Fitting Baju pengantin

"Tuan yang terhormat. Jika kau tahu aku murahan kenapa kau masih ingin menikahiku?" ucap Dea sedikit meninggi karena tersinggung dengan ucapan Leon yang merendahkannya. Seumur hidup ia belum pernah berpacaran dan akan langsung menikah tapi dengan teganya pria yang akan menjadi suaminya sendiri yang merendahkannya dengan mengatakannya sebagai gadis murahan.

"Hahaha jadi kamu pikir aku menikahimu untuk kujadikan isteri? jangan mimpi, Kamu itu hanya kujadikan pajangan. Ingat, cuma pajangan karena orang tuaku yang menginginkanmu bukan aku." ucap Leon tidak kalah emosi.

 "Baiklah, aku pegang kata-katamu hari ini. INGAT!! AKU DEA EKASARI MENGINGAT TERUS KATA-KATAMU INI, suatu saat aku sendiri yang akan memutuskan untuk pergi darimu" ucap Dea penuh penekanan.

Deg

Leon sempat terkejut namun egonya lebih besar dari perasaannya.

"Jangan me..." ucap Leon terpotong.

"Cukup! Aku tahu diri dan aku sudah menyiapkan semua untuk meghadapi apa yang terjadi" lanjut Dea memotong pembicaraan Leon, membuat pria itu semakin emosi.

Dea yang sudah malas berdebat memilih diam dan menutup mata agar tidak lagi menanggapi ucapan pria itu. Dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil, gadis itu terdiam sejenak melepas semua beban hidupnya saat ini.

Mereka terus melanjutkan perjalanan dalam diam. Tanpa Leon sadari, ia sudah mengklaim Dea sebagai miliknya yang tidak boleh di sentuh orang lain. Melihat Randy yang memegang tangan gadis itu membuatnya naik darah dan tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.

Mereka akhirnya tiba di butik yang dimaksud oleh mama Helin. Di sana mama sudah menunggu mereka dan yang membuat mama heran adalah kedua orang itu yang keluar dari pintu depan dan belakang, itu artinya mereka duduk terpisah, namum mama tidak mengambil pusing dengan keadaan tersebut.

"Selamat siang tante" ucap Dea sambil menyalami calon mama mertuanya, gadis itu cuek dengan penampilannya yang sederhana tanpa merasa risih ada di tengah-tengah calon suami dan calon mertua yang berpenampilan serba wao dan tentu yang melekat di tubuh mereka adalah barang-barang branded semua.

"No, mama sayang, biar sama kaya Leon dan Tri" protes mama yang tidak mau di panggil tante. Wanita berhati mulia itu sangat menyayangi calon menantunya walaupun ia tahu, gadis yang akan menjadi menantunya itu adalah puteri dari wanita masa lalu suaminya.

"I iiya mama" ucapnya gugup. Bukan karena ia tidak mau tapi ia merasa tidak pantas karena pria yang akan menjadi suaminyapun tidak menerima dia.

"Nah begitukan bagus" ucap mama sambil mengusap kepala calon menantunya. Dea merasa sesak di dadanya, seandainya dia diterima oleh Leon seperti calon mertuanya, ia akan sangat bahagia.

Leon memilih duduk di kursi yang sudah disiapkan sambil memainkan benda pipihnya tanpa peduli dengan mama serta Dea.

"Yuk kita masuk untuk mencoba gaunnya" ajak mama sambil menuntun sang menantu untuk masuk ke ruang ganti yang sudah di siapkan gaunnya sebelumnya oleh mama.

Beberapa menit kemudian Dea keluar dengan gaun yang pertama. Gaun yang sedikit terbuka di bagian belahan dadanya.

"Bagaimana abang?" tanya mama yang sudah berdiri di samping calon menantunya sambil menatap ke arah anak laki-lakinya itu.

"Terlalu terbuka" Leon reflex memberi komentar yang membuat sang mama tersenyum. Leon yang baru menyadari kecoplosannya langsung memilih diam. Dalam hati ia merutuki dirinya kenapa harus memberi komentar pada gadis itu.

 Mulut ini kenapa tidak bisa dikompromi. Rutuknya dalam hati.

"Yuk ganti yang lain saja, jangan yang terbuka soalnya tidak rela calon suamimu berbagi dengan undangan" ucap mama terkekeh geli.

Dea yang dongkol memilih tenang dan kembali masuk untuk menggati gaun yang lain. Beberapa menit kemudian ia keluar dan Leon yang tepat mengangkat kepalanya sontak terpaku dengan kecantikan gadis yang ada di depannya.

Leon benar-benar tidak mampu mgalihkan pandangannya dari gadi itu.

mama yang melihat anak laki-lakinya seperti terhipnotis dengan kecantikan calon isterinya hanya tersenyum geli.

"Bagaimana dengan yang ini abang?" ucap mama membuat Leon tersadar dari lamunannya yany sudah traveling ke mana-mana.

"Hmmm" jawabnya hanya dengan berdaheman.

"Hmmm apanya?" desak mama.

"Iya yang itu aja" jawab Leon malas.

"Oke kalau begitu giliran abang yang coba" ucap mama penuh semangat.

Dengan malas Leon melangkah masuk dan mencoba pakaiannya. Saat keluar dari ruang ganti mama langsung mengarahkannya untuk berdiri di samping Dea.

"Ya, sekarang berdiri di samping Dea. Mama mau ambil gambarnya dan kirim pada papa untuk memberi penilaian" ucap mama bersemangat. Leon yang yang tidak ingin berlama-lama di sana memilih mengikuti apa mau mamanya.

 "Clek clek" bunyi kamera saat mengambil gambar sepasang calon suami isteri itu.

Setelah semuanya selesai, mereka keluar dari butik.

"Nak, kalian ambil cincinnya sekalian cari makan" perintah sang mama.

"Setelah itu kamu antar Dea pulang ya, mama mau ke kantor papa, tadi diajak makan siang bersama" jelas mama sambil melangkah pergi meninggalkan kedua orang itu.

Dea serba salah karena Leon melangkah pergi tanpa mengajaknya, dengan terpaksa ia mengikuti pria itu dari belakang. Keduanya berjalan dengan satunya dahulu dan satu kemudian seperti tuan dan anak buah.

Leon sama sekali tidak peduli dengan gadis yang tengah mengejar langkah panjangnya hingga mereka tiba ti toko emas yang tidak begitu jauh karena hanya ada di dalam satu mall yang sama.

"Mbak, mau ambil cincin yang di desain dari dua bulan kemarin" ucap Leon saat mereka tiba di toko perhiasan itu.

"Atas nama siapa ya tuan?" tanya sang pelayan.

"Dea Ekasari" ucap Leon dengan mantap.

"Tunggu sebentar tuan" ucap sang pelayan sambil melangkah pergi menyiapkan pesanan mereka, Leon dan Dea tetap berdiri di sana seperti orang asing yang tak saling kenal. Mereka berdiri dalam diam hingga pelayan tadi kembali.

"Boleh minta tanda tangan mbak Deanya? sebagai bukti bahwa pesananya sudah diambil" ucap si pelayan.

Leon tidak berbicara hanya menatap Dea dengan tajam, gadis itu langsung mendekati sang pelayan untuk menanda tangani bukti pengambilan barang tersebut.

"Sudah di bayar mbak?" tanya Dea saat pelayan itu memberi kitak perhiasan untuknya.

"Sudah mbak" jawab pelayan itu sambil tersenyum sedangkan Leon kembali menatap tajam gadis itu seolah berkata memalukan saja.

Keduanya keluar dari toko perhiasan dan menuju ke mobil.

"Nih, uang buat kamu pakai untuk makan dan ongkos pulang, aku ada urusan" ucap Leon sambil memberi sepuluh lembar uang kertas berwarna merah kepada Dea dan masuk ke dalam mobil tersebut meninggalkan Dea yang begong sendiri di depan toko tersebut.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

G** Bp

G** Bp

huhh Leon ga usah kebanyakan tingkah deh kamu,jgn sampai kamu menyesal sama kayak ayahmu dulu ..

2024-08-01

0

Tarry Lestarry

Tarry Lestarry

tak doain semoga si Leon bucin duluan 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-01-22

1

ellyn

ellyn

pengen mentung si singa😤

2022-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!