Hari Pernikahan

"Nih, uang buat kamu pakai untuk makan dan ongkos pulang, aku ada urusan" ucap Leon sambil memberi sepuluh lembar uang kertas berwarna merah kepada Dea dan masuk ke dalam mobil tersebut meninggalkan Dea yang begong sendiri di depan toko tersebut.

Dea menatap kepergian pria yang akan menjadi suaminya beberapa hari lagi. Ia harus menguatkan hati untuk menghadapi pria itu karena pernikahan yang tidak diinginkan oleh keduanya.

Dea akhirnya melangkah pergi untuk mencari taksi dan pulang ke rumahnya.

Setibanya di rumah, Dea melangkah masuk dan mendapati sang bunda yang lagi sibuk menyiapkan makan siang.

"Dea pulang" seru gadis berusia 18 tahun itu dengan semangat dari pintu utama rumah mereka.

"Salam nak? bukan teriak gitu" tegur sang bunda karena gadis yang sudah akan menikah itu tidak pernah berubah jika pulang dari bepergian.

"Hehehe maap maap" ucapnya cengengesan.

"Loh mana nak Leon?" tanya bunda karena yang ia tahu puterinya pergi bersama pria itu.

"Oh, di dia sudah pergi karena ada urusan katanya" ucap Dea gugup.

"Lalu bagaimana fitting bajunya? aman" tanya bunda memastikan.

"Amalah Bun" jawabnya yakin.

"Oke, sana ganti baru kita makan siang bersama" perintah sang bunda.

"Iya bunda" jawabnya langsung mengecup punggung tangan wanita paruh baya itu dan masuk ke kamarnya.

****

Di tempat lain, Leon lagi mendatangi seorang sahabatnya di apartemennya.

"Hei bro, kapan pulang dari LN?" tanya seorang pria seumuran Leon, ya dia adalah Very.

"Sudah tiga bulan yang lalu" jawab Leon.

"Ayo masuk" ucap Very mempersilahkan sahabatnya untuk masuk.

Keduanya bersantai di sofa yang ada di apartemen tersebut

"Tumben kamu datang ke Indo sampai selama ini?" tanya Very.

"Aku akan menikah beberapa hari lagi" ucap Leon membuat sahabatnya langsung terbahak-bahak.

"Hahahaha sejak kapan kamu dekat sama gadis? bukannya kamu alergi terhadap wanita?" ucap Very tidak bisa menahan tawanya.

"Kamu pikir aku juga ingin menikah dengannya?" ucap Leon sewot.

"Lalu?" tanya Very.

"Itu keinginan papa mamaku bukan aku" ucap Leon.

"Kamu dijodohkan?" tanya Very memastikan.

"Hmmm" jawabnya berdaheman.

"Kadang pilihan orang tua itu terbaik untuk anaknya" nasehat Very.

"Cih,"

******

Waktu terus berlalu hingga tiba dimana waktu bagi Leon dan Dea akan menikah.

Hari ini, Leon dan Dea sudah cantik dan ganteng dengan baju pengantin mereka karena sedikit lagi keluarga akan mengantar mereka ke tempat pemberkatan berlangsung.

Dea memilih diam sepanjang ia dirias hingga perjalanan menuju tempat pemberkatan.

Di atas mobil pengantin, Leon pun tidak peduli dengan Dea yang ada di sampingnya, ia asyik dengan ponselnya sejak numpang tadi hingga tiba di sana.

Setibanya di gedung tersebut, Bunda yang sudah tiba lebih dahulu langsung mendekat ke arah mobil pengantin.

Dea keluar dari mobil langsung disambut sang bunda.

"Nak, sebentar lagi kamu akan menyandang status sebagai seorang isteri, bunda harap kamu bisa menjadi isteri yang baik yang bisa melayani suami kamu dalam segala hal" nasehat bunda sebelum mereka masuk ke dalam gedung itu.

"Iya nak, bundamu benar. Pernikahan itu bukan sesuatu yang untuk dipermainkan, jadi ayah minta kamu harus bisa menjadi isteri yang baik untuk suamimu dan membahagiakan ayah dan bunda, oke?" lanjut ayah yang baru bergabung.

Di sisi lain mobil itu, tuan Rudy dan isterinya juga tengah menasehati sang putera.

"Papa harap kamu menikah sekali seumur hidup. Belajarlah untuk mencintai dan melindunginya. Sekali saja kamu menyia-nyiakan kesempatan ini, maka kamu tidak mendapatkannya seumur hidupmu" ucap papa tegas.

"Iya pa" Jawa Leon apa adanya.

Leon dan keluarganya lebih dahulu masuk ke dalam gedung itu yang sudah berdiri seorang pendeta yang akan menikahkan mereka.

Acara pemberkatan pun dimualai, Pak Ferdy menggandeng puterinya dan mengantarkannya kepada Leon yang sudah lebih dahulu ada di sana.

Jika ini bisa membahagiakan ayah bundaku, maka aku rela masuk dalam perangkap pria ini. Tuhan bantu aku memulai kehidupan yang penuh misteri ini. Batin Dea saat langkah demi langkah ia ayunkan bersama sang ayah dan bundanya yang berada di belakang keduanya.

Setelah mendekat, Leon berdiri dan dan menyambut Dea yang diserahkan oleh pak Ferdy kepadanya.

"Hari ini, aku resmi menyerahkan puteriku satu-satunya sebagai tanggung jawabmu. Cintai dia, sayangi dia seperti aku memperlakukannya, jika melakukan kesalahan, nasehati dia jangan membentaknya atau melakukan kekesan fisik kepadanya karena jika itu terjadi, aku sendiri yang akan mengambilnya dari sisimu" ucap ayah Ferdy dengan suara bergetar diiringi tetesan air mata.

Leon tidak bisa menjawab ia hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

Acara pernikahan pun di mulai.

****

Setelah acara pernikahan selesai, rombongan keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai perempuan kembali ke mansion Wijaya karena sesuai kesepakatan kedua mempelai, acara ini jangan dulu diketahui oleh publik dan cukup keluarga dekat saja hingga Dea menyelesaikan kuliahnya.

Mereka melakukan acara selamatan di mansion keluarga Wijaya kepada kedua anak mereka yang baru melangsungkan pernikahan siang ini.

Acarapun berjalan dengan baik hingga selesai sore itu. Keluarga mulai berpamitan untuk pulang termasuk pak Ferdy dan sang isteri.

"Tuan Rudy, kami pamit pulang." ucap pak Ferdy kepada majikannya sekaligus besannya itu.

"Tidurlah malam ini," tahan tuan Rudy.

"Tidak tuan, kami pulang saja" ucap Pak Ferdy.

"Ayah, bunda, Dea ikut ya?" ucap gadis yang sudah sah menjadi isteri Leon itu.

"Tidak sayang, kamu sudah menikah dan kamu sudah menjadi tanggung jawab suami kamu." nasehat Bunda kepada puterinya.

"Baik-baik di sini ya? ayah sama bunda pulang dulu. Pintu rumah selalu terbuka untuk kamu dan Leon ke sana" tambah bunda.

Dea hanya mengangguk dengan air matanya yang sudah mengalir deras.

"Jangan menangis, di sini masih ada Leon, ada papa dan mama dan juga ada Tri, oke?" ucap nyonya Wijaya sambil memeluk dan mengusap kepala gadis yang sudah resmi menjadi menantunya.

"Leon, bawa isterimu ke kamar, kasihan dia seharian berdiri, pasti kecapaian." perintah papa kepada sang anak.

Mereka masuk kamar tepat jam delapan malam.

"Jangan senang jika kau sudah behasil menikah denganku" ucap Leon tegas begitu sampai di kamar. Dea tidak menjawab, ia hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam.

"Simpan mimpimu soal menguasai harta keluargaku, karena mimpimu tidak akan pernah tercapai" ucap Leon lagi sebagai peringatan. Leon berpikir gadis ini menikahinya untuk merebut harta keluarga Wijaya.

BERSAMBUNG

"Ingat! jangan pernah menyentuh barang-barangku yang ada karena aku jijik dengan wanita sepertimu." ucap Leon sebelum masuk ke kamar mandi.

Leon meninggalkan gadis itu dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Terpopuler

Comments

Nurmiati Nurmi

Nurmiati Nurmi

sarkas sekali Leon

2024-09-20

0

G** Bp

G** Bp

pernikahan macam apa lah ini..
jijik ntar kamu mlh hoby nyungsep di keteknya Dea 🤭

2024-08-01

0

maredni Jiba

maredni Jiba

dasar Leon gila,emangnya kamu kira dia perempuan matre ap

2023-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!