MTM #8 Periksa Mata

❤️

.

.

Beberapa menit yang lalu, saat Elli dan Gara selesai mengunjungi ruangan Ahmad.

________________

Tok tok tok !!

" Ya masuk !" Ucap orang di dalam ruangan.

" Hei, apa dirimu tidak ada pasien hari ini? Jam segini terlihat sepi !". Duduk di sofa memangku kakinya . Menyenderkan kepalanya di belakang sofa.

Dokter muda itu mendekat duduk bersama dokter Reijal. " Begitu lah. Akhir-akhir ini harga wortel mungkin murah. Jadi tidak ada keluhan di mata"

Menegakkan tubuhnya. Duduk dengan posisi normal. " Hei Kris, coba periksa aku !"

Krisnaka Sostro atau biasa di panggil Kris, dia adalah sahabat Reijal sejak kecil. Hingga saat bekerja juga masih dalam lingkungan yang sama bahkan dekat. Satu-satunya dokter pesialis Mata di rumah sakit. Baik dengan siapapun tak terkecuali kepada pacar sahabat nya sendiri, Fani Oktora.

" Ada apa dengan mata mu?" Tanya nya.

Memiringkan kepalanya sedikit ke sisi kiri. " Aku rasa, mataku bermasalah!"

Memajukan posisi duduknya, " keluhan mu apa? Ku kira dirimu tidak bisa sakit !"

Menonjok perut Kris. " Bicara sekali lagi, ku nikahi kamu sama Fani !". Ancam nya

" Cih ! Kapan ?!" Godanya pada Reijal.

Reijal kembali merebahkan kepalanya di sandaran sofa. " Ya terserah kamu mau kapan. Lebih cepat lebih baik kan?".

" Putus dulu lah, baru ku lamar. Ya kali, aku nikung pacar sahabat sendiri". Cetus Kris dengan nada memelas

Diketahui kalau Kris menyukai Fani sejak kuliah. Awal hubungan itu terbentuk karena Kris memperkenalkan Reijal pada Fani saat mulai bekerja sebagai dokter di rumah sakit, disaat Kris menyukai Fani malah Fani terus mencoba mendekati sahabat dekat Kris.

Namun, rasa suka itu belum kunjung pudar di hati Kris. Dengan sifat Fani yang memang kurang baik, tapi tekad Kris ingin merubah Fani menjadi wanita yang baik sudah sejak dulu. Sekarang dia tahu, kalau Reijal tidak menyukai Fani. Mereka berdua terkadang menyusun agar hubungan itu putus.

" Sudahlah ! Aku tidak punya banyak waktu. Periksa aku sekarang !". Perintah Reijal mengulurkan tangannya

Menepis tangan Reijal. " Sakit apa sih? Sakit mata apa sakit jiwa?!"

" Buruan. Aku ada janji !" Kata Reijal.

" Janji apaan? Sama cewek ?!"

" Kepo !" Cetus Reijal membuat Kris memandang tajam. Beberapa detik kemudian, Reijal memperlihatkan tawanya di depan Kris.

Melakukan prosedur pemeriksaan dengan berbagai step. Reijal mengajukan keluhan yang tidak masuk akal, membuat sahabat nya itu tertawa. Entah berapa lama di periksa secara mendalam. Kris menyatakan kalau dia tidak memiliki sakit mata apapun. Bahkan matanya masih normal.

Bukan mata mu yang sakit. Tapi mata hatimu lagi tersumbat ! Kris

___________

Mereka kembali duduk di sofa.

" Masa iya aku tidak sakit?". Tanya Reijal yang seakan tidak percaya

" Iya sehat wal'afiat malah !" Gumam Kris dengan senyum

Ponselnya berdering, Reijal mendapat telepon dari Fani. Namun, tidak dia angkat. Membiarkan ponselnya di atas meja untuk di perlihatkan pada Kris.

Mata Kris membesar dan kaget saat mengeja nama Fani. " Genderuwo !!"

Membalas dengan senyum sinis. " Iya, biarin. Aku malas meladeni ocehannya !"

" Angkat aja, Siapa tahu penting !"

" Gak ada kata penting kalau dia menelepon ku Kris, sudahlah !". Menyenderkan kembali kepalanya. Seperti dia masih mengantuk, sejak kemarin malam tidak nyenyak tidur

Kris tidak mau ikut campur meskipun menyukai Fani. " Eh ngomong-ngomong, kamu pindah rumah lagi?"

Memejamkan mata. " Em, dan gak akan aku kasih tahu kamu alamatnya dimana ."

" Pelit banget ! Siapa tahu, aku rindu ingin main bersama mu !" Mencari alasan untuk menemukan jawaban

Melipat kedua tangan di dada. " Tidak, apapun alasannya. Tidak akan aku beritahu. Aku gak suka, tu genderuwo tiba-tiba nyelonong masuk rumah ku"

Kris menghela nafas pelan . " Kok Fani? Tidak ada kaitannya sama dia. Yang bertanya kan aku !"

Telepon itu terus berdering berkali-kali. Membuat Reijal kesal dan kembali menegakan tubuhnya, memencet mode silent . Lalu, kembali bersandar untuk mengistirahatkan dirinya di ruangan Kris.

Kris meninggalkan sahabat nya yang terpejam. Membawakan segelas kopi panas dan beberapa camilan di atas meja.

" Hei Kera Sakti ! Isi perut mu dulu, kamu belum makan kan ?" Panggil Kris

" Ehm !" Berkata sambil memejamkan mata layaknya tidur dengan posisi duduk

" Makanlah, aku tidak akan bertanya tentang Fani kok !" Ujar Kris sambil memakan biskuit coklat

Mendengar temannya berkata begitu, Reijal mengintip sedikit di balik matanya. Melihat Kris lahap memakan biskuit. Dia pun kembali duduk dengan benar. Menyeruput secangkir kopi buatan Kris ditambah biskuit kegemaran mereka berdua.

" Memangnya kamu mau bertemu siapa?" Meneguk teh panas.

" Kunti !" Jawab Reijal singkat.

Kata aneh itu membuat Kris spontan menyemburkan teh panas ke wajah Reijal duduk berhadapan dengannya.

" Astaghfirullah. Maaf Jal !!"

Kris mengambil lembaran tisu, membersihkan air yang cukup banyak membasahi wajah Reijal.

Kampret !!!

" Sudahlah. Biar aku saja !". Merampas tisu dari tangan Kris. Dan membersihkan nya sendiri.

" Maaf Jal. Aku kaget aja mendengar kamu berkata begitu !". Merapikan baju sahabat nya

" Kaget apa sengaja? Memangnya  perkataan ku aneh apa?!". Mengambil lagi tisu dengan wajah judes

" Ya aku gak tahu. Kalau sahabat ku ini, senang berteman dengan makhluk astral !". Jelas Kris membuat Reijal kesal. Menepis tangan yang menyentuh baju nya.

______________

Kembali ke Elli...

Tok tok tok tok!!!

" Ya masuk !" Ucap asisten Reijal.

Sudah dipersilakan masuk, tapi kaki Elli gemetar ketakutan. Pikirannya, dia sudah telat. Mencoba mengambil nafas panjang lalu dia keluarkan, merapikan pakaian dan rambut sejenak agar gugup nya pudar.

Bismillah !

Elli mendorong pintu, memasuki ruangan cukup besar. Tampak terlihat ada seorang yang duduk  menatapnya.

" Permisi Mbak. Saya mau bertemu Dokter Reijal nya !". Elli mendekat dan masih berdiri

Asisten dokter yang bekerja di ruangannya tidak menjawab sebelum memperhatikan betul dengan ciri-ciri yang di sebutkan atasannya tadi.

Rambut keriting.. em, benar ! Tapi..

" Maaf saya hanya meluruskan pesan Pimpinan. Apa Mbak hobi teriak?". Tanya nya dengan lembut dan ramah

Mampus Gila tu dokter, ngatain aku hobi teriak ! Sampai dikatain Kunti juga !! Elli

" Em ?" Menyorotkan pandangan, agar segera Elli jawab cepat

Mengangguk kan kepala. " I-iya mbak. Saya suka sekali teriak !".

" Baiklah kalau begitu. Silahkan duduk di sofa itu, Dokter nya lagi keluar dan di minta Mbak nya menunggu sebentar !". Jelas Asisten cantik tadi pada Elli.

"Terimakasih !" . Elli kembali berjalan menuju sofa yang berada di dekat pintu masuk. Meskipun Reijal belum nampak, gugupnya masih belum kunjung usai. Kaki gemetar namun dia hentikan segera dengan tangannya.

" Silahkan dinikmati dulu sambil menunggu Beliau datang !" Menadahkan nampan berisi teh panas dan beberapa toples biskuit cokelat.

" Terimakasih !". Elli menunduk kan kepala pelan sembari dengan senyum manisnya.

Tinggal dia sendiri duduk di sofa. Sedangkan asisten masih sibuk mengerjakan tugas di meja kerjanya, sepertinya tampak fokus. Elli mulai mengambil secangkir teh yang sudah di sajikan.

" Agh panas !" Keluh Elli pelan, bibirnya terasa terbakar. Di kibas-kibas nya lidah yang keluar sedikit menggunakan tangan. Sambil melirik asisten, takut dia melihat Elli yang seperti anak kecil.

Ting !!

Mengambil ponsel di saku celana hitamnya. Melihat layar ponsel menyala, ternyata saat di periksa grup wa mengatas namakan Young doctors mengirimkan pesan.

Wawan Negara : Dokter El, dimana?

Fikran : Dia di panggil pimpinan

Rizky Alatas : Serius? Apa Dokter El berbuat masalah?

Kalian kepo apa peduli sama nyawa ku sih? Aku lagi di kandang harimau tahu ! Beberapa detik. Eh tidak ! Beberapa menit lagi mungkin aku sudah di telan !! Elli

Berbicara sendiri di hadapan ponselnya. Karena kesal, tidak tahu kesalahan apa yang dia perbuat hingga hari ini dia harus berurusan dengan Dokter Mesum juga tetangga baru nya yang sudah mengacaukan tidur malamnya.

Srt !!!

Pintu terbuka membuat Elli terlonjak dari sofa membersihkan serpihan biskuit di celananya.

" Mana Reijal?"

Ternyata Fani, Elli kembali duduk dan mencicipi biskuit yang dia celupkan ke teh panas. Kebiasaan kecil yang masih terbawa sejak kini. Selagi Fani masih sibuk dengan asisten .

" Beliau sedang keluar sebentar !" Balasnya

" Kemana ?" Merapikan rambut.

" Kurang tahu, mungkin sebentar lagi kembali. !" Jawabnya lagi.

Wajah Fani mulai tidak suka. " Oke aku tunggu !".

Fani berbalik tubuh berjalan menuju sofa. Dalam ruangan begini, masih saja menggunakan kacamata hitam. Ketika duduk, Fani melorotkan sedikit kacamatanya.

" Hei penggoda. Ngapain ke sini?". Sapaan yang sangat tidak enak menurut Elli. Tangan nya saja sampai menunjuk ke wajah Elli.

" Saya di panggil !" Ucap Elli

" Enak bener ya, sambil makan di sini" melihat hidangan tersaji di atas meja. Fani kesal, dia belum juga di beri jamuan. Berteriak kasar meminta teh dan biskuit yang sama dengan Elli.

Tak lama tersaji lah santapan untuk Fani. Dengan gaya nya dia makan dan minum. Elli hanya diam tak bergeming sambil meminum dan sesekali melihat ponsel nya.

Apa ini waktu yang tepat untuk ku membalas teh manis kemarin? Elli

" Apa kamu ada perlu dengan pacarku?" Tanya Fani menyandarkan punggungnya lalu melipat kedua tangan di dada

" Bukan. Beliau yang ada perlu dengan saya. "

" Wih songgong banget juga ternyata, apa belum puas sama teh yang kemarin?"

Tidak ada sahutan.

" Heh. Kenapa diam, aku bicara sama kamu ! Kejahit ya mulut mu ?!". Menunjuk Elli

Mengatur jarak pandang. Elli tidak ingin melihat wajah Fani yang kian kusut dan panas. Kembali melihat jam di ponsel pintarnya.

Pakkkk !!!

Fani sungguh berani menendang bawah meja dengan kakinya. Akibat itu teh Elli tumpah kemana-mana membuat celananya sedikit terpecik air teh. Mengambil tisu lalu dia bersihkan .

" Maka nya. Mulut tu di pake bicara. Bukan diam seperti patung Pancoran" cetus Fani tersenyum kecil namun seperti meledek

Elli masih tidak mau meladeni Fani. Dia diam masih membersihkan noda teh.

" Woi ! Ngomong Lo !" Ucapnya bernada sungguh kasar. Membuat Elli jadi melotot tajam. " Napa lihat-lihat? Mau balas dendam kah?".

Menghela nafas pelan. " Maaf ya Mbak, saya tidak ada waktu untuk membuka cela bibir saya meladeni perkataan tidak penting . Saya ke sini, karena saya di panggil Atasan saya. Mbak jangan bicara tidak sopan. Wanita baik tidak mungkin seperti ini. Apa Mbak lagi akting? Supaya apa? Mbak akting di depan saya tidak akan mampu saya bayar !"

" Makin ngelonjak aja kurang aja Lo !" Fani mengambil cangkir teh nya lalu dia hempaskan ke hadapannya

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!