"Kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini?" tanya Leon saat mereka sudah berada di luar. Dea terperanjat dengan pertanyaan pria yang ada di depannya.
"Apa tadi ayahmu menanyakan pendapatku soal perjodohan ini?" Dea yang tidak puas balik bertanya dengan nada sedikit ketus.
"Mungkin saja kau dan orang tuamu sudah berunding dan memberi kepastian kepada papa sehingga beliau langsung menentukan waktunya" jawab Leon dengan sorot mata tajam yang menusuk gadis ini.
"Aku bahkan tidak tahu apa-apa tapi kamu menuduhku yang tidak-tidak" ucap Dea melemah. Ia tahu bahwa segala sesuatu akan dimulai dari sekarang.
"Jangan kamu senang menikah denganku. Aku hanya ingin membuat orang tuaku tidak kecewa, tapi ingat! pernikahan ini jangan ada orang luar yang tahu, jika tidak kamu akan tahu akibatnya. Dan jangan pernah ikut campur urusan pribadiku." lanjut Leon memberi aturan dalam pernikakahan mereka.
Leon kembali mengganden tangan gadis itu dan membawanya masuk kembali. Pria itu melakukan semuanya senatural mungkin sehingga tidak ada kecurigaan dari kedua keluarga tersebut.
"Bagaimana, apa kita boleh menentukan tanggal penikahannya boy?" tanya daddy Rudy pada sang putera.
"Iya dad, boleh menentukannya sekarang" ucap pria itu mantap sambil tersenyum. Sedangkan Dea tidak sepetah katapun.
"Oke kalau begitu kamu akan menikah di awal bulan ketiga" putus tuan Rudy.
"Bagaimana sayang" tanya sang bunda pada puterinya.
"Aku ikut saja bun, tapi aku mau pernikahannya hanya dihadiri oleh keluarga saja karena mengingat aku masih kuliah, biar tidak mengganggu studiku nanti" jawab Dea panjang lebar menahan sesak di dadanya.
Pertemuan itu akhirnya mendapat hasil akhirnya dan mereka tutup dengan makan malam bersama. Dan setelah menentukan waktu pernikahan bagi kedua anak mereka, mereka mulai mempersiapkan segalanya.
Keluarga Wijaya akhirnya pamit pulang dengan senang kecuali calon mempelai yang hanya pura-pura senang.
"Nak, ayah sama bunda tidak memaksa kamu untuk harus menikah sayang. Jika kamu ingin membatalkan, sekarang masih ada waktunya" ucap bunda yang merasa sedih melihat anak gadisnya harus menikah di usia belasan tahun.
"Tidak bun. Aku bersedia kok, lebih baik aku menikah diusia sekarang dan dengan pria yang tepat" jawabnya untuk menutup perasaannya yang hancur.
"Baiklah nak, jika kamu juga bersedia. Tapi bunda masih ingin terus bersamamu" ucap bunda yang sudah meneteskan air mata.
"Kan Dea akan terus menjenguk bunda dan ayah setiap hari" ucapnya terkekeh untuk mencairkan suasana.
Keluarga inipun beristirahat malam ini tapi tidak dengan Dea yang tidak terpejam matanya sama sekali sampai subuh.
"Jika ini adalah takdir hidupku, aku berharap Tuhan tidak mempersulitnya" gumam gadis itu pasrah untuk saat ini dengan keadaan hidupnya yang sudah seperti ini.
Sejak malam itu, keluarga Wijaya mendatangi keluarga Dea, sikap gadis itu berubah total. Yang biasanya kocak dan tidak tenang mendadak menjadi pendiam dan tidak lagi membuat onar di kampusnya.
Tidak hanya orang sekampus yang heran bahkan sepi dengan sikap gadis ini yang berubah dingin tapi juga kedua sahabatnya juga menjadi asing dengannya yang lebih banyak diam dan menyendiri.
Namun saat di rumah, Dea tetap seperti biasa agar tidak membuat kedua orang tuanya sedih.
Hari terus berlalu, kini tinggal seminggu mereka akan melangsungkan pernikahan mereka.
Hari ini Dea ditemani oleh mama dan Leon untuk fiting baju pengantin dan juga mengambil cincin yang sudah dipesan dan didesain jauh sebelumnya.
"Leon, nanti kamu jemput Dea di kampus dan kita ketemu di butik ya? soalnya hari ini mommy sekalian mau arisan jadi setelah itu langsung ke sana menunggu kalian" ucap mama saat mereka sarapan pagi bersama.
"Hmmm" jawabnya singkat.
"De, kalau sudah selesai jam kuliahnya hubungi abang ya, biar abang jemput sahabat kamu" ucap Leon.
"Jangan bilang abang tidak tahu nomor ponsenya Dea." ucap Tri penuh selidik.
"Nih, langsung hubungi orangnya saja karena entar aku sama Merlin mau ke bioskop nonton film keluaran terbaru" ucap Tri sambil menyodorkan ponselnya yang layar depannya tersedia nomor Dea.
Pria itu mengambil alih ponsel adiknya dan menyalin nomor ponsel calon isterinya itu.
Sebenarnya malas ia mengambil nomor ponsel gadis itu tapi mau tidak mau ia harus mengambilnya takut dihajar kedua orang tuanya.
****
📹Halo, siapa ya?
📹Leon. Cepat keluar aku sudah menunggu di gerbang.
📹I iiya
Panggilan berakhir. Dea yang merasa jiwanya melayang saat mendengar suara tegas pria itu.
"Tri, Merlin, aku duluan ya soalnya sudah ada jemputan." ucap Dea dan dimengerti oleh kedua sahabatnya. Ya Merlin juga sudah tahu sejak keputusan itu ditetapkan oleh kedua keluarga Leon dan Dea. Mereka hanya mendukung dan memberi kekuatan bagi sahabat mereka agar tidak banyak pikiran.
"Iya hati-hati ya beb, semangat!" ucap Merlin sambil memberi semangat pada sahabatnya yang hanya di balas dengan senyuman yang terpaksa.
Dea melangkah keluar dan menuju ke gerbang karena mobi Leon sudah terparkir di sana. Saat akan melewati gerbang, gadis itu di hadang oleh Randy musuh buyutannya.
"Hai, kok sendiri? di mana yang lain?" ucap Randy sambil menghalangi jalan Dea.
Gadis itu berdiri dan menatap pria itu dengan malas. Ia melangkah ke samping namun Randy juga ikut melangkah ke samping sehingga Dea tidak bisa lewat.
"Aku bilang minggit dan jangan menghalangi jalanku" ucap Dea tegas namun yang diberi tahu seolah tidak mendengar dan malah menarik tangan Dea sehingga posisi mereka sangat dekat.
Pria yang sejak tadi menyaksikan adegan itu dari dalam mobil mulai terbakar emosi dan keluar dari mobilnya.
"Mau lepas atau lehermu yang aku patahkan" ucap seorang pria dari belakang Randy sambil memegang kerah bajunya dari belakang. Randy yang menyadari itu langsung memutar kepalanya dan menatap seorang pria dengan perwakan yang tinggi namun seram.
"Memangnya kamu siapa dan apa urusanmu dengan ku?" tantang Randy membuat Leon semakin tersulut emosinya.
"Aku? Aku calon suami gadis yang ada di depanmu sekarang" ucapannya membuat dua orang itu sama-sama terkejut. Apalagi Dea, bukannya malam itu dia sudah mengancam Dea agar tidak boleh mempublikasikan hubungan mereka? tapi kenapa belum apa-apa dia yang sudah lebih dahulu mengumumkannya?.
Randy yang merasakan pegangan pria itu semakin kuat memilih untuk melepas tangannya dari tangan Dea. Gadis itu langsung melangkah pergi diikuti oleh Leon. Dea yang cukup tahu diri memilih duduk di tempat duduk bagian belakang, namun Leon sama sekali tidak menghentikannya.
Keduanya pergi dalam diam, namun tiba-tiba Leon mengumpat.
"Siapa pria tadi?" tanya Leon sinis.
"Seniorku" jawab Dea singkat.
"Kalian punya hubungan spesial?" Tanya Leon lagi.
"Tidak" jawaban yang singkat kembali Dea layangkan untuk Leon.
"Cih murahan, Jelas-jelas tadi dia memegang tanganmu masih mengelak" Ucap Leon mencibir.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nurmiati Nurmi
hah mana ada Dea murahan
2024-09-20
0
G** Bp
ga usah galak x lah Leon,ntar bucin banget kamu sama Dea ...
2024-08-01
1
maredni Jiba
jaga ucapan anda tuan mudah jngn sampai terulang kayak bpamu🙄
2023-01-27
0