Rintikan hujan semakin deras, mulut berkomat-kamit tidak jelas bicara apa. Yang dia tahu, pasti berkata buruk. Elli masuk ke kamar dan menutup jendela, mematikan lampu balkon. Seluruh jendela kamarnya sudah tertutup gorden tebal.
" Apa dia tidak punya stok sopan santun?"
_________
" Jadi dia tetangga baru di maksud Ibu. Tetangga yang dengan santainya menonton aku mengangkat jemuran ini !!". Memegang salah satu pakaian dalam nya.
Tidak mau pikirannya melayang kemana-mana. Elli pun keluar dari kamar untuk mengisi perut yang sudah sedari tadi kosong. Berbaju dress tidur tapi belum sempat mandi.
Menapaki kakinya menuruni anak tangga,sebagian telah dia lalui. Tampak sudah ruang keluarga yang kedatangan tamu. Entah itu siapa yang memperhatikan dirinya dengan senyuman. Elli membalas dengan senyum manisnya.
" Jadi itu anak Ibu Sari ya ?" Kata Bu Linah memandang Elli
Menoleh. " iya, anak paling terakhir !". Melambaikan tangan ke udara. " Elli. Sini dulu !"
Elli pun mendekat. Duduk di sofa dekat sang Ibu. " Ya Bu?" Bertanya-tanya dalam hati ada apa dia di panggil.
" Namanya Elli ya? Saya Ibu Linah, tinggal di rumah sebelah itu " jelasnya membuat Elli berpikir sejenak.
" Sayang, Ibu Linah ini tetangga baru kita. Tadi anaknya mampir ke sini !" Menggosok pundak Elli dengan lembut
Membalas dengan tatapan kurang suka. " Oh gitu ya Bu !".
Anak dan Ibu ini saling bertatap-tatapan tajam. Batin mereka sudah terhubung, meskipun bibir tidak terucap dengan jelas. Bu Linah mulai binggung untuk beberapa saat.
Ibu ya yang membawa tetangga kita ke sini? Segala anaknya juga Ibu berkenalan? Elli
Mereka sendiri yang datang ! Anaknya juga ganteng kok ! Bu Sari
Elli tidak peduli. Yang jelas orang sebelah bukan tipe Elli. Elli
Kenapa? Kamu bahkan belum kenalan. Siapa tahu kalian cocok, Nak. Bu Sari
Elli menoleh ke wajah Bu Linah yang tampak diam binggung. " Bu, saya permisi sebentar ya Bu. Mau membersihkan diri".
Senyum kembali menatap wajah Elli. " Iya Nak,lain kali main ke sebelah ya siapa tahu jadi mantu !". Ketawa kecil Bu Linah bersamaan dengan Ibunya.
Mampus Gila ! Menantu? Sama itu dokter Mesum ?? Gak ! Gak! Gak ! Gak bakalan !!
" Hehehe. Sudah ya Bu. Saya permisi !". Elli mencium punggung tangan Bu Linah. Beliau menyambutnya dengan baik.
Berbeda dengan hati Elli saat ini, ngapain segala Ibunya mulai senang dengan perkataan tetangga baru. Benaknya sudah berpikir yang tidak-tidak, bisa saja mereka diam-diam menjodohkan seperti halnya Kakaknya jaman dulu. Kemudian, Elli kembali ke kamar untuk membersihkan diri.
Ketika sampai ke kamar, wajahnya kian bete. Ibunya sendiri seperti mendukung orang tua Dokter Reijal. Menjambak rambut sendiri pusing memikirkan yang tidak jelas, seharian di rumah sakit hidupnya terancam, kenapa harus terbawa sampai ke rumah. Memasuki kamar mandi, berendam dengan air hangat sejenak yang sudah dia siapkan.
" Ahhh... Nyaman nya !" Ucapnya membaringkan tubuh di bak mandi,menopang kepala di tepi bak mandi lalu memejamkan mata.
Shtttt !!!!!
" Apaan tu, tubuhku sudah mulai nyaman tapi pikiran ini masih terlintas tentang atasan yang mesum !. Mantu? Tunggu. Tunggu. Tunggu. Bukannya dia sudah punya pacar yang artis itu?".
Diam sejenak. " Apa Ibunya tidak tahu?". Otaknya kembali menerka-nerka. Padahal tadi enggan kepo dengan urusan orang lain.
Menepuk air di bak mandi. " Agh ! Aku tidak peduli. Bahkan dia mau mengigit leherku !. Aku masih ingin jadi manusia !!". Kembali menutup kedua matanya.
_________
" Ibu kemana sih. Jam segini belum balik juga. Aku lapar !". Mendengus kesal
Menanti si Emak Linah yang belum kunjung tiba di meja makan. Bibi di rumah sudah menyiapkan menu lengkap di meja makan, tinggal menunggu Ibunya datang. Perutnya sudah mulai keroncongan.
" Ibu terlalu sibuk mencari mantu, sampai-sampai anaknya sendiri menunggu kelaparan begini !". Ngomelnya sendiri. Sudah tidak peduli, Reijal mengambil nasi dan beberapa lauk ke piringnya. Lalu menaruh di sendok makan, sudah hampir mendarat di lidahnya. Si Ibu nongol.
Mengembalikan suapan tadi ke atas piring." Ibu dari mana? Betah betul di sebelah !".
Perbedaan wajah yang terpancar. Anak sendiri mulai kesal dan Ibunya malah senang, gembira sampai-sampai bersenandung riang. " Apa sih Mocuuu ku. Di depan makanan gak boleh marah-marah. Gak baik !". Cetus si Ibu mulai mengambil lauk dan nasi.
Menggeleng kan kepala seperti bilang tidak kuat melawan si Ibu, takut aja di sumpahin jadi batu. Kembali menyantap hidangan dengan tenang,aman dan nyaman. Tidak ada obrolan di meja makan, itu lebih baik dari pada Ibunya mengoceh tidak jelas dan melayangkan kode-kodean lewat matanya.
Setelah makan usai, Reijal dan Ibunya duduk menonton film India. Entah channel apa malam-malam begini menyiarkan India. Si Ibu hanyut dalam drama India sedang kan anaknya masih mengucik handphone sedari tadi.
" Apa ibu menginap malam ini ?" Tanya nya menatap hp di genggaman nya
" Jadi kamu mengusir Ibu?"
" Kan nanya Bu bukan ngusir. Kalau Ibu mau menginapkan bisa kasih tahu Bibi untuk merapikan kamar di tamu !" Jelasnya
Belum ada jawaban. Reijal beranjak dari sofa. Dari tadi handphone nya terus bergetar, mulai tidak nyaman dia menjauh dari si Ibu untuk mengangkat telepon. Sudah di dapur bertemu Bibi ART, menyuruh nya untuk membereskan kamar di bawah. Kini dia sendirian di dapur, leluasa mengangkat telepon dari sang pacar.
" Kenapa apartemen mu di jual? Kamu di mana sekarang?" Nada kasar.
" Aku di rumah !" Jawab dengan santai. Membuka lemari dapur mencari camilan.
" Rumah yang mana. Rumah kamu itu tidak jelas yang mana. Kasih aku alamat mu !"
" Aku mau lanjut kerjaan ku dulu !".
Mengakhiri telepon sebelum wanita yang berstatus pacarnya memberi jawaban panjang kali lebar. Selangkah ke depan, tubuh Ibunya sudah berdiri kokoh sambil berkacak pinggang. Memasang wajah sangat tidak suka.
" Jadi, masih berhubungan dengan dia?" Tanya Si Emak
" Bukan. Tadi masalah kerjaan Bu !".
Menghindari interogasi si Ibu yang lebih menyeramkan dari pada kepolisian. Beberapa langkah ke depan, tubuh Ibu kembali menghadang jalannya.
" Ibu. Istirahat lah, aku mau tidur di atas. Besok kan kembali kerja !". Tiba-tiba mencium tangan sosok Ibunya.
" Nak, Ibu mau kamu mencari perempuan yang baik, jangan sembarangan memilih. Kamu anak satu-satunya yang Ibu punya !"
" Iya Bu, sudah ya. Ibu aku antar ke kamar untuk tidur. Jangan terlalu capek !". Menggandeng Ibu dengan lembut.
Setengah perjalanan tidak ada percakapan. Hampir mendekati pintu, si Ibu mulai berucap kode.
" Semoga tahun depan yang gandeng Ibu ke kamar, menantu Ibu !". Menatap sang anak, memainkan alis nya dengan wajah riang.
Reijal pun berlari ke atas untuk menghindar lagi dan lagi ocehan si Emak. Ibunya mulai kesal. " Katanya mau ngantar sampai ke kamar !". Mengerang keras.
Menoleh kebelakang. " Gak jadi Bu ! Pergi sendiri aja !". Berlari menaiki anak tangga
__________
Tok tok tok tok !!!
" Elli, ayok makan. Sudah ngambek nya !" Berada di depan pintu.
Jlebb !!!
Kaget hingga kepalanya terjatuh kedalam bak mandi. Sempat tertidur didalam bak. Sontak bangun dan menyapu air di wajahnya. " Ya Bu !".
Setelah seluruhnya selesai. Elli baru makan sekitar jam setengah 9 malam. Di tinggal si Ibu yang makan duluan. Makan sendirian sambil memainkan handphone.
Anda telah di tambahkan di grup ini oleh +62.....
" Siapa?". Menatap dekat layar handphone dan mulai mengeja nama grup yang pesannya sudah masuk.
Young doctors? Gumam nya dalam hati sambil menyuapkan sesendok makan.
+6289991xxx : Dokter Elli, maaf aku memasuki mu dalam grup. Ini Rizky Alatas.
" Kalian ternyata !". Bicara sendiri di meja makan. Untung si Ibu asik menonton tv bersama si Bibi.
+6282333xxx : jangan berisik ! By, Wawan Negara.
Belum sempat dia balas pesan di grup, sendok masih menggantung di mulut. Menggunakan kedua tangan mengetik nama, menyimpan nomor mereka masing-masing. Agar mudah di bedakan.
+62788845xxx : Selamat malam semua !. By Caca Bianca.
Stelli P. W : Malam juga Ibu Dokter. Siapa aja yang ada di grup ini?
Meninggalkan handphone di atas meja, masuk ke dapur membereskan meja dan mencuci piring. Tidak ingin memangil si Bibi yang lagi asik berdebat sama Ibu nonton sinetron. Ketika pekerjaan selesai. Elli menaiki tangga masuk ke kamar. Membawa susu hangat di tangan. Sambil membaca pesan yang masuk.
Rizky Alatas : kita-kita di ruangan aja. Kecuali Dokter Daniel belum aku masuki. Gak enak kalau belum minta ijin.
Tidak ada lagi suara rintikan hujan di atap. Elli penasaran meletakkan susu dan handphone nya di meja. Membuka kedua jendela sedikit. Meraih susu dan hp nya. Menatap penuh bintang di langit. Sungguh nyaman dalam benaknya, sambil menikmati segelas susu hangat kegemaran Elli.
Wawan Negara : Ada Fikran juga Kok !
" Seriusan ?". Meletakkan susu di meja dekat dia berdiri. Sekarang sudah antusias dengan handphone nya. Sambil berdiri di tepi balkon.
Stelli P. W : Seriusan? Tapi kok gak ngirim pesan apa-apa??
Bu Caca : Dia tipe netizen yang nyimak ajah
Elli mulai cekikikan tidak jelas malam-malam. Membayangkan raut wajah Fikran yang memang hobi nyimak saat mereka asik bercanda. Dia kembali mengetik pesan.
Rizky Alatas : Awas loh Bu, jangan ngegas !
Wawan Negara : Santai seperti di pantai kena bantai !
Kembali Elli cekikikan karena teman-teman grupnya terus-terusan menyinggung Fikran yang sedari tadi belum juga muncul. Beberapa menit mereka bercanda, nomor yang belum Elli simpan mulai mengetik.
Rizky Alatas : Mampus ! Dia mulai ngetik pesan. Gua off duluan ya. Dahh
Wawan Negara : Dasar Haters ! Berani nya di belakang. Orangnya belum juga nongol sudah takut duluan.
Elli masih tertawa ngakak, Kiki dan Gara memang suka bercanda membuat dirinya tertawa lepas. Tapi ini sudah malam, ketawa di luar rumah tidak wajar. Baru juga mau membalas pesan mereka di atas. Elli tersungkur ke belakang beberapa langkah.
" Agh !!" Ucapnya. Sebuah bantal mendarat diwajahnya. Menghalang ketikan yang entah apa, sial nya itu sudah terkirim.
Stelli P. W : ghdbsmskeuxb
" Jadi typo gini !" Jawabnya kesal.
" Woi ! Berisik !! Sudah malam ketawa sendiri. Jelmaan Kunti ya?". Suara dari depan balkonnya.
Menoleh ke arah depan. " AGHHHH !!!" Refleks,menutup wajah nya menggunakan telapak tangan.
" Lo memang keturunan yang hobi teriak ya? Teriak tu di hutan biar teman mu ngumpul semua !". Jawabnya dengan nada tinggi.
" Dokter Mesum !!!" Teriak Elli.
Reijal tidak terima di katakan dengan kalimat senonoh. Tapi dia kembali menatap tubuhnya sendiri. Bertelanjang dada memperlihatkan tiap bidang di dadanya, menatap lagi kebawah ternyata Reijal hanya menggunakan celana pendek yang ketat.
Spontan tangannya menutup tubuh. Bersamaan itu, Elli juga masuk ke kamar bersembunyi di bawah selimut tebalnya. Reijal sudah di atas kasur, kembali menghempas diri. Memejamkan mata, tapi sepertinya malam ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Atas kejadian yang menumpuk di kepala .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments