Bab 5: Keberanian di balik cadar

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Anisa membiarkan rini memakai kan bara dasi, dan dia hanya berdiri melihat pertunjukan itu.

Dan pria yang di kenakan dasi oleh rini tidak masalah.

"Sebenarnya siapa sih rina? kenapa setiap rini menyebut nama rina wajah mas bara langsung berubah? apa ini ada kaitan nya dengan cinta pertama mas bara?" batin Anisa bertanya-tanya.

Anisa tak berani bertanya apapun kepada suami nya, perkataan bara kemarin sudah sangat jelas untuk tidak perlu tau masa lalu di kehidupan masing-masing.

Setelah memakai dasi dengan rapi, rini menatap bara pria yang di cintai sejak lama semasa masih berpacaran dengan kakak nya Rina, rini sudah menaruh hati.

Entah itu cinta atau terobsesi dia tak peduli, satu hal yang di ketahui dan di inginkan sekarang dan selama nya yaitu memiliki bara seutuhnya tanpa penghalang.

"Hanya aku yang pantas yang menjadi istri mu, tidak boleh yang lain. Kamu hanya milik ku kak," batin Rini penuh tekad.

"Apa sudah selesei?" Bara menyadarkan rini yang masih menatap nya.

"Ah, iya sudah kak," sadar rini kembali menetralkan diri.

"Ya sudah sekarang kita langsung pergi saja, saya gak bisa lama-lama di sini," ajak Bara.

"Siap kak, gandeng," manja Rini dengan wajah imut.

"Iya, iya, iya, ayo."

Bara mengandeng tangan rini, dan berjalan pergi meninggalkan anisa tanpa sepatah kata seolah anisa tak ada di sana, dan rini menyadari itu tersenyum penuh kemenangan.

Namun anisa tidak membiarkan begitu saja.

"Mas mau langsung pergi," seru Anisa dari belakang dan seketika itu langkah bara terhenti baru menyadari.

"Astaga, maaf saya lupa masih ada kamu di sini," jujur Bara tidak mengingat.

"Tidak apa-apa, nama nya juga manusia pasti akan ada lupa nya gak selalu ingat semua," balas Anisa memaklumi.

"Iya, kalau begitu saya langsung pergi," pamit Bara.

"Saya akan mengantar Mas sampai depan, karena itu adalah salah satu tugas seorang istri."

"Baiklah tidak masalah, kita ke bawah sama-sama, ayo," ajak Bara.

"Tunggu," Anisa menghentikan langkah mereka saat ingin beranjak pergi.

"Kenapa?" Bara menoleh sambil menaikan alis bertanya menatap Anisa.

"Ini," Anisa berjalan mengambil cadar dan menunjukkan itu pada bara.

"Oh, sudah?"

"Sudah, ayo."

"Dasar merepotkan, ngapain menutup diri jika ujung-ujung nya juga jadi pelakor, dasar gak tau diri enak nya perempuan kayak gini gak perlu di lahir kan," gumam Rini kesal jika tak ada bara di sini dia akan langsung mengibarkan bendera tanpa berakting rasanya sudah tak tahan.

"Kamu omong apa Rini?" Bara menoleh karena mendengar samar-samar ucapan rini, tapi tak terdengar jelas suara wanita itu terlalu kecil.

"Tidak kak, gak penting ayo kita pergi bukan nya kata kakak harus segera sampai kantor?" Rini mengalihkan pembicaraan.

"Iya kamu benar," Bara menyetujui perkataan rini sambil melihat jam yang di kenakan di pergelangan tangan.

"Astaga ini sudah hampir telat, kita berangkat sekarang," lanjut Bara kaget dan kembali beranjak pergi.

"Kak," suara Rini kembali menghentikan langkah bara.

"Ada apalagi Rini? kita sudah telat sekarang," ucap Bara yang binggung ada apalagi dengan Rini.

"Aku tau itu, kakak duluan saja aku ingin berbicara sebentar dengan kakak ipar, tidak lama hanya 2 menit, boleh ya kak," mohon Rini dengan wajah penuh harap.

"Oke, hanya 2 menit tidak lebih, saya tunggu di bawah."

Bara pergi meninggalkan kedua wanita itu di kamar, sekarang di sini hanya ada anisa dan rini.

Setelah memastikan bara pergi menjauh dari tangan ini, rini berjalan mendekati anisa.

"Hay kakak ipar, bagaimana kabar setelah menikah dan menjadi istri kak bara? bahagia, atau berpura-pura bahagia?" tanya Rini berjalan-jalan memutari wanita di depan nya.

"Oiya apa kakak ipar tau sesuatu tentang masa lalu kak bara? siapa wanita yang sangat di cintai nya? tapi saya pikir seperti nya sudah tau. Kakak ipar dan kak bara sama-sama biasa, malah kak bara sudah langsung ingin bekerja, kalian berdua belum melakukan malam pertama itu, tentu dong semua sudah jelas aku ini ada-ada saja pertanyaan nya," lanjut Rini terus cerocos.

"Saya akan bicara pada intinya, tinggalkan kak bara. Kak bara tidak mencintai mu, jangan membuat nya tersiksa dan menderita menjalani pernikahan ini. Biarkan saya yang menjaga kak bara," terang Rini terus terang tidak ingin petak umpet lagi.

Deg!!

Deg!!

Deg!!

Pengakuan rini barusan seperti petir, kejujuran itu membuat anisa terdiam mematung binggung harus berkata apa, dia tidak menyangka wanita di depan nya berani berkata hal gila pada istri sah.

Tapi anisa tidak menunjukkan wajah kaget nya, karena cadar yang di kenakan membuat rini tak tau ekspresi dan reaksi apa yang di tunjukkan anisa.

Rasa penasaran ingin melihat raut wajah anisa setelah mendengar pengakuan kejujuran nya mendorong rini membuka cadar anisa dengan paksa.

Anisa sedikit kaget dengan tindakan yang rini lakukan ini.

"Apa yang kamu lakukan? ini tidak sopan! apa kamu tidak punya sopan santun?" Marah Anisa menatap tajam wanita itu yang sama sekali tak merasa bersalah malah menatap balik nya

Anisa sudah tidak bisa diam lagi, diam nya bukan karena takut, dia menghargai rini, tapi jika sudah seperti ini semua tidak bisa di diamkan lagi.

"Kamu pikir saya wanita seperti di sinetron lemah saat di tindas? kamu pikir semua wanita yang bercadar wanita lemah? kamu salah, jangan harap, buang jauh mimpi mu itu. Diam nya seseorang bukan tidak berani melawan, diam nya seseorang bukan takut kalah, tapi diam nya seseorang karena tidak ingin membuat orang itu kalah dan malu karena tindakan nya sendiri," lanjut Anisa memberi tamparan yang telak di muka rini hingga wanita itu terdiam beribuh bahasa.

"Pergi lah, bukan nya kamu sangat ingin menghabiskan waktu bersama suami saya? silakan pergi saya tidak masalah, saya sangat mempercayai suami saya dia tidak akan tergoda sama mu."

"Kau akan menyesal dengan semua yang kau katakan ini, jangan harap saya membiarkan kau bahagia," ancam Rini penuh amarah kebencian terpancar di wajah nya.

"Ya, saya akan menunggu itu. Kebahagian dan penderitaan saya sudah di atur yang di atas, jangan khawatir tidak perlu di ingatkan lagi karena saya selalu menyiapkan diri dalam menghadapi itu. Dan terima kasih untuk kejujuran mu barusan, seperti nya itu lebih baik saya menghargai itu.

Melihat wajah anisa tak ada takut nya membuat rini kesal dan meninggalkan wanita muslimah munafik menurut nya.

"Ternyata dia tidak selemah yang ku bayangkan, dia menutup semua itu di balik cadar. Benar-benar wanita munafik, bara harus tau ini istri nya tak sebaik dan selembut yang di lihat selama ini," monolog Rini.

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

gak ngaca dia 😏😡

2023-07-23

0

Nurseha Mahmud

Nurseha Mahmud

waduh jadi rini yg kesel

2022-10-14

0

manda_

manda_

lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor rini kamu salah orang yang diem bukan berarti takut ingat rini kamu pasti kalah

2022-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pernikahan
2 Bab 2: positif thinking
3 Bab 3: Tidak ada cinta
4 Bab 4: Pagi yang cerah
5 Bab 5: Keberanian di balik cadar
6 Bab 6: Hati yang tulus
7 Bab 7: Menjalani Dengan Bismillah
8 Bab 8: Kehadiran yang tak di anggap
9 Bab 9: Ungkapan isi hati anisa
10 Bab 10: Luka tak berdarah
11 Bab 11: Apa ini saat nya?
12 Bab 12: Perasaan aneh
13 Bab 13: Maaf
14 Bab 14: Tamparan
15 Bab 15: Khawatir
16 Bab 16: Menuruti untuk membuktikan
17 Bab 17: Siap melawan
18 Bab 18: Kesempatan kedua
19 Bab 19: Ke kantor
20 Bab 20: Informasi
21 Bab 21: Ya atau tidak?
22 Bab 22: Walaikumsalam
23 Bab 23: Penulis hebat
24 Bab 24: Aku atau Rini?
25 Bab 25: Bermain-main
26 Bab 26: Terbuka
27 Bab 27: Hadiah
28 Bab 28: Bahagia
29 Bab 29: Sebuah pesan
30 Bab 30: Kata Sandi
31 Bab 31: Berwajah Dua
32 Bab 32: Seperti lomba debat
33 Bab 33: Sosok misterius
34 Bab 34: Lama-lama terbiasa jika sering
35 Bab 35: Sekarang dan malam nanti
36 Bab 36 Bersiap
37 Bab 37: Pria itu Felix
38 Bab 38: Felix Guardian Ariansyah
39 Bab 39: Sebuah pesan
40 Bab 40: Aku kotor
41 Bab 41 Hadapi bersama tanpa meninggalkan
42 Bab 42: Yang sebenarnya
43 Bab 43 Setia mendampingi
44 Bab 44 Pasti Bisa
45 Bab 45: Obrolan serius
46 Bab 46: Yang sebenarnya terjadi
47 Bab 47: Pertemuan di taman
48 Bab 48: Surprise
49 Pengumuman pemenang giveaway.
50 pengumuman
51 Novel baru: Terjebak Cinta Tuan Mafia
52 Novel Guardian Knight
53 pengumuman
54 Novel baru: Wanita Kesayangan CEO Dingin
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Pernikahan
2
Bab 2: positif thinking
3
Bab 3: Tidak ada cinta
4
Bab 4: Pagi yang cerah
5
Bab 5: Keberanian di balik cadar
6
Bab 6: Hati yang tulus
7
Bab 7: Menjalani Dengan Bismillah
8
Bab 8: Kehadiran yang tak di anggap
9
Bab 9: Ungkapan isi hati anisa
10
Bab 10: Luka tak berdarah
11
Bab 11: Apa ini saat nya?
12
Bab 12: Perasaan aneh
13
Bab 13: Maaf
14
Bab 14: Tamparan
15
Bab 15: Khawatir
16
Bab 16: Menuruti untuk membuktikan
17
Bab 17: Siap melawan
18
Bab 18: Kesempatan kedua
19
Bab 19: Ke kantor
20
Bab 20: Informasi
21
Bab 21: Ya atau tidak?
22
Bab 22: Walaikumsalam
23
Bab 23: Penulis hebat
24
Bab 24: Aku atau Rini?
25
Bab 25: Bermain-main
26
Bab 26: Terbuka
27
Bab 27: Hadiah
28
Bab 28: Bahagia
29
Bab 29: Sebuah pesan
30
Bab 30: Kata Sandi
31
Bab 31: Berwajah Dua
32
Bab 32: Seperti lomba debat
33
Bab 33: Sosok misterius
34
Bab 34: Lama-lama terbiasa jika sering
35
Bab 35: Sekarang dan malam nanti
36
Bab 36 Bersiap
37
Bab 37: Pria itu Felix
38
Bab 38: Felix Guardian Ariansyah
39
Bab 39: Sebuah pesan
40
Bab 40: Aku kotor
41
Bab 41 Hadapi bersama tanpa meninggalkan
42
Bab 42: Yang sebenarnya
43
Bab 43 Setia mendampingi
44
Bab 44 Pasti Bisa
45
Bab 45: Obrolan serius
46
Bab 46: Yang sebenarnya terjadi
47
Bab 47: Pertemuan di taman
48
Bab 48: Surprise
49
Pengumuman pemenang giveaway.
50
pengumuman
51
Novel baru: Terjebak Cinta Tuan Mafia
52
Novel Guardian Knight
53
pengumuman
54
Novel baru: Wanita Kesayangan CEO Dingin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!