" Oke !". Menerobos masuk kamar Elli. Membuka kunci kamar lalu berlari secepat mungkin ke lantai bawah. Sedangkan itu, Elli berusaha mengejar orang gila tersebut.

" Malam Bi. Boleh kah aku ikut makan malam di sini?". Tanya nya dengan ramah. Menarik kursi dan duduk manis.

Kebingungan. " Heh? Boleh kok. Kebetulan Bibi masak banyak. Tunggu sebentar ya tuan !". Bibi masih memasang wajah heran. Berjalan ke dapur. Menyiapkan hidangan di meja makan.

Elli sudah sampai di ruang makan melihat Reijal cengar-cengir tak jelas memandang Elli yang sudah geram. " Gak tahu diri banget sih ! Minta maaf tidak, sekarang malah mau minta makan di rumah ku !". Berdiri di dekat kursi Reijal. Berkacak pinggang dengan sebelah tangannya.

Bibi pun datang, membawa nampan lengkap berisi bakso dan lainnya. Lalu, di hidangkan pas di depan matanya. " Wah, enak ni Bi !".

Mendengar pujian si Bibi malah senang. " Ya dong. Tuan coba saja !".

" Bi, kenapa bibi kasih dia? Nanti stok nya kurang Bi !". Omel si Nona cantik alias Elli.

" Masih banyak Non !". Pekik si Bibi.

Elli tidak memperdulikan Reijal yang kelaparan. " Bi, siapkan baksonya ya. Kita makan di rumah kak Ayu. Ada ayah di sana !". Perintah Elli melirik ART nya itu.

OK. Isyarat dari tangan Bibi. Beranjak dari ruang makan lalu melaksanakan tugas Elli dengan cepat. Orang di depannya sudah tidak diperlukan bahkan tidak dia pandang. Elli lewati begitu saja.

Srttt !

Tangan Elli berhasil di pegang Reijal layaknya film India gitu. " Hei Nona. Maaf aku menerobos masuk ke rumah mu ! Terimakasih makanannya " . Melihat kedua mata Elli.

Membuang muka, berusaha melepas tangani sendiri. " Hem !". Berjalan sudah jauh kembali menoleh. " Hei Pria mesum. Cuci piring mu itu jangan suruh Bibi". Teriaknya.

_______

Ting !

Jangan di balas : Terimakasih. Maaf

Membaca pesan itu, entah kenapa dirinya senyam-senyum sendiri di dalam kamar. Pesan singkat dari pria gila tadi, Reijal. Ah ! Dia malas sekali menulis nama atasannya itu. Sesuai mood saja, terkadang namanya sering diganti Elli. Apalagi jika suasana hatinya kesal, entah nama binatang apa yang cocok buat pria tampan tersebut. Yang penting dia puas.

" Gak bakal ku balas !". Ucapnya kokoh dan percaya diri. Memang tidak di balas. Tapi hatinya gak karuan.

Agh !!! Hati ku mau Mampus dan gila ! Elli

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!