🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
🌹✨💞✨🌹
Setelah makanan telah selesai.
Mama Tari menyendok makan untuk suami nya, begitu pun dengan anisa menyendok makan untuk bara.
Mata bara tak henti menatap anisa yang sejak tadi mendiamkan nya, bahkan tak ada balasan tatapan dari nya.
"Apa kamu sekarang sudah membuang perasaan itu? apa cinta kamu hanya sekecil itu untuk ku hingga mudah melupakan dalam hitungan jam?" batin Bara bertanya-tanya.
"Aku rindu kamu yang dulu Nisa, selalu bertanya apa yang ku ingin kan, menatap ku dengan tatapan teduh yang nyaman. Tapi kini aku kehilangan semua itu selama nya."
"Ma, lihat tatapan bara pada anisa, seperti nya bara sudah menaruh hati pada anisa," bisik Papa Abraham pada sang istri.
"Seperti nya begitu, semoga saja hubungan mereka tidak benar berakhir satu bulan ini, atau Mama akan sangat sedih," kata Mama Tari.
"Iya, tapi kita tidak boleh tinggal diam seperti ini, karena semua tidak akan membaik jika tak ada usaha."
"Jadi apa yang harus kita perbuat? emang nya Papa ada rencana?"
"Tentu, Papa sudah memikirkan semua sejak tadi bagaimana agar bara sadar dengan perasaan nya."
"Emang nya bagaimana?"
Papa Abraham pun mulai menceritakan semua rencana nya agar anak dan mantu nya tak bercerai. Melainkan dapat menjalin hubungan dengan baik.
Pria itu tidak menyukai ada nya perceraian di keluarga nya, karena menurut nya pernikahan adalah ikatan suci, di mana janji yang kita ucapkan harus di tepati bukan di ingkari.
Tapi apa daya nya saat itu terpaksa mengatakan hal yang tidak di sukai karena pikir nya jika pernikahan anak dan mantu nya tidak bisa di perbaiki, tapi dia salah dan baru menyadari, jika hubungan mereka masih bisa di perbaiki.
"Papa memang cerdas pantas saja anak kita pintar padahal turunan dari papa dan mama," puji Mama Tari menyukai rencana suami nya.
"Nisa," panggil Bara menatap Nisa yang baru akan duduk.
"Iya Mas," sahut Nisa sekilas menatap suami nya.
"Bisa kah kamu kembali menyiapkan keperluan saya di kamar? saya benar-benar kerepotan mengurus semua sendiri," ungkap Bara.
"Maaf Mas, seperti nya itu tidak bisa," tolak Anisa.
"Kenapa? kamu masih istri saya Nisa sudah seharusnya melakukan itu, apa kamu ingin menjadi istri durhaka karena menolak keinginan suami?" tanya Bara serius tidak peduli jika Mama dan Papa nya mengatai dia egois.
Anisa terdiam, yang di katakan bara memang benar ada nya.
"Ya Allah ampuni aku yang sudah tidak menjalani kewajiban sebagai seorang istri, tapi aku tidak ingin membuat mas bara merasa tak nyaman dan merasa bersalah dengan perasaan ku ini. Aku sudah cukup sadar hingga kapan pun suami ku tak akan memberi cinta nya untuk ku," batin Anisa berdoa.
"Nisa kamu dengar saya kan?" Bara menatap anisa yang diam tertunduk.
"Iya Mas," jawab Anisa.
"Kamu mau kan kembali mengurus keperluan saya di kamar?"
Anisa menatap kedua mertua nya meminta pendapat, dan orang yang di tatap tersebut mengangguk setuju.
"Iya Mas, saya akan mengurus keperluan Mas," jawab Anisa.
"Alhamdulilah, nanti setelah makan kita sama-sama naik ke atas saya belum menyiapkan apa-apa di kamar," ucap Bara.
Ya, setelah keluar dari mandi tidak mendapatkan pakaian kerja di atas kasur, bara mengambil sembarang baju santai lalu menghampiri anisa untuk membujuk istri nya kembali menyiapkan keperluan nya.
Entah kenapa dia lebih menyukai selera anisa, dalam menyiapkan pakaian kerja dan lain nya. Hingga rasanya saat harus melakukan sendiri tidak ada semangat.
Tapi sebelum itu dia sudah menghubungi rini jika akan terlambat ke kantor.
"Iya Mas," jawab Anisa singkat.
Bara mendengar jawaban anisa sejak tadi di ajak bicara jawaban nya selalu singkat iya mas dan iya mas seperti tidak ada kata lain. Bara mendengar itu telinga nya benar-benar sakit dan muak.
Sedang kan Mama dan Papa yang menyimak obrolan kedua menahan tawa, bagaimana tidak? anisa berhasil membuat bara kesal karena jawaban nya selalu sama dan mereka menyadari itu.
****************
Di kamar, anisa mulai menyiapkan keperluan bara, dan pria itu duduk melihat semua gerakan anisa yang cepat.
"Mas, hari ini kamu ada pertemuan dengan klien dari luar kota, tapi dokumen kerja sama nya tidak ada di sini? apa kamu menyimpan di kantor? sejak tadi saya cari tidak ada," ucap Anisa menoleh pada bara.
"Apa benar? tapi seingat saya bawah kemarin," kata Bara tidak mengingat jelas.
"Tapi ini tidak ada Mas, coba Mas ingat lagi."
"Sudah, saya yakin membawa nya kemarin," Bara bangkit dari duduk nya mendekat anisa yang sedang mencari-cari dokumen kerja sama itu.
Anisa tidak menyadari jika bara kini sudah berada di belakang nya, sejak tadi wanita itu berbicara tanpa melihat bara mata nya terus fokus ke depan.
"Mas lihat sendiri kalau tidak percaya," kata Anisa lalu berbalik dan.
Deg!
Betapa terkejut anisa dengan keberadaan bara mendadak di belakang nya.
Mata kedua saling bertemu, entah sadar atau tidak, tatapan bara begitu dalam seakan terhipnotis dengan kedua bola mata anisa.
Baru kali ini dia begitu dekat dengan anisa seperti ini, melihat jelas kedua bola mata, alis, hidung, dan bibir yang begitu indah.
Tangan bara terangkat membelai wajah cantik anisa dengan lembut.
"Bisakah kamu kembali ke kamar ini? saya benar-benar membutuhkan mu," ucap Bara pelan tepat di wajah anisa.
"Maaf Mas, tidak bisa. Ada tidak nya saya di kamar ini tidak mengubah apapun, yang terpenting saya mengurus semua keperluan Mas," terang Anisa.
Dan saat tubuh nya ingin berbalik ke belakang, tangan bara menahan dengan memengang kedua lengan nya.
"Kenapa? apa karena kamu takut perasaan kamu pada saya makin besar?"
"Mas lepaskan, jangan seperti ini," pinta Anisa kesakitan tanpa pria itu sadari tangan nya sudah menyakiti kedua lengan anisa.
"Tidak kamu jawab dulu baru saya lepaskan, apa benar seperti itu?"
"Mas tapi kamu menyakiti saya," ucap Anisa tak dapat menahan sakit, mata nya sudah berkaca-kaca hingga bara menyadari itu dan melepaskan.
"Maaf saya tidak bermaksud menyakiti mu, apa sangat sakit? kita ke dokter saja," khawatir Bara entah kenapa begitu cemas.
"Tidak perlu," cegah anisa menghentikan pria itu yang berniat menghubungi seseorang di sebrang sana.
"Kenapa? apa sudah tak sakit lagi?" tanya Bara binggung menatap anisa.
"Tidak, lupakan saja semua itu. Sekarang saya hanya ingin menjawab pertanyaan Mas tadi. Saya tidak ingin kembali ke kamar ini bukan karena takut perasaan saya makin besar pada Mas, tapi saya tidak ingin kehadiran saya di sini membuat mas tidak nyaman dan merasa bersalah," jelas Anisa.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yus Warkop
setujuuuuu bagus nis greget sama s bara yg bodoh
2024-01-05
0
Tati Suwarsih Prabowi
good nisa
2023-02-01
0
manda_
bagus nisa jangan mau biar bara tau rasa
2022-10-04
0