Dea keluar mencari dimana letak kamar mandi karena tubuhnya yang sudah terasa gerah sejak tadi.
Dengan santai gadis itu melangkah keluar dari dalam kamar yang baru ia tempati beberapa menit yang lalu.
"Mmm pasti itu kamar mandinya." gumam Dea saat melihat sebuah rumah kecil yang terpisah dari rumah tempat mereka tinggal kira-kira 10m.
Dea menuju ke sana dan ternyata benar seperti tebakannya bahwa itu adalah kamar mandinya. Gadis itu membersihkan diri dan bertukar pakaian, setelah itu ia kembali ke dapur untuk melihat apa isi dalam lemari pendingin itu yang bisa dia kelolah untuk makan malam.
Karena belum ada yang belanja sehingga yang ada di sana hanya ada bahan seadanya, akhirnya ia pun memutuskan untuk memasak sesuai dengan bahan makan yang tersedia di sana.
Setelah satu jam berlalu ia berperang dengan alat dapur itu, akhirnya makanan sederhana pun tersedia di meja makan.
Apa dia mau makan masakanku tidak sih? tapi kalau tidak makan bisa kelaparan dia. Gumam Dea sambil menatap ke arah pintu kamar Leon yang tertutup rapat. Ingin memetik tapi pria itu sudah memberi aturan serta Larangan yang tidak boleh dilanggar olehnya.
Dea terdiam cukup lama di sana untuk menanti kalau-kalau nanti dia keluar dari kamar, namun setelah menunggu hampir satu jam, pria itu bahkan tidak menampakan batang hidungnya.
Dea memisahkan sebagian makanan kepada suaminya lalu ia mulai menikmati makanannya karena hari sudah semakin malam dan perutnya mulai keroncong minta diisi.
Saat sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba pintu kamar pria itu terbuka dan keluarlah pria itu dengan wajah dinginnya.
"Makan mas, aku sudah memisahkan punya mas" ucap Dea selembut mungkin.
"Kamu pikir aku Sudi makan makanan dari olahan tangan mu itu" cibir Leon dengan nada sinis.
Dea hanya menarik nafas untuk menetralkan perasaan kecewanya. Salera makannya pun mendadak hilang akibat ucapan pedas suaminya.
Setelah kepergian Leon entah ke mana, Dea mulai membereskan meja makan dan masuk ke kamar untuk belajar.
Walaupun perasaannya selalu disakiti namun gadis itu mencoba untuk bertahan beberapa waktu ke depan sampai waktu yang ditentukan tiba untuk memutuskan ikatan pernikahan mereka.
Dea yang sudah mengantuk, membentang spon yang ada di kamar itu lalu membaringkan tubuh rampingnya.
Dia tidak tahu entah jam berapa pria itu pulang, ia juga tidak mau ambil pusing karena di rumah ini mereka hanya dua orang asing yang kebetulan tinggal bersama.
Pagi-pagi sekali Dea kembali bersiap untuk pergi karena hari ini, hari ketiga baginya untuk wajib lapor kepada dosen yang menghukumnya.
Setelah selesai bersiap, Dea keluar dari rumah dan seperti biasa ia menuliskan sepucuk surat pemberitahuan kepada suaminya bahwa ia sudah pergi sejak pagi.
Mau tak mau Dea harus memesan ojek online karena jarak rumahnya ke jalan umum lumayan jauh jika di tempuh dengan jalan kaki.
*****
Hari ini Bu Susan terpaksa harus dilarikan kembali ke Rumah Sakit karena drop untuk kesekian kalinya.
Benar-benar pembawa Mala petaka padahal aku sudah menyingkirkannya tapi tetap saja kesialannya terus menghantui keluargaku. batin tuan Matheo geram karena isterinya yang tidak pernah sehat sejak melahirkan Puteri bungsunya padahal sudah delapan belas tahun.
"Naikan kecepatannya pak" desak tuan Matheo saat melihat isterinya mulai kejang-kejang lagi di atas mobil menuju Rumah Sakit.
"Baik tuan," jawab sang sopir sambil menaikan kecepatan mobil tersebut.
Begitu sampai di parkiran, para perawat sudah menunggu pasien dengan brankar Rumah Sakit.
Mereka langsung memindahkan nyonya Susan ke sana dan membawa pergi ke ruang UGD untuk ditangani secepatnya.
Proses pemeriksaan yang memakan waktu sekitar satu jam itu membuat tuan Matheo panik dengan kondisi sang isteri. Kedua anaknya bahkan belum mengetahui soal keadaan mommy mereka yang sudah dibawa ke RS.
Tuan Matheo sengaja tidak memberitahukan kepada mereka karena tidak mau kedua anaknya sedih.
Setelah satu jam, salah seorang dokter yang tadi menangani Bu Susan keluar dengan raut wajah yang sedikit kelelahan karena menangani pasien tersebut.
"Bagaimana dokter?" tanya Tuan Matheo yang sudah berdiri dan berjalan mendekati sang dokter.
"Nyonya Susan terlalu banyak kejang-kejang sehingga mengganggu sarafnya. Lebih tepatnya saraf otak sebelah kirinya mulai melemah dan bermasalah. Sepertinya nyonya Susan terlalu banyak pikiran sehingga keadaannya seperti itu" jelas dokter sedetail mungkin.
"Apa yang harus dilakukan agar dia sembuh dokter?" tanya Tuan Matheo frustrasi.
"Kita hanya perlu terapi otak dan menjalani pengobatan secara medis. Artinya kita harus lebih memperhatikan cara kerja otaknya agar tidak memikirkan hal yang terlalu berat karena jika demikian, kedepannya nyonya akan lumpuh total jika terus kejang-kejang.
Deg
Semakin bencilah tuan Matheo kepada Puteri bungsunya yang entah saat ini berada di mana.
Pria itu memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membuat sang isteri tidak lagi banyak pikiran soal anaknya.
"Bolehkah aku masuk?" tanya tuan Matheo kepada sang dokter.
"Sebaiknya nyonya dipindahkan dulu ke ruang rawat" jawab sang dokter.
Nyonya Susan pun akhirnya dipindahkan ke ruang rawat VVIP. Perawatan yang harus dimulai dari sekarang agar tidak berakibat fatal.
Tuan Matheo merasa ubah dengan sang isteri yang dulunya begitu semangat kini harus keluar masuk rumah sakit hanya karena Puteri bungsunya yang sudah tiada.
"Sayang, jangan menyiksa dirimu, dia sudah bahagia di sana, jadi yang sekarang adalah kamu harus ingat kalau kita masih punya dua anak lagi. Kasihan Raffi dan Mila harus menanggung semuanya" ucap tuan Matheo sambil menggenggam telapak tangan sang isteri.
******
Leon yang tahu jika sang isteri sudah berangkat sejak pagi tidak ambil pusing untuk mencarinya. Ia keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah rapih dengan pakaian kantor karena sekarang ia harus meeting dan bertemu dengan salah satu perusahaan yang cukup berpengaruh di negara ini.
Leon bergegas pergi setelah dijemput oleh sang asisten. Keduanya pergi meninggalkan rumah sederhana itu dan menuju ke kantor.
"Joshua, nanti setelah tiba di kantor, Carikan makan untukku dan mengantarnya ke ruangan ku, aku belum sarapan pagi ini" ucap Leon.
"Apakah Nyonya muda tidak masak untukmu?" tanya Joshua penuh hati-hati.
"Iya, dia bahkan pergi sejak pagi" ucap Leon. Ia merasa sedikit bersalah karena semalam Dea memasak untuknya namun dia menolaknya mentah-mentah.
"Baiklah tuan" ucap Joshua mengiyakan perintah sang atasannya.
Mereka tiba di kantor, setelah Leon turun, Joshua kembali melajukan mobil keluar dari parkiran untuk mencari makan kepada tuan mudanya.
Leon melangkah masuk ke dalam kantor dengan elegan dan penuh karisma.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
leahlaurance
kejam
2024-10-12
0
Kar Genjreng
leon malam malam di buatkan makanan menolak...bahkan bahan makanan pun tak ada...
biar nanti kena karma dari Dea..
😶😶😮😮
2022-10-03
0
Desilia Chisfia Lina
ceritanya bagus thor seru aku tunggu kelanjutannya
2022-09-18
0