Pertemuan

Keesokkan harinya Leon menggantikan papanya Rudy ke kantor.

"Boy, pulangnya jangan kemalaman ya? malam nanti kita harus ke rumah pak Ferdy agar kamu bisa mengenali puterinya." ucap tuan Rudy saatereka berada di meja makan untuk sarapan pagi bersama sebelum kedua anaknya itu pergi ke kantor dan ke kampus.

"Iya pa" jawab Leon apa adanya karena sebenarnya ia malas membahas soal perjodohan tersebut.

"Bang, sekalian antar Tri ke kampus ya? siapa tahu bisa bertemu sama calon isterinya di sana" ucap Tri membuat sang Kaka semakin malas.

"Kamu diantar sopir papa saja" ucap Leon namun tidak diterima oleh sang adik.

"Pokoknya aku akan ke kampus jika diantar oleh Abang" ucap Tri mengandung ancaman, mau tidak mau abangnya mengiyakan untuk mengantarnya.

Setelah sarapan, sepasang kakak beradik itupun pamitan kepada kedua orang tua mereka dan berangkat kerja serta kampus.

"Pa, ma, Ade ke kampus dulu" pamit Tri sambil mencium kedua pipi orang tuanya sedangkan Leon hanya berdiam diri menunggu drama pamit adiknya.

"Ingat ya boy, cepat pulang karena malam ini kita harus pergi ke rumah pak Ferdy" ucap Tuan Rudy.

"Iya pah" jawabnya lesu.

Keduanya pun pergi meninggalkan rumah besar itu dengan perasaan yang berbeda karena Tri yang bersemangat akan bertemu kedua sahabatnya apalagi sebentar lagi salah satunya akan menjadi kakak iparnya. Sedangkan Leon memikirkan bagaimana caranya agar hubungan yang tidak diinginkan ini tidak akan berlanjut sampai tahap menikah.

Setelah menurunkan Tri di dekat gerbang kampus, Leon kembali melajukan mobilnya menuju perusahaan sang papa, sepanjang perjalanan pria itu memikirkan banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, ia bahkan menyesal pulang ke Indonesia karena berakhir dengan perjodohan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama karena harus ada macet sepanjang jalan, Leon akhirnya tiba di kantor tersebut. Asisten papanya yang sudah mendapat telepon dari tuan besar kalau hari ini puteranya yang akan menggantikannya masuk kantor, telah menyiapkan para karyawan untuk menjemput tuan muda mereka karena walaupun sudah sering datang ke kantor jika pulang ke Indonesia tapi ini merupakan pertama kali masuk kantor untuk bekerja sebagai pemimpin mereka.

"Selamat pagi tuan muda, selamat datang di kantor ini" ucap Joshua sang asisten tuan Rudy.

"Hmmm" jawab Leon dengan daheman dan melewati para karyawan yang sedang membungkukkan badan sebagai tanda hormat menyambutnya datang di kantor ini.

Leon diarahkan oleh asisten Joshua menuju ke ruang Presdir tempat di mana sang papa tempati selama ini.

Setelah tiba di ruang kebesaran itu, Leon melangkah masuk dan duduk di kursi kebesaran sang papa dan tangannya mulai menghidupkan laptop yang ada di atas meja tersebut.

"Saya permisi tuan muda, ada yang akan saya kerjakan" pamit Joshua kepada Leon.

"Iya" jawabnya singkat.

Tok tok tok

Pintu kembali di ketuk berselang waktu sekitar 2 menit asisten Joshua keluar.

"Masuk" ucap Leon dari dalam ruangan.

Masuklah seorang gadis dengan tubuh langsing dan cantik, siapa lagi kalau bukan Sekretaris tuan Rudy.

"Saya Gema, sekretaris tuan Rudy. Hari ini ada pertemuan dengan perusahaan PT. Abadi saat makan siang di restoran Restu Ibu, ini materinya" ucap Gema memberitahukan tugas tuan muda hari ini.

"Baiklah" jawab Leon.

"Kalau begitu saya permisi tuan. Apa saya buatkan minum?" tanya Gema.

"Boleh" jawabnya singkat.

.

.

Siang harinya, lebih tepat saat waktu makan siang, Gema sang sekretaris itu kembali mendatangi ruang Presdir untuk mengingatkan atasannya karena waktu bertemu dengan klien hampir tiba.

Tok tok tok

"Masuk" ucap Leon.

"Tuan, sudah waktunya berangkat untuk bertemu klien" ucap Gema langsung pada intinya.

"Oke" jawab Leon dan langsung bangkit dari tempat duduk kebesarannya itu.

Leon jalan terlebih dahulu dan diekori oleh sang sekretaris, keduanya bejalan menuju ke parkiran dan pergi meninggalkan kantor tersebut.

.

.

.

Waktu sudah menunjuk pukul lima sore, Leon masih betah di ruang Presdir dan sepertinya tidak ingin pulang ke rumah. pria itu punya banyak pikiran apalagi orang tuanya memaksanya untuk berkenalan dengan gadis pilihan mereka malam ini.

Trung tring Trung

"Halo pa?" jawab Leon saat telepon dar sang papa tersambung.

"Masih ada kerjaan pa" ucapnya asal.

"Kamu jangan ngaur ya, sekarang sudah jam pulang kantor." ucap papa tegas.

"Iya" jawabnya singkat dan langsung mematikan ponselnya.

Tok tok tok

"Sudah waktunya pulang tuan" ucap sang asisten Joshua langsung pada intinya.

"Iya" jawab Leon singkat dan melangkah keluar setelah mengambil jasnya.

Keduanya beriringan keluar dari ruang itu dan semua karyawan sudah bergegas meninggalkan kantor karena jarum jam terus bergerak hingga kini sudah menunjuk pukul enam magrib.

Leon tiba di mansion tepat pukul tujuh malam, ternyata kedua orang tua dan sang adik sudah bersiap untuk bertanu ke rumah pak Ferdy.

"Selamat malam" seru Leon yang baru masuk.

"Malam" jawab sang mama.

"Bersihkan dirimu karena waktu terus berjalan" ucap papa tegas.

"Aku capek pah" jawab Leon.

"Papa bilang siap diri karena sedikit lagi kita harus berangkat" ucap papa dengan nada yang tidak bisa di bantah.

Leon akhirnya menuju ke kamar dan bersiap diri untuk pergi ke rumah pak Ferdy.

****

Keluarga pak Ferdy pun sibuk karena sebentar lagi mereka akan kedatangan tamu istimewa. Oleh karena itu, bunda dan Dea sibuk di dapur mempersiapkan makan malam untuk menjamu tamu mereka.

Sementara pak Ferdy sudah bersantai di ruang tamu.

Saat sedang asyik sibuk di dapur, tiba-tiba suara mobil menderu dan ada bunyi bel mobil yang menandakan tamu sudah tiba.

"Ayo, pergi bersiap-siap sisanya biar bunda yang selesaikan" perintah bunda kepada anak gadisnya.

Dengan malas, Dea pergi bertukar karena sejak tadi ia sudah mandi dan membantu sang bunda menata makanan di atas meja makan saja.

.

.

.

Keluarga tuan Rudy telah tiba di depan rumah sederhana pak Ferdy tentu adas petunjuk Tri yang sudah sering datang ke rumah ini.

Ternyata mereka datang sekaligus membawa barang bawaan seperti hantaran membuat pak Ferdy terkejut karena menurut kesepakatan, mereka baru akan menanyakan pendapat kedua anak mereka, apakah setuju atau tidak.

"Bunda, keluarga tuan Rudy sudah tiba" paggil pak Ferdy kepada isterinya.

Bunda akhirnya keluar setelah semuanya beres dan bergabung bersama suami.

Selamat malam tuan, nyonya, ucap pak Ferdy setelah keluarga itu mendekat ke arah pintu.

"Selamat malam, pak Ferdy, ibu" ucap tuan Rudy dan isterinya di ikuti anak-anak.

"Silahkan masuk tuan, nyonya, nak Leon dan nak Tri" ujar pak Ferdy mempersilahkan mereka masuk.

"Tuan, ini mau ditaruh di mana?" tanya seorang pria yang membawa barang bawaan keluar itu bersama temannya.

"Pak Ferdy, beritahu mereka untuk menyimpannya di mana?" tanya tuan Rudy.

"Ditaruh ke belakang saja pak" ucap pak Ferdy sambil memberitahukan tempatnya.

"Bun, Dea masih di kamar ya?" tanya Tri yang sudah berdiri dan melepaskan Sling bag dari pundaknya dan melangkah ke kelakang Tanpa mendengar jawaban tuan rumah.

"Ade" tegur sang mama saat melihat kelancangan puterinya.

"Biarkan saja nyonya, sudah biasa kalau mampir kemari, pasti tempat mereka di dalam kamar" jelas bunda membuat nyonya itu lega. Sedangkan Leon jangan ditanya karena dia sudah gelisah dengan suhu ruang yang lumayan panas apalagi tidak ada kipas angin sehingga menambah rasa emosinya.

.

.

"Beb, sudah belum ni?" tanya Tri yang melihat sahabatnyaalah bengong di dalam kamar.

"Sudah datang?" tanya Dea seperti orang tak bernyawa.

Tri mengambil alih membuka lemari pakaian sahabatnya dan memilih salah satu dress yang menurutnya bagus, karena walaupun hidup dalam keluarga sederhana tapi pak Ferdy juga membeli beberapa pakaian yang bagus untuk puterinya.

"Nih, pakai ini. Atau aku yang harus membuka bajumu dan menggantikannya dengan ini?" ucap Tri sambil mengomeli sahabatnya yang lamban itu.

Dea menerima dan menggantinya. Tri membali memang pundaknya dan memaksanya duduk di depan meja riasnya yang sederhana itu lalu menarik salah satu laci dan mengeluarkan beberapa alat makeup yang ala kadarnya dan itu tentu pemberian Tri jika mengajak mereka ke mall.

Dengan cekatan, gadis itu merubah penampilan sahabatnya menjadi sangat cantik walaupun dengan riasan yang natural.

Mereka keluar dengan Tri yang bersemangat sedangkan sahabatnya terasa kaku.

"Selamat malam semua, tuan, nyonya" ucap Dea sambil memberi salam kepada mereka kecuali Leon.

Pria itu sempat terpukau dengan kecantikan Dea namun kembali menetralkan suasana karena bercampur emosi.

Dea dan Tri mengambil posisi duduk dan tuan Rudy membuka suaranya.

"Begini pak Ferdy, ibu, maksud kedatangan kami adalah untuk membicarakan perjodohan kedua anak kita, kami sudah memutuskan akan melamar nak Dea untuk menjadi pendamping putera sulung kami, Leon. jadi menurutku, kita akan menikahkan mereka tiga bulan lagi." ucap tuan Rudy langsung memutuskan membuat Leon dan Dea sama-sama terkejut.

"Pa, apa aku bisa bicara berdua dengannya?" ijin Leon yang langsung menggandeng tangan Dea untuk keluar sebentar.

Keduanya keluar ke halaman depan rumah pak Ferdy yang cukup asri karena ada semacam taman kecil dan tempat duduk yang terbuat dari belahan bambu.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Emy Kristyastuti

Emy Kristyastuti

ssmoga bahagia

2024-09-21

0

Nurmiati Nurmi

Nurmiati Nurmi

Dea mau ya

2024-09-20

0

G** Bp

G** Bp

suka dgn ceritanya ga bertele-tele...

2024-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!